PALU (voa-islam.com) - Polemik perihal rencana kedatangan Ustad Khalid Basalamah (UKB) di Kota Palu atas undangan Yayasan Lentera Salaf turut mendapatkan tanggapan dari tokoh muda Alkhairaat, Habib Mohammad Sadig al-Habsyi.
Dalam pandangannya, penolakan terhadap UKB yang mengatasnamakan dan ditandatangani oleh Ketua Pengurus Wilayah Himpunan Pemuda Alkhairaat (PW HPA) Sulawesi Tengah (Sulteng) adalah hal yang tidak tepat dan cacat secara idologis.
"Masyarakat harus tahu bahwa Ketua PW HPA Sulteng itu adalah seorang penganut Syi'ah. Ia tidak membawa aspirasi Alkhairaat yang jelas berideologi Ahlus Sunnah wal Jamaah. Umat Islam di Kota Palu dan di Sulawesi Tengah sepatutnya tidak terjebak dalam polarisasi Syi'ah versus Wahhabi," jelasnya saat diminta tanggapannya, Jumat (14/01).
Habib Sadig menegaskan, problem Syi'ah versus Wahhabi sejatinya adalah persoalan geopolitik antara Iran versus Arab Saudi.
"Umat Islam di Indonesia hanyalah korban dari pertarungan geopolitik di Timur Tengah. Kita seharusnya kritis melihat itu. Alkhairaat harus bersikap tegas terhadap Syi'ah yang ditolak oleh Guru Tua sekaligus menjauhkan masyarakat dari klaim-klaim bid'ah yang sering dituduhkan oleh para pengikut Wahhabi terhadap praktik Ahlus Sunnah wal Jama'ah di Indonesia," lanjut Habib Sadig.
Sejalan dengan itu, menurutnya, Pemkot Kota Palu idealnya bersikap netral dalam menyikapi polemik rencana kedatangan UKB.
"Pemerintah Kota Palu seharusnya berada di tengah dan mendengarkan terlebih dulu aspirasi kedua belah pihak, baik yang menolak maupun yang mendukung. Jangan sampai pemerintah terkesan berpihak kepada salah satu kelompok. Bila ada yang dianggap tidak sesuai dengan haluan pemerintah, sudah sepatutnya pemerintah memberikan arahan tegas," pungkasnya.
Seperti yang diberitakan oleh sejumlah media lokal, Pemkot Palu tidak memberikan izin rencana pengajian yang menghadirkan UKB berdasarkan permintaan sejumlah ormas yang mengajukan penolakan. [syahid/voa-islam.com]