JAKARTA (voa-islam.com)--Presiden Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) Heppy Trenggono mengungkapkan potensi wakaf di Indonesia sangat besar. Namun, hal ini tidak dibarengi dengan pengelolaan yang produktif.
“Kesadaran tinggi berwakaf, tapi tidak produktif. Tidak mampu mengelolanya,” jelas Heppy pada diskusi daring bertema Wakaf Spiritual dan Sosial Responsibility di Tengah Pandemi yang digelar Baitul Wakaf dan Badan Wakaf Indonesia (BWI), Kamis (14/5/2020).
Heppy berkisah pernah bertemu pengasuh Pesantren Tebu Ireng Almarhum KH Solahudin Wahid atau Gus Sholah. Ia diminta Gus Sholah untuk mengelola tanah-tanah wakaf yang diberikan masyarakat kepada pesantren tersebut.
“Jadi banyak masyarakat yang memberikan tanah wakaf kepada Gus Sholah atau Pesantren Tebu Ireng. Itu tanahnya ada di mana-mana di Indonesia. Namun kesulitan pengelolaan karena keterbatasan. Ya akhirnya tanah-tanah wakaf itu nganggur,” ungkap Heppy.
Untuk itu, Heppy menyarankan agar manajemen wakaf ini masuk ke episentrum ekonomi. Episentrum ekonomi yang dimaksud Heppy adalah dunia bisnis dan investasi. “Itu yang nanti akan menggerakkan, menarik dan tumbuh. Kalau kita masuk ke situ, wakaf produktif akan terjadi,” kata Heppy.
Setidaknya ada tiga langkah yang disampaikan Heppy untuk dilakukan para nazhir wakaf.
Pertama, Creative Fundraising. Manajemen wakaf harus mau memikirkan wakaf dalam bentuk saham.
Kedua, Prudent Asset Management, lembaga wakaf harus mau bekerja sama dengan asset management. “IIBF punya IIBF Capital, kalau Sedco punya namanya Sedco Capital,” kata Heppy.
Sedangkan kemampuan ketiga yang direkomendasikan adalah Waqf Risk Mitigation.* [Syaf/voa-islam.com]