JAKARTA (voa-islam.com)—Duta Besar RI untuk Yordania dan Palestina Andy Rachmianto mengungkapkan Timur Tengah merupakan kawasan yang tak pernah sepi dari berbagai gejolak.
“Kawasan Timur Tengah sangat dinamis, tidak pernah sepi. Konflik di Suriah, di Yaman masih terus berlanjut. Israel yang selama ini dipandang sebagai musuh bersama, mulai diakui oleh beberapa negara Arab untuk melawan Iran,” ungkap Andy pada Diskusi Daring “Pergeseran Geopolitik Timteng Pasca Perjanjian Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) dan Lebanon: Respon Kebijakan Luar Negeri RI, Sabtu (22/8/2020).
Ledakan di Lebanon dan normalisasi hubungan UEA dan Israel adalah dua peristiwa yang menjadi sumber gejolak baru di kawasan Timur Tengah. Andy menyoroti terkait normalisasi hubungan UEA dan Israel.
Menurut Andy, normalisasi hubungan ini menambah kepercayaan Zionis Israel mempercepat terlaksananya aneksasi wilayah Palestina. Apalagi diprediksi negara-negara Arab lainnya mengikuti langkah UEA.
“Jika kebijakan UEA diikuti negara-negara Arab lain, maka aneksasi ini bakal cepat terlaksana,” tegas Andy.
Dikatakan Andy, Presiden Amerika Serikat Donald Trump memiliki peran besar mendukung Israel menjajah Palestina.
"Sejak jadi presiden situasi di Palestina, jalur Gaza semakin mengkhawatirkan. Kebijakan AS menjadi justifikasi Israel berlaku agresif kepada Palestina," ujar Andy.
Kemudian, AS mengakui Jerussalem sebagai Ibu Kota Israel, pemindahan kantor diplomatik, hingga proposal perdamaian.
Bagaimana sikap pemerintah Indonesia? Andy mengatakan Indonesia tetap tegas mendukung perjuangan rakyat Palestina.
“Pemerintah sangat tegas mendukung Palestina. Ini mandat konsitusi. Amanat konstitusi. Komitmen Indonesia dukung perjuangan kepada Palestina tidak akan pernah surut. Dukungan politik, ekonomi, kemanusiaan. Indonesia akan berada di garda terdepan membela Palestina. Isu Palestina menjadi jiwa politik luar negeri Indonesia sejak kemerdekaan,” ungkap Andy.
Pemerintah Indonesia, lanjut Andy, terus melakukan inisiatif diplomatik melalui jalur bilateral dan multilateral dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Sementara itu pembicara lainnya, Anggota Komisi I DPR RI Sukamta memaparkan dampak dari normalisasi hubungan UEA-Israel. Dikatakan Sukamta, peristiwa ini berpengaruh terhadap perubahan geopolitik Timur Tengah.
“Oman dan Bahrain dikabarkan akan menyusul melakukan normalisasi (dengan Israel),” kata Sukamta kepada sekira 300 peserta diskusi melalui zoom meeting ini.
Kemudian, normalisasi ini dapat memunculkan faksi-faksi yang pro dan kontra. “Pembagian pengaruh dapat meluas ke Organisasi Kerjasama Islam, antara pemimpin saat ini, Arab Saudi berhadapan dengan Turki,” ungkap Sukamta.
Sukamta menilai, posisi Israel di kawasan Teluk semakin diuntungkan. Sementara Iran berubah menjadi musuh negara-negara Teluk.
“Yang tak kalah penting normalisasi berdampak positif kepada Trump dengan apresiasi positif di dalam negeri dan negara-negara Teluk,” kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
Sukamta mendorong agar Indonesia sebagai ‘pemain cadangan’ harus muncul memainkan perannya dalam isu Palestina.
“Indonesia harus muncul, maksimalkan peran kita yang ditinggalkan negara-negara Arab. Saatnya Indonesia tampil. Indonesia dapat menjalin kerjasama dengan semua pihak yang menguntungkan kepentingan nasional,” jelas Sukamta.
Selain Andy dan Sukamta, Diskusi Daring yang diselenggarakan oleh Center for Indonesia Reform, KPIQP, dan Institut Indonesia ini menghadirkan pembicara lain. Yakni Yon Machmudi (Kepala Prodi Kajian Timur Tengah & SKSG UI) dan Lili Nur Aulia (Sekretaris Eksekutif Institut Indonesia).* [Syaf/voa-islam.com]