BALIKPAPAN (voa-islam.com)—Ustaz Abdul Somad (UAS) mendorong santri Hidayatullah untuk menghidupkan budaya literasi. UAS mengungkapkan dengan menulis, seseorang bisa dikenang dengan karya-karyanya pada masa mendatang.
“Menulislah menulislah dan menulislah. Supaya orang di masa datang tahu bahwa kita pernah hidup dan berkarya di dunia ini,” seru UAS saat mengisi tabligh akbar yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan Kalimantan Timur, Kamis bakda Shubuh (31/10/2019).
Dikatakan UAS, budaya literasi sangat melekat pada ulama-ulama terdahulu. Itu sebabnya, UAS meminta agar umat Islam berdakwah bil qalam di media-media sosial.
“Penuhilah media-media sosial itu dengan kebaikan dari Al-Qur’an, Sunnah, dan perkataan-perkataan menyejukkan dari ulama,” kata UAS seperti dikutup dari Hidayatullah.or.id.
Menurut UAS, untuk memelihara motivasi menulis, santri bisa berkaca kepada para ulama terdahulu. Mereka disebut begitu gigih mengikat ilmu dan menyebarkannya, sampai-sampai ada di antara ulama yang lebih mendahulukan menulis dan membaca daripada memikirkan menikahi perempuan.
“Imam An-Nawawi misalnya. Siapa yang tidak mengenal An-Nawawi? Meski tidak menikah bukan berarti usianya putus setelah mati. Orang berzikir baca kitab Al-Azkar, karyanya. Orang pengajian, pakai Riyadhus Shalihin, berupa kumpulan hadits. Baca kitab Mazhab Asy-Syafi’i, ada penjelasan berupa Kitab Syarh al-Muhadzdab. Untuk penuntut ilmu pemula ada kumpulan Hadits Al-Arbain, sampai puncaknya Kitab Raudhah ath-Thalibin,” jelas UAS.
Terkait dengan tulisan, UAS mengaku kenalannya dengan pondok pesantren yang kini memiliki ratusan jaringan se-Indonesia juga diawali dengan tulisan pada Majalah Suara Hidayatullah.
“Saya pertama kali tahu Hidayatullah itu dari majalah Hidayatullah,” lanjutnya. UAS mengaku waktu itu belum tahu kalau ternyata pesantren tersebut punya banyak program pembinaan dan pelayanan umat.
Dalam rangkaian dakwah di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, UAS berkesempatan menyapa ribuan santri Pondok Pesantren Hidayatullah Kampus Gunung Tembak. Meski digelar bakda Shubuh, itu tak menghalangi santri dan masyarakat sekitar berbondong-bondong memadati Masjid Ar-Riyadh, Kel. Teritip Balikpapan.
“Alhamdulillah, akhirnya bisa menimba ilmu langsung dari UAS. Semoga ke depan, para ulama dan tokoh-tokoh nasional lainnya bisa datang ke tempat ini,” ucap Ahmad Mujaddid, santri asal Pare-Pare, Sulawesi Selatan.* [Syaf/voa-islam.com]