BATAM (voa-islam.com) - Akhirnya Wali kota Batam Muhammad Rudi berhasil merealisasikan impiannya membangun masjid terbesar di Sumatera. Masjid Agung ke-2 di Kota Batam itu bernama Masjid Sultan Mahmud Riayat Syah, dibangun di lahan seluas 4,2 hektare.
Rudi sudah merencanakan pembangunan masjid tersebut sejak ia masih menjabat Anggota DPRD Kota Batam 2011. Selang beberapa tahun, akhirnya masjid yang disebut memiliki kubah terbesar di Indonesia itu selesai tahap awal dan sudah diresmikan untuk pengunaannya, Jumat, 12 Agustus 2019.
Peresmian masjid yang dijadikan ikon wisata religi baru di Batam ini, dihadiri Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Syafruddin. Penceramah kondang di datangkan, Ustaz Abdul Somad dan Ustaz Mohammad Kazim bin Elias dari Malaysia.
Ribuan masyarakat berbondong-bondong mendatangi masjid tersebut. Ada yang berselfie ria ada juga khusus datang mendengarkan ceramah UAS. Bahkan beberapa jemaah khusus diundang dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Acara dikemas dengan kegiatan Tabligh Akbar bertajuk Kemilau Muharam 1441 Hijriah. Penceramah pertama diisi oleh Ustaz Mohammad Kazim bin Elias dari Malaysia. Setelah itu berlangsung beberapa sesi sambutan mulai dari Menpan RB hingga Walikota Batam Muhammad Rudi.
Sesi yang ditunggu jemaah akhirnya datang. Satu jam menjelang salat Jumat, UAS mengisi tausyiah.
Dengan gaya khasnya yang menghibur, UAS – panggilan akrab Abdul Somad – memulai tausyiahnya tentang kemulian mendirikan masjid.
“Tanamkan kepada generasi muda kita untuk berusaha membangun masjid,” kata Abdul Somad.
Ia melanjutkan, setiap siapa saja yang mendirikan masjid akan mengalir pahalanya hingga ke liang lahat (hingga ia sudah meninggal sekalipun).
“Nanti, 20 tahun lagi masjid ini akan dikenang sepanjang zaman, bapak walikota, kepala dinas, kapolda, kapolres mendapat pahala,” katanya.
Abdul somad mengucapakan selamat kepada pemangku kepentingan pejabat di Batam bisa mewujudkan Masjid terbesar di Sumatera itu.
“Manusia mati meninggalkan masjid, kalau tinggal nama, Fira'un juga bisa, lihat saja masjid Aceh tetap tegak meskipun ada tsunami besar,” tegas Abdul Somad.
Namun, UAS langsung menimpali pujiannya. Ada hal yang lebih penting ketika masjid berarsitektur perpaduan Turki-Arab-Melayu itu didirikan.
“Tetapi jangan bangga dulu dengan masjid yang besar, perlu dipikirkan siapa yang akan mengisi masjid ini,” tegas Abdul Somad.
UAS mengatakan, tidaklah berhasil seseorang yang membangun masjid jika jemaahnya tidak ramai. Meramaikan jemaah setelah didirikan adalah kewajiban umat di sekitaran masjid.
“Kalau sampai masjid sudah berdiri, tetapi tidak ada orang salat berjamaah, maka satu negeri pulau Batam menanggung dosanya,” kata UAS seperti dikutip dari batamnews.co.id.
UAS ceramah selama satu jam lebih. Setelah pemaparan "ketakutan' yang ia rasakan itu (jika masjid besar ini tak dimakmurkan umat), UAS memberikan beberapa solusi. Antara lain, dia menyarankan pemerintah melatih tahfiz quran, wirid yasinan, tabligh akbar mingguan, pelajaran agama dan lainnya.
“Jika terjadi di sini hanya ada seorang muazin, dia adzan, dia iqamat, dia imam bahkan dia juga makmum, maka itu musibah,” katanya.
Meskipun ia bukanlah orang Batam, Abdul Somad memahami teritorial letak masjid yang jauh dari masyarakat. Memang Masjid baru ini berada di Tanjunguncang, Kota Batam. Tempat ini salah satu ujungnya pulau Batam. Butuh satu jam untuk ke Kota.
“Masyarakat jauh dari masjid ini, harus ada orang khusus,” kata Abdul Somad.
Ia melanjutkan, pemerintah harus berperan memakmurkan masjid tersebut. Masjid kata UAS, tidak hanya tempat salat tetapi juga membentuk karakter umat.
“Undang seluruh komunitas belajar Al-quran disini,” katanya.
Di akhir ceramahnya, UAS menekankan, bahwa hadirnya masjid Agung II Batam atau Masjid Sultan Mahmud Riayat Syah ini tak lepas dari kebijakan rencana dan kekuasaan anggaran yang ada di tangan wali kota dan jajaran. Begitu juga untuk memakmurkan masjid ini, menurut UAS, ini adalah 'pekerjaan rumah' besar bagi pemimpin setempat.