View Full Version
Selasa, 20 Jul 2021

Awali Semester Kedua, SPI Bandung Bahas Asal Muasal Sekularisme

BANDUNG (voa-islam.com) - Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung angkatan ke-7 menggelar pertemuan kesebelas pada Jum’at malam (17/07/2021).Kepala SPI Pusat Akmal Sjafril memaparkan materi bertajuk Sekularisme.

Akmal memulai perkuliahan dengan mengutip pernyataan dari Prof. M. Naquib Al-Attas tentang pandangannya terhadap Barat yang merupakan titik awal kemunculan sekularisme.

“Kalau kita lihat fenomena sekarang, sesungguhnya Kristen-lah yang ter-Baratkan bukan Barat ter-Kristenkan. Tak mampu menahan gempuran sekularisme. Kristen justru dipaksa untuk menerima, bahkan beradaptasi untuk dapat menerima sekularisme sebagai sebuah kenyataan yang tak dapat mereka bantah,” ucap Akmal.

Penulis yang aktif dalam Gerakan #IndonesiaTanpaJIL itu memberikan contoh kasus yang menyatakan bahwa Kristen sekarang hakikatnya telah mati di Barat. 

“Terkadang orang menganggap Barat merupakan representasi Kristen, tidak juga. Kalau kita lihat Natal, gambaran yang beredar itu apa? Gambaran Kristen atau Barat? Yang terkenal itu Yesus atau Sinterklas? Kristen Timur tidak mengenal Sinterklas. Yesus terlahir di Palestina dengan iklim gurun. Tapi gambaran Natal itu salju atau padang pasir? Kemudian setelah melahirkan, Kristen sama dengan Islam mengganggap Bunda Maria sama-sama melahirkan di bawah pohon kurma, namun mengapa yang ditonjolkan bukan pohon kurma tetapi pohon cemara? Sesungguhnya sudah tidak ada image Kristen lagi, Kristen sudah terhapus,” ungkap Peneliti INSISTS tersebut.

Lebih lanjut, Direktur Afnan Publishing itu mengemukakan tiga alasan Barat tersekulerkan yang ia kutip dari buku Adian Husaini berjudul Wajah Peradaban Barat.

“Ada tiga alasan kenapa barat memilih sekuler, pertama problem sejarah Kristen itu sarat akan kekerasan yang diintruksikan justru oleh para pemuka agama. Ada noda kelam yang dibukukan bernama Inquisition. Banyak metode yang mengerikan untuk menyiksa para heretics yang kebanyakan adalah perempuan. Kedua adalah problematika teks Bibel, yang didalamnya terdapat ayat yang bertentangan antara satu sama lainnya mengenai nasab Yesus yang berbeda beda dan tidak kompak. Ketiga adalah problem teologis, karena pengetahuan dan keimanan yang tidak bersatu disebabkan dualisme pemikiran,” jelas pria yang menulis buku “Islam Liberal 101” itu. 

Kemudian Akmal menyimpulkan sekularisme yang terjadi di Barat tidak bisa menyatu dengan Islam karena perbedaan yang jauh di dalamnya 

“Sekularisme itu berasal dari Barat berdasarkan pengalaman sejarahnya. Pengalaman kita tidak sama dengan mereka. Sekularisme ini secara fundamental bertentangan dengan Islam, sama sekali tidak bisa disatukan”, tegasnya. 

Daffa Raditya Farandi, salah satu peserta kuliah juga memberikan pendapatnya tentang ketidak kesesuaian makna Islam dengan Sekularisme.

“Sekularisme itu menyebabkan peradaban kehilangan value-nya karena tuntutan perubahan zaman dan menganggap the old is bad and the new always better. Padahal tidak seperti itu. Sekularisme juga mengonversi adab dengan paham persaingan yang membuat orang kuat makin kuat dan yang lemah makin lemah karena jelas ide survival of the fittest akan membuat yang lemah hancur dan tak berkembang. Kehilangan adab ini akan berpengaruh pada kondisi alam semesta nantinya," katanya.

"Jadi, sangat penting bagi kaum muslim menyadari sekularisme karena dengan mereka mengerti kondisi ini dan mencocokan dengan diri mereka, sehingga mereka bisa lebih sadar dan mengerti langkah apa yang selanjutnya harus diambil,” pungkasnya. [aditya/syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version