DEPOK (voa-islam.com)--Anggota Badan Pembina Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (Dewan Dakwah) Dr Adian Husaini, dalam perbincangan kemarin, menyebutkan dinamika dakwah mengalami perubahan seiring dengan perkembangan teknologi informasi.
Salah satu fenomena yang disoroti Adian, populernya ustaz atau penceramah perorangan yang memanfaatkan sarana internet untuk menyampaikan pesan dakwah.
“Sekarang ini orang tak lagi melihat dakwah secara lembaga (ormas), tetapi perorangan. Bayangkan satu orang ustaz bisa punya sampai jutaan followers. Itu mengalahkan ustaz lembaga,” ungkap Adian saat ditemui di Pondok Pesantren Attaqwa Cilodong, Depok, Jawa Barat, Kamis (10/9/2020).
Perkembangan teknologi informasi ini memang harus disikapi oleh para juru dakwah, terlebih ormas-ormas Islam yang konsen terhadap dakwah.
“Tantangan dan dinamika dakwah terus berubah, dan lembaga dakwah termasuk Dewan Dakwah harus menyesuaikan diri. Kalau dulu kita baca koran setiap pagi, maka sekarang ini kita baca berita setiap saat. Begitu juga dakwah harus diintensifkan,” kata Adian yang juga Ketua Program Doktor Pendidikan UIKA Bogor ini.
Kendati demikian, secara umum tantangan dakwah ada tiga. Dan tak boleh diabaikan oleh para dai saat ini. Adian mengutip Mohammad Natsir, pendiri Dewan Dakwah.
“Sebelum wafat, Pak Natsir menyampaikan tiga tantangan dakwah. Yakni kristenisasi, sekularisasi, dan nativisasi. Tetapi intinya ada dua, yakni kristenisasi dan sekularisasi. Ini masih relevan saat ini,” ujar Adian.
Kemudian, Adian menyebutan tiga pilar gerakan dakwah menghadapi tantangan tersebut. Tiga pilar gerakan dakwah tersebut adalah masjid, kampus, dan pondok pesantren.
Untuk itu Adian yang sehari-hari mengurus Ponpes At Taqwa Cilodong, mengingatkan, meski perkembangan teknologi informasi kian pesat, para juru dakwah jangan lupakan tiga pilar gerakan dakwah tadi.*