JAKARTA (voa-islam.com)--Permainan atau dolanan tradisional anak-anak tampaknya sudah tergerus perkembangan teknologi informasi dengan keberadaan telepon pintar (smartphone). Fenomen kecanduan smartphone pada anak-anak dan remaja membuat mereka mager (malas gerak), tidak respek dengan lingkungan serta kurangnya interaksi dengan orang lain.
Berangkat dari fakta ini, Jakarta Islamic School (JISc) berupaya memperkenalkan kembali dolanan anak-anak melalui kegiatan bertajuk Indonesian Future Leader’s Festival.
Tak hanya permainan anak, pada even yang digelar Rabu (27/11/2019) di JISc Kodam, Jakara Timur ini juga memperkenalkan kuliner asli Indonesia serta film-film dengan citra rasa budaya Indonesia.
“Indonesian Future Leader’s Day tuh apa ya? Acara yang bikin anak anak senang deh. Kita memgenalkan sesautu yang lama tapi mungkin baru untuk mereka,” ujar Fifi Proklawati Jubelia, pendiri JISc ketika ditemui di sela-sela acara.
Mam Fifi, begitu sapaan karibnya mengatakan pengenalan permainan tradisional ini perlu dilakukan guna membangun interaksi anak-anak.
“Agar anak-anak mengenal permainan asli Indonesia, no gadget, no tekhnology. Coba lihat deh, anak-anak jaman sekarang nih kumpul berlima, masing-masing pegang smartphone. Berkumpul, tapi masing-masing sibuk dengan smartphone, tidak ada interaksi. Dengan permainan tradiosional ini, energi anak-anak tersalurkan, tidak mager,” ungkap Mam Fifi.
Adapun permainan tradiosional yang diikuti peserta pada even ini diantaranya congklak, galasin, kelereng,bola bekel, lompat karet, dan lain sebagainya. Menurut Mam Fifi, even ini diikuti 2800 peserta yang merupakan siswa-siswi JISc beberapa cabang.
Untuk perkenalan kuliner nusantara, panitia menyiapkan bazar-bazar. Yang menarik, transaksi jual beli kuliner tradisional ini menggunakan alat tukar dinar.
“Jadi peserta diwanti-wanti minimal membawa uang Rp50.000. Sebelum belanja, uang itu ditukar dengan dinar. Mereka juga bisa menyumbang untuk Palestina dengan dinar itu. Asyik belanja, asyik nyumbang juga,” jelas Mam Fifi yang juga pendiri Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS) dan Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc).
Terlihat bazar-bazar menjual kuliner tradiosional seperti ongol-ongol, es doger, getuk, kue cubit, gemblong, kue cucur, kerak telor, dan lain sebagainya. “No cream cheese, no fetucini, no spaghety, makanan yang dihidangkan juga cuma es mambo, es doger, nasi telur kecap, nasi dan sardencis tumis dan nasi sama abon,” kata Mam Fifi.* [Syaf/voa-islam.com]