BANDUNG (voa-islam.com) – Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung menggelar rihlah secara daring selama empat hari ditiap akhir pekannya, dimulai pada Sabtu (21/11) hingga Ahad (29/11).
Pada rihlah tersebut para peserta diminta untuk mempresentasikan tugas akhir mereka berupa karya tulis ilmiah kemudian ditanggapi oleh tim penguji.
Aditya Firman Ihsan selaku koordinator karya tulis mengungkapkan bahwa tugas tersebut dirancang untuk melatih peserta berpikir kritis, membangun sikap ilmiah, memperluas wawasan, dan memperkaya referensi.
Menurutnya, dengan menulis karya tulis, peserta juga dapat menggali gagasan dan belajar manajemen waktu.
“Menjadi pakar di dunia pemikiran tidak hanya mampu memahami pemikiran orang lain, tapi juga bisa mengulas, memodifkasi, mengembangkan dan bahkan menelurkan pemikiran sendiri. Itulah alasan mengapa tugas akhirnya dirancang seperti ini,” ungkap pria yang akrab disapa Adit tersebut.
Lebih lanjut, Adit yang juga tengah menempuh pendidikan doktor di ITB tersebut mengatakan, ada strategi khusus agar para peserta disiplin dalam mengerjakan tugasnya.
“Saya mengagendakan pertemuan bimbingan secara daring tiap dua pekan sekali. Peserta wajib melaporkan perkembangan makalahnya. Harapannya agar peserta bisa saling berdiskusi. Saya hanya memberikan saran-saran yang dirasa perlu. Tentu keberjalanannya tidak sempurna tapi sistem seperti ini ternyata cukup untuk membangun energi positif bersama. Selain itu strategi ini juga membantu peserta agar selesai tepat waktu, terkontrol, dan tidak jadi deadliner,” terangnya.
Adit menambahkan, indikator utama pengerjaan karya tulis tersebut adalah proses. Menurutnya, hal yang paling ditekankan adalah adab peserta terhadap para pembimbing masing-masing, bagaimana perkembangan karya peserta tiap pekannya, dan bagaimana mereka menghargai waktu serta tetap menjaga komunikasi. Setelah itu baru hasil karya tulis yang mereka kumpulkan.
“Jadi, peserta harus memenuhi indikator tersebut agar dapat dinyatakan lulus”, ujarnya.
Maya Septiani salah seorang peserta SPI mengungkapkan bahwa ia bersyukur mampu mengikuti perkuliahan hingga akhir.
“Alhamdulillah, bersyukur Allah telah mampukan saya untuk menyelesaikan perkuliahan dan tugas-tugasnya. Saya tahu untuk lulus dan menyandang status sebagai alumni SPI itu tidak hanya dicapai dengan presensi saja tapi juga dengan mengerjakan tugas-tugasnya,” ungkap Maya.
Maya yang menulis tentang Propaganda Feminisme dalam Media Massa tersebut mengaku bahwa ia memiliki kesan tersendiri ketika mengerjakan karya tulisnya.
“Berhubung tema makalah saya tentang propaganda di media massa, saya jadi jarang menikmati tayangan yang saya tonton. Soalnya saya lebih sering mengamati tentang ada atau tidaknya propaganda dalam tayanyan tersebut atau sejauh mana ghazwul fikri yang dibawa,” pungkasnya. [diva/syahid/voa-islam.com]