JAKARTA (voa-islam.com)--Forum Jurnalis Muslim (Forjim) mengadakan Orientasi Anggota Baru Angkatan I. Kegiatan yang didukung penuh oleh Laznas Dewan Dakwah itu diselenggarakan di Gedung Menara Dakwah, Jl Kramat Raya 45, Senen, Jakarta Pusat, Sabtu 29 Februari 2020.
Ketua Pelaksana Orentasi Ichsan Marsha mengungkapkan, animo para jurnalis untuk mengikuti Orientasi Anggota Baru Forjim sangatlah tinggi. Terbukti, kata dia, puluhan orang yang mendaftar untuk mengikuti Orientasi. Mereka berasal dari Aceh hingga Maluku.
“Terus terang kami agak repot, karena pendaftar Orentasi ini dari Aceh, Sumut, Jawa Tengah, Jawa Timur, sampai Maluku. Akhirnya untuk mempermudah, pada angkatan pertama ini kita panggil saja pendaftar yang dari Jakarta, Bekasi, Depok dan Bogor saja,” kata Ichsan.
Orientasi Anggota Baru Forjim diisi dengan dua materi utama. Stadium General yang disampaikan oleh wartawan senior Tjahja Gunawan Diredja dan pengenalan Forjim yang disampaikan oleh Ketua Umum Dudy Sya’bani Takdir. Sebelumnya materi pengantar dari wartawan senior sekaligus Deputi Direktur Laznas Dewan Dakwah, Nurbowo.
Jangan Ngeluh
Menjadi wartawan atau jurnalis, kata Nurbowo, janganlah suka mengeluh atas keterbatasan pendapatan yang diperoleh. Apalagi dalam situasi ekonomi yang tidak baik seperti saat ini.
Wartawan, kata Nurbowo, bisa sejahtera. Asal mampu menggunakan keahlian dasar yang dimilikinya, yakni menulis, untuk melakukan kegiatan lain yang masih senafas dengan aktivitas jurnalistik.
Menulis buku salah satunya. Nurbowo mendorong agar para jurnalis merapikan hasil karya jurnalistiknya, kemudian dikembangkan, sehingga bisa menjadi buku yang diterbitkan. Selain itu bisa juga menulis buku-buku biografi para tokoh. “Menjadi ghost writer juga bisa,” kata dia.
Hal yang sama juga disampaikan oleh mantan wartawan Kompas, Tjahja Gunawan. Tjahja, yang selama sekitar 25 tahun menjadi wartawan di koran harian ternama di Negeri ini, di tahun-tahun akhir menjelang pensiun dini memulai debutnya sebagai penulis buku biografi. Buku “Chairul Tanjung Si Anak Singkong” adalah karya pertamanya yang cukup terkenal.
Tjahja memberikan satu tips penting bagi wartawan untuk mengembangkan talentanya menjadi penulis buku biografi. Menjaga silaturahmi dengan narasumber.
“Sebagai wartawan ekonomi, saya sudah lama kenal dengan Pak CT. Hingga suatu hari saya dipanggil, agar menulis buku tentang dirinya,” kata Tjahja.
Mengenai aktivitas jurnalistik, Tjahja mendorong agar para wartawan terbiasa melakukan kerja-kerja jurnalistik yang kritis, inisiatif dan eksklusif.
Ketua Umum Forjim Dudy Sya’bani Takdir, secara khusus bicara tentang seluk beluk Forjim. Dari sejarah hingga kode etik. Termasuk cita-cita ke depan Forjim.
Duddy mengatakan, Forjim dalam proses bermetamorfosa dari sebuah komunitas wartawan menjadi sebuah organisasi profesi jurnalis. “Kita ingin suatu saat Forjim menjadi organisasi yang terakreditasi di Dewan Pers,” kata dia.
Untuk mengejar cita-cita itu, kata Dudy, secara keorganisasian Forjim telah menyiapkan berbagai perangkat administratif. Sementara terkait keanggotaan dan pengurus daerah, Forjim akan terus melakukan rekrutmen dan pembentukan pengurus-pengurus di wilayah dan daerah.
“Orientasi anggota ini sebagai wujud dari upaya kami untuk menambah anggota sekaligus sebagai wujud kaderisasi untuk melanjutkan estafet kepemimpinan Forjim,” kata Dudy.
Dudy juga mengatakan, secara internal Forjim akan terus melakukan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kapasitas anggotanya dalam peliputan dan penulisan.
Untuk eksternal, Forjim akan terus melakukan pembinaan melalui program One Masjid One Journalist (OMOJ) dan kegiatan-kegiatan advokasi keumatan lainnya.* [Ril/Syaf/voa-islam.com]