View Full Version
Selasa, 17 Aug 2021

Pluralisme, Keseragaman Dibungkus Keberagaman

BANDUNG (voa-islam.com) - Kepala Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Pusat Akmal Sjafril mengomentari konsep keberagaman yang diusung kaum pluralis.

Ia mengungkapkan, alih-alih mendukung keberagaman, pengusung ideologi pluralisme tersebut malah memaksakan keseragaman. 

“Pluralisme selalu mengklaim menghargai keragaman, tapi ketika seseorang mengakui kalau hanya agamanya saja yang benar dan agama lain salah, malah dianggap melanggar hak asasi manusia. Ujung-ujungnya ini bukan keberagaman, tapi keseragaman,” ujar Akmal saat mengisi perkuliahan di SPI Bandung Jum’at (13/08) lalu. 

Menurut Akmal, pluralisme bukanlah suatu pemahaman yang berdiri sendiri, tetapi selalu berkaitan dengan pemahaman lain, yaitu liberalisme dan sekularisme.

“Pluralisme itu selalu setali tiga uang dengan liberalisme dan sekularisme. Karena masyarakat yang meyakini kebenaran satu agama sulit untuk disekulerkan, maka dibentuklah sebuah konsep yang membenarkan semua agama,” kata aktivis #IndonesiaTanpaJIL tersebut.

Ayah dari dua anak tersebut menjelaskan bahwa pluralisme bisa memicu berkembangnya idelogi sekularisme dan liberalisme, karena menurutnya, pluralisme bisa membuat seseorang tidak mau mengambil kebenaran dari agama.

“Kalau semua agama dianggap sama, maka tidak ada kebenaran yang diukur dari standar agama,” tuturnya.

Selain itu, Akmal juga menyatakan bahwa pluralisme berdampak pada tidak jelasnya standar benar dan salah, karena pluralisme menganggap benar semua standar kebaikan dan keburukan di semua agama meskipun ada pertentangan di antaranya. 

“Pluralisme itu memperlakukan semua standar di semua agama itu benar, meskipun itu bertentangan. Dampaknya, tidak ada benar dan tidak ada salah, sehingga kebenaran jadi kabur,” pungkas peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) itu.

Kandidat Doktor bidang Sejarah di Universitas Indonesia ini pun menunjukkan bahwa ideologi pluralisme tersebut punya banyak kelemahan. Salah satunya lanjut Akmal adalah tidak adanya literatur valid yang membuktikan kesamaan semua agama di dunia. Menurutnya lagi, hal ini terjadi karena dalam membuktikan samanya semua agama ternyata tidak semudah mengucapkannya. 

“Menyatakan hanya ada satu agama yang benar itu jauh lebih mudah ketimbang menyatakan semua agama benar. Kalau ada yang bilang sudah mempelajari perbandingan agama dan menyimpulkan semua agama sama, coba tanyakan agama apa saja yang sudah dibandingkan? Toh sampai saat ini tidak ada buku, literatur, dan teori yang benar-benar membuktikan kalau semua agama itu sama-sama benar,” sambung Akmal.

Ismi, salah satu peserta SPI pun mengungkapkan kesannya selama perkuliahan ini.

Speechless sih ya soalnya pengetahuan saya sebelumnya mengenai pluralisme itu sekadar menganggap semua agama itu benar. Saya belajar banyak dari perkuliahan ini tentang pengertian dan tren-tren tentang pluralisme,” tuturnya. [fadhillah/syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version