View Full Version
Ahad, 10 Oct 2021

Muhammadiyah Pilih Jalan Sunyi Angkat Pendidikan Indonesia yang Terseok-seok

JAKARTA (voa-islam.com)--Tingkat pendidikan Indonesia masih terseok-seok dibadingkan dengan Negara-negara ASEAN lain dan dunia, Muhammadiyah konsisten tempuh jalur sunyi untuk angkat martabat pendidikan Indonesia di mata dunia.

Demikian disampaikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir di acara Peresmian Gedung Rektorat Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP) pada (9/10) yang dilangsungkan secara blended.

Haedar menegaskan, bahwa semangat Muhammadiyah adalah semangat membangun keunggulan dan berkeinginan membangun umat yang terbaik. Menurutnya bangsa-bangsa dunia yang saat ini maju, rata-rata mereka memiliki tongak sejarah keunggulannya di masa lampau.

Termasuk Islam juga pernah berada di fase keunggulan tersebut, dan fase sejarah tersebut tidak boleh hanya menjadi bahan romantisme semata, melainkan harus diwujudkan kembali dan Muhammadiyah menginginkan hal itu. Karena mengembalika era keemasan Islam tidak cukup hanya dengan romantisme.

“Besar seperti bui, tetapi hampa dan mudah diterjang oleh kekuatan luar. Tetapi kalau kita kuat dan terbaik, maka insyaallah kita akan menjadi bangsa maju. Umat Islam kan dikonotasikan oleh Nabi seperti bui, bahkan jadi santapan. Muhammadiyah pelan-pelan membangun, sebab membangun itu pelan dan tidak popular,” ungkapnya.

Membangun peradaban melalui bidang pendidikan menurut Haedar memang jalan sunyi yang ditempuh oleh Muhammadiyah, bukan jalur ramai yang penuh sensasi.

Termasuk dalam membuat pernyataan, Muhammadiyah tidak hanya mencari sensasi, melainkan pernyataan maupun kritik yang presisi, santun, baik, dan jika ingin mengkritik maka diajukan dengan argumen kuat, objektif, dan bisa dipertanggungjawabkan.

Merujuk ke beberapa sumber, Haedar Nashir menyebut bahwa Indonesia masih berada di peringkat 7 dalam indek pembangunan manusia tentang pendidikan di ASEAN, dan peringkat 6 dalam hal daya saing di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Philipina, Brunei Darussalam, dan kemudian baru Indonesia.

“Padahal banyak anak-anak negeri hebat-hebat, tapi kenapa kita selalu di bawah ? ini tentang bagaimana Negara ini diurus,” imbuhnya.

Oleh karena itu Muhammadiyah ingin menjadi bagian dari Negara ini dalam memanajemen yang dimiliki umat, bangsa, dan negara untuk dikapitalisasi lebih baik di masa depan. Menurut Haedar, dalam meraih kemajuan yang pertama dibutuhkan untuk memiiki kepercayaan yang kuat, terkait itu Islam telah memilikinya yang disebut dengan tauhid.

“Tapi hati-hati jangan merasa diri paling suci, paling benar sendiri, paling merasa Tuhan itu miliknya. Muhammadiyah tidak diajari seperti itu, semakin kita bertauhid, maka semakin berihsan kepada kemanusiaan, semakin baik kepada manusia, semakin baik kepada kehidupan,” ungkapnya.

Keunggulan kedua yang dibutuhkan untuk memajukan bangsa adalah akhlak yang baik, sebab sebesar apapun bangsa akan rusak jika akhlaknya rusak. Indonesia yang dikenal sebagai bangsa beradab, juga harus hati di era media sosial sekarang, sebab era digital erat kaitannya dalam membentuk bangsa yang nir-keadaban.

Ketiga bangsa juga harus memiliki keunggulan dalam state of mind. Bangsa yang ingin unggul dan maju harus cerdas, menguasai ilmu, dan teknologi. Menurut Haedar kecerdasan bukan saja bawaan, melainkan juga bisa diasah dan dilatih. Maka Amal Usaha Muhammadiyah bidang Pendidikan memiliki peran berarti dalam hal ini.*

Sumber: Muhammadiyah.or.id


latestnews

View Full Version