View Full Version
Sabtu, 09 May 2020

Buya Gusrizal: PSBB Serius Menjalankan Konsep yang Diajarkan Nabi

PADANG (voa-islam.com)--Dilanjutkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Sumbar membuat ruang gerak makin dibatasi. Secara syariat, disampaikan oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar Buya Gusrizal Gazahar Dt Palimo Basa, konsep-konsep yang diusung dalam PSBB sudah mengacu kepada ajaran Nabi.

Dalam hal ini, Buya Gusrizal menyampaikan harapan MUI Sumbar, agar PSBB dijalankan betul-betul dengan menerapkan konsep yang diajarkan Nabi Muhammad sallallahu ‘alayhi wassalam tersebut.

“Pertama adalah betul-betul ada penyekatan secara mutlak, antara daerah yang dianggap episentrum dengan daerah yang masih steril. Misal Padang, sekarang merupakan daerah episentrum. Maka, betul-betul Padang itu dikarantina secara mutlak. Jangan sampai ada keluar dulu dari Kota Padang ke daerah lain. PSBB jangan separuh-separuh. Betul-betul sekat antar wilayah,” tegas Buya Gusrizal.

MUI juga minta agar yang berwenang konsisten dalam menetapkan larangan terhadap kerumunan. Dalam hal ini, landasan MUI sendiri ada dua, yaitu hadits Nabi yang mengatakan agar jika ada wabah di satu negeri maka negeri itu jangan dimasuki, dan hadits lainnya yang menyebutkan agar jangan mencampurkan yang sakit dengan yang sehat.

Rujukan itu diambil dari Hadits Riwayat Muslim dari Usamah bin Zaid bin Haritsah radiyallahu anh, Rasulullah berkata, wabah tha’un adalah suatu ayat, tanda kekuasaan Allah azza wajalla, yang sangat menyakitkan, yang ditimpakan kepada orang-orang dari hambaNya. Jika kalian mendengar berita dengan adanya wabah Tha’un, maka jangan sekali-kali memasuki wilayah itu, jika Tha’un telah terjadi pada suatu daerah dan kalian di sana, maka janganlah kalian keluar darinya.

Kemudian, rujukan kedua adalah Hadits Riwayat Bukhari dari Abu Hurairah, Rasulullah berkata, pemilik unta yang sakit tidak boleh mencampurkan (untanya) dengan (unta) yang sehat.

Dua konsep ini, disebut Gusrizal, telah diserap dalam aturan PSBB di Sumbar. Untuk itu, pelaksanaannya harus disiplin.

“MUI minta ini konsisten dijalankan,” sebut Buya Gusrizal.

Kemudian, Buya Gusrizal juga mengimbau agar masyarakat meningkatkan kesabaran di masa sulit seperti sekarang ini. Disampaikan, sabar dalam taat mengikuti aturan termasuk yang diajarkan dalam agama.

“Sabar itu ada tiga, sabar ketika ditimpa musibah, sabar dalam menjaga diri agar tidak terjatuh dalam kemaksiatan, dan sabar dalam taat mengikuti aturan yang berlaku,” sebut Buya.

Namun demikian, diakui oleh Buya Gusrizal, bahwa dakwah yang disampaikan saat ini pada umat masih belum maksimal, sehingga jika ada masyarakat yang salah dalam memahami suatu hukum, tidak juga bisa disalahkan.

“Semua kita punya kelemahan. Dakwah kita belum berikan wawasan dasar. Jadi kondisi ini jadi hikmah juga bagi para ulama, agar bisa cari strategi memahamkan ilmu dasar untuk umat,” tutur Buya.

Terkait banyaknya perdebatan antara umat, terutama di media sosial, bahkan ada penyampaian yang menyatakan kekecewaan terhadap imbauan-imbauan pemerintah, Gusrizal menyebutkan, umat seperti itu karena ilmu mereka belum ada, dan mengedepankan emosi yang ada.  

“Banyak sebenarnya di dalam fikih, kalau dipahami umat, tidak seberat yang mereka pikirkan. Hujan lebat saja orang boleh tidak ke masjid. Orang boleh ambil yang maksimla. Tapi jangan salahkan yang minimal,” terang Buya lagi.

Ditekankan, ulama tidak boleh memberi fatwan untuk umum secara berat. Yang diberikan haruslah kemudahan, rukshoh. Disebut Gusrizal, itu merupakan konsep dalam berfatwa.

“Harus tetap sabar. Salah satu bentuk kesabaran ya itu, ikuti tuntunan syariah dalam beribadah. Meskipun emosional kita menuntut lebih,” pungkas Gusrizal.*

Sumber: Sumbarfokus.com


latestnews

View Full Version