PANGKAL PINANG (voa-islam.com)—Meski berpenduduk mayoritas muslim, namun Indonesia belum menjadi pemain di dunia industri halal dunia. Hal ini disampaikan Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) pada acara Bangka Belitung International Halal Seminar di Gedung Bank Indonesia Pangkal Pinang, Rabu (26/2/2020).
Dikatakan Lukmanul, Indonesia kalah dengan dengan negara-negara non-muslim dalam hal urusan industri halal. “Indonesia belum masuk pada international class untuk industri halal,” tegas Lukmanul.
Ia menyebut Brazil sebagai negara non-muslim yang menjadi salah satu negara pengekspor daging halal di dunia.
Kemudian di pariwisata halal, Indonesia kalah dengan Jepang yang bukan negara muslim. Lukman menyebutkan pemerintah Jepang sangat menaruh perhatian soal pariwisata halal di negerinya. Apalagi menjelang pelaksaan olimpiade musim panas 2020, Jepang terus mengencarkan pembangunan infrastruktur halal seperti rumah makan halal, mushala dan lain sebagainya.
“Indonesia negara kaya tempat-tempat wisata, tapi Indonesia kalah dengan Jepang tidak masuk 10 besar dunia wisata halal,” ungkap Lukmanul Hakim yang juga staf khusus Wakil Presiden RI.
Padahal, lanjut dia, jika wisata halal ini digarap serius oleh pemerintah maka berpotensi menaikan perekonomian nasional.
Menurut Lukmanul, kalah bersaingnya Indonesia dari industri halal internasional disebabkan karena internal Indonesia masih sibuk soal urusan sertifikasi halal, tarik ulur soal pemberi fatwa halal.
“Di saat negara lain yang bukan mayoritas muslim sudah masuk world class industri halal, Indonesia masih sibuk berbicara tentang substansi halal, sertifikasi halal, atau bahkan siapa yang mengeluarkan fatwa halal. Jadi ini terlalu banyak main poco-poco halal ketimbang bicara perdagangan halal," ujar dia.
Soal fashion halal juga disinggung oleh Lukmanul. Menurut Lukmanul, Indonesia bisa mengembangkan potensi fashion halal. "Potensi halal market 2024 sangat menggairahkan terutama fashion. Saat ini fashion termasuk yang paling tinggi dalam potensi perdagangan dan industri halal dunia ke depan. Bisa meningkatkan hingga 6 persen," ujar dia.* [Syaf/voa-islam.com]