TANGERANG SELATAN (voa-islam.com)--Setidaknya ada dua agenda besar umat Islam yang akan digelar pada tahun ini. Adalah Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VII yang akan digelar pada 26-29 Februari 2020 di Bangka Belitung dan Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang akan digelar di Kota Solo pada 1-5 Juli 2020 mendatang.
Bersiap menyambut dua agenda besar itu, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta (FAI UMJ) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Peran Umat Islam Indonesia dalam Mewujudkan NKRI Maju, Adil dan Beradab” pada Selasa (21/1).
Hadir sebagai keynote speaker pada acara ini adalah Dr Anwar Abbas selaku Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia. Acara yang digelar di gedung Bussines Center UMJ ini juga dihadiri lebih dari 40 peserta, baik dari Guru Besar, Doktor dan dosen biasa yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta.
Dalam sambutannya Dekan Fakultas Agama Islam UMJ, Rini Fatma Kartika, S.Ag, MH, mengatakan FAI-UMJ akan terus berupaya memberikan kontribusi pemikiran untuk Kongres Umat Islam dan Muktamar Muhammadiyah yang sebentar lagi akan diselenggarakan. "Ini kegiatan kita rutin. Setiap kali ada kongres insya Allah kita akan terus memberikan kontribusi," jelasnya.
Sebelumnya, kata Rini, FAI UMJ juga telah memberikan kontribusi pemikiran pada kongres umat Islam yang ke 6 beberapa tahun lalu. "Dulu di kongres umat Islam ke 6 kita juga memberikan kontribusi. Mudah-mudahan kali ini kita bisa memberikan kontribusi untuk kongres umat Islam VII dan juga untuk Muktamar Muhammadiyah pada Juli 2020 nanti,"imbuhnya.
Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Prof Dr Syaiful Bakhri, SH, MH dalam sambutannya mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh FAI-UMJ ini. Apalagi tema yang diangkat adalah tema yang sangat menarik untuk dijadikan bahan kajian diskusi, yaitu Islam dan NKRI.
Sekretaris Jendral MUI Pusat Dr Anwar Abbas, MM, M.Ag dalam keynote speechnya juga mengapresiasi langkah yang dilakukan UMJ itu. Dijelaskannya, Kongres Umat Islam yang akan diadakan nanti adalah kongres yang ke-7 dan tema yang akan diangkat dalam kongres nanti sama dengan tema FGD yang diadakan FAI UMJ ini.
“Mengapa kongres nanti menggunakan tema tersebut? Agar negeri ini menjadi lebih maju. Beberapa pakar memprediksi Indonesia akan menjadi negara maju dengan Produk Domestik Bruto (PDB) yang tinggi," ungkap Buya Anwar Abbas.
Untuk diketahui dalam bidang ekonomi, Produk Domestik Bruto atau yang dalam bahasa Inggris populer disebut Gross Domestic Product adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu dan PDB ini menjadi salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional.
Pertanyaannya ketika negeri ini menjadi negeri maju, siapa yang yang menjadi penentu. Dijelaskannya, mereka adalah orang-orang yang menguasai materi di negara ini.
"Kenapa mereka yang menjadi penentu? Karena, merekalah yang menguasai ekonomi dan politik. Lalu bagaimana dengan umat Islam?Karena itu untuk menjadi negara yang maju, adil dan beradab, umat Islam jangan meninggalkan agama dalam setiap aktivitasnya,"ungkapnya.
Usai Sekjen MUI Dr Anwar Abbas menyampaikan keynote speech dan membuka acara, acara dilanjutkan pemaparan oleh para narasumber untuk menyampaikan eksekutif summarynya. Beberapa narasumber yang hadir antara lain: Prof Dr Fathurrahman Djamil MA, Prof Dr Armai Arief, M.Ag., Prof Dr Sanusi Uwes, MA., Prof Dr Andi Faisal Bakti, MA., Prof Dr Muhammad Said, MA., Dr Sudarnoto Abd. Hakim, MA.
Selain narasumber utama, semua doktor yang hadir juga memberikan pokok-pokok pikirannya. Dari seluruh pemaparan yang disampaikan secara umum menghasilkan delapan rekomendasi, antara lain: Pertama, umat Islam tidak boleh membenturkan antara pancasila dan Islam. Karena Pancasila sebenarnya adalah Islam. Selain itu, nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila sangat islami.
Kedua, umat Islam harus mulai serius memainkan peran bidang ekonomi. Karena bila menguasai bidang ekonomi, maka kekuatan di bidang lainnya akan ikut, misalnya bidang politik, pendidikan, budaya, dan lain sebagainya. Ketiga, umat Islam harus mulai memikirkan untuk memiliki perbankan, karena perbankan akan menjadi salah satu hal penting dalam menyokong kegiatan ekonomi umat.
Keempat, umat Islam harus serius untuk mulai memikirkan mengenai Islamic sosial finance, untuk menggarap lebih serius berkaitan zakat dan wakaf. Karena dua hal ini menjadi salah satu instrumen keuangan yang murah meriah untuk memberikan kesejahteraan bagi umat Islam. Kelima, umat Islam harus mulai memikirkan keadilan bidang pendidikan, khususnya secara empirik di lapangan terkait pendanaan untuk pendidikan. Karena, porsi pendidikan untuk lembaga pendidikan Islam tidak proporsional bila dibandingkan dengan lembaga pendidikan umum.
Keenam, umat Islam harus mulai memikirkan problematika yang bersifat struktural dan kultural. Struktural berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, dan kultural berkaitan dengan kultur dan etos yang dimiliki oleh umat Islam itu sendiri. Ketujuh, Umat Islam harus mulai menggerakkan peran kaum muslim milenial dalam pengembangan ekonomi di Indonesia. Karena merekalah da’i yang akan menggerakkan ekonomi di masyarakat.
Kedelapan, reformasi pendidikan agama harus terus ditingkatkan. Sehingga porsi pemberian pendidikan agama (baca: pelajaran agama) di sekolah-sekolah formal mendapatkan porsi yang sama dengan pendidikan umum (baca: pelajaran umum). Demikianlah ringkasan rekomendasi yang diajukan dalam kegiatan FGD yang diadakan oleh FAI-UMU yang bekerjasama dengan MUI Pusat. Adapun rekomendasi secara lengkap yang disampaikan oleh para Guru Besar dan para Doktor dalam bentuk makalah lengkap akan dikodifikasi menjadi sebuah buku.* [Ril/Syaf/voa-islam.com]