YOGYAKARTA (voa-islam.com)--Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat Islam yang memiliki amal usaha di bidang kesehatan, yaitu rumah sakit dan klinik Muhammadiyah maupun Aisyiyah saat ini terlibat dalam ikhtiar membantu negara menangani wabah Covid-19 dengan menunjuk Rumah Sakit Muhammadiyah dan Aisyiyah (RSMA) untuk merawat pasien Covid-19.
Awalnya hanya 20 RSMA, bertambah menjadi 35 dan perkembangan terakhir sudah ada 53 RSMA di seluruh Indonesia yang menerima pasien Covid-19. Semua RSMA tersebut di bawah koordinasi Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah yang tergabung dengan majelis dan lembaga Muhammadiyah lainnya dalam Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), gugus tugas khusus yang ditunjuk untuk menangani wabah Covid-19.
dr. Ekorini Listiyowati, Wakil Sekretaris MPKU PP Muhammadiyah yang dalam struktur MCCC PP Muhammadiyah ditunjuk menangani RSMA menyampaikan bahwa pada awal penunjukan 20 RSMA menerima pasien Covid-19 tidak semua menyatakan siap. Hal ini dikarenakan kondisi RSMA di seluruh Indonesia berbeda-beda kapasitas dan fasilitas yang dimiliki. Namun kepada semua RSMA tersebut ditekankan bahwa siap tidak siap, bukan RSMA yang memilih pasien, tapi pasienlah yang memilih RSMA jadi harus siap.
“Awalnya kami meminta semua direktur RSMA yang ditunjuk untuk kasih satu nama sebagai komandan penanganan Covid. Bersama para komandan dan wakil dari MPKU wilayah dimana RSMA itu berada kami berdiskusi dan bertukar banyak informasi tentang penanganan pasien Covid-19 ini,” katanya. Tanggal 9 Maret 2020 di Kantor PP Muhammadiyah Menteng Jakarta, perwakilan semua RSMA tersebut dikumpulkan untuk koordinasi awal.
Kendala terbesar yang dihadapi RSMA dalam penanganan pasien Covid-19 adalah kekurangan Alat Perlindungan Diri (APD), masalah sama yang juga dihadapi semua rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta lain tidak hanya di Indonesia tapi juga seluruh dunia. “Banyak RSMA yang tidak siap dengan coverall dan face shield. Dalam perkembangannya segala macam APD mengalami kelangkaan serta lonjakan harga,” ujarnya. Untuk mensiasati itu kemudian disusunlah proposal penggalangan dana.
MPKU juga mempersiapkan RSMA yang menangani pasien Covid-19 dengan pelatihan-pelatihan khusus agar para nakesnya siap. Pelatihan-pelatihan itu diantaranya alur penanganan pasien dengan skenario yang disimulasikan, pelatihan pemakaian dan pelepasan APD lengkap, pelatihan rukti jenazah, pelatihan teknik dekontaminasi ruangan, benda-benda dan ambulans, pelatihan pengambilan sample swap tenggorokan, pelatihan screening dan deteksi dini, pendampingan rohani serta pelatihan manajemen stres.
Jihad Kemanusiaan
Selain penyiapan berbagai fasilitas dan sumber daya manusia, MPKU selalu menekankan kepada seluruh tenaga kesehatan (nakes) RSMA bahwa keterlibatan dalam penanganan pasien Covid-19 adalah jihad kemanusiaan sebagaimana ditekankan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nasir, mengingat resiko bagi tenaga kesehatan yang menangani pasien Covid-19 juga cukup besar. Terbukti beberapa dokter dan perawat di RS pemerintah dan swasta gugur dalam tugas karena terpapar virus.
Untuk mengantisipasi nakes dari resiko tertular Covid-19 tersebut, Ekorini menyampaikan pihaknya menyiapkan langkah-langkah antara lain karantina di rumah atau disiapkan oleh RS, pemeriksaan radiologi thorax sesuai indikasi, pemeriksaan rapid test dan pemeriksaan swab tenggorok sesuai indikasi.
Terkait dengan kapasitas RSMA yang suatu saat bisa jadi mengalami over kapasitas, Ekorini menyampaikan bahwa pihaknya menyiapkan surge capacity plan, yaitu dengan menambah kapasitas ruang untuk layanan Covid-19. “Mungkin semula hanya punya 1-2 tempat tidur isolasi, sekarang sudah bertambah. Ada yang menjadi 5, 10, hingga 15 tempat tidur,” ujarnya. Antisipasi ini dilakukan karena merujuk pasien ke RS pemerintah dalam kondisi sekarang bukan perkara mudah karena kapasitas yang sudah penuh.
Dalam menghadapi wabah Covid-19 ini seluruh RSMA saat ini juga sudah meniadakan jam bezuk pasien reguler untuk meminimalisir penyebaran wabah. Awal kebijakan ini dilaksanakan, meskipun sempat ada komplain dari masyarakat tetapi akhirnya dapat dipahami.* [Ril/Syaf/voa-islam.com]