JAKARTA (voa-islam.com)- Ustaz Yusuf Mansur (UYM) mengingatkan kepada kita agar tidak mengeneralisasi suatu kampus hanya karena laku salah satu atau beberapa mahasiswa, pun atau pengajarnya. Menurutnya tidak fair ketika ada persoalan kemudian institusi yang menjadi korban.
Berikut persepsi atau nasihat darinya, yang merupakan salah satu alumni di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN):
1992 saya masuk UIN Jakarta. Dulu namanya IAIN Jakarta. Lengkapnya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kampus yang membuat saya menjadi seorang penghafal Qur'an dan pebisnis.
Saya kuliah di Fakultas Syariah. Jurusan Peradilan Agama. Ketemu dengan penugasan-penugasan tulisan yang mengharuskan saya buka-buka kitab kuning. Karena bodohnya, saya bikin K5. Kelompok Kajian Kitab Kuning Klasik. Dengan niat supaya saya bisa belajar. Setidaknya di bab-bab yg di setiap semester, dipelajari, ini jadi mempelajarinya duluan.
Dari dulu sampai sekarang, sangat agamis. Gak ada cerita liberalis dan sekularis. Bahwa ya ada, jangan digeneralis. Gak ada yang suka juga digeneralis. Misal, satu kampung, ada yang nakal, maling, korup, bengal, begal, bahkan ada yang menjadi pembunuh? Maukah satu kampung dilabeli kampung pembunuh? Atau satu pohon keluarga, ada yang rusak? Lalu maukah satu keluarga disebut rusak?
Jangan, lah. Kita harus punya kemampuan melokalisir masalah. Sehingga tidak menjadi generalis. Generalis bagus di hal-hal baik dan positif. Ambil satu contoh baik, kayak Allah memberlakukan pahala salat berjamaah. Ada satu saja dengan skor tertinggi, maka saat berjamaah, skor itu jadi skor semua yang ikut. Gak justru dipake yang jelek. Tapi bila kemudian ada yang berbeda paham, ya, namanya juga kampus.
Ya ayo. Mana yang bedanya, tampilkan. Lawan dengan cara-cara yang juga ilmiah. Jangan juga menghujat. Apalagi sampe menghina satu keluarga UIN. Se-lndonesia. Sisi lain, dari setiap kenegatifan, pasti ada kebaikan. Dulu rame-rame soal al Maaidah. Mayan banget-banget. Ummat secara luas jadi tau soal al Maaidah. Apa aja bisa jadi ilmu dan hikmah. Jika kita baik-baik saja. Bereaksi, boleh. Harus. Tapi jangan ampe kehilangan hikmah dan kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Hehehe. Kayak sila ke-4 aje ye. Pancasila. Hahaha.
Ok ya? Seperti yang saya bilang, kegelapan pasti aja adanya. Tugas kita adalah, ya, mari menyalakan.
Salam kangen, untuk keluarga besar UIN yang saya cintai karena Allah. Pahala dan keberkahan 8.000-an rumah tahfizh, dan program tahfizh di 74 negara, di 5 benua, insyaaAllah jadi pahala dan kebaikan para guru di UIN.
UIN masih sangat bisa menjadi tempat anak-anak kita dan adik-adik kita tumbuh menjadi anak-anak dan adik-adik yang saleh-shalehah. Melebihi kami-kami kakak-kakak dan guru-gurunya.
*Ustaz Yusuf Mansur