JAKARTA (voa-islam.com) – Rabu (19/10), kursus singkat Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta pertemuan kelima dilaksanakan di Aula Imam al-Ghazali, Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), Jakarta Selatan.
Kelas yang terselenggara secara luring tersebut dihadiri oleh puluhan peserta yang berdomisili di sekitar Jabodetabek. ‘Tauhidullah’ menjadi tajuk pada pertemuan malam itu dengan Akmal Sjafril sebagai pemateri. Ibnu Muhammad Hamri selaku moderator membuka dan memandu berjalannya kelas dengan kondusif.
Pada awal penyampaian, ayah dari dua orang anak tersebut menyayangkan mereka yang menyatakan bahwa semua Tuhan itu sama. Padahal orang tersebut tidaklah benar-benar memahami konsep Tuhan di agama lain.
“Unsur utama dari worldview seseorang adalah konsep Tuhannya. Makanya dari semua itu yang dibahas konsep Tuhan dulu,” ungkapnya.
Menurut penulis buku Islam Liberal 101 tersebut, mempelajari kejahiliahan juga penting untuk melihat keunggulan agama sendiri (Islam). Meskipun menggunakan istilah ‘Tuhan’ yang sama, namun konsep ketuhanan di masing-masing agama sangat berlainan.
Seperti misalnya kisah dewa terkuat dalam sistem paganisme, Zeus. Setelah menceritakan seperti apa sistem paganisme paganisme dalam mitologi Yunani dan menunjukkan sisi gelap dari Zeus, Akmal bertanya kepada seluruh peserta yang hadir.
“Kalau Tuhan Anda adalah Zeus, apakah Anda paham apa itu kebenaran? Nilai moral apa yang Anda ambil dengan Tuhan yang seperti itu?”
Pemateri menyatakan bahwa tauhidullah dapat dipahami salah satunya melalui QS. Al-Ikhlas. Bertuhan satu atau monoteisme tidak bisa disamakan dengan konsep Tauhid dalam Islam. Tauhid berarti mengakui bahwa Allah hanyalah satu-satunya. Tuhan yang patut disembah dan tidak ada selain-Nya.
Sedangkan monoteisme, meski bertuhan satu, bisa jadi Tuhan yang dimaksud bukanlah Allah. Selanjutnya Akmal menjelaskan konsep-konsep Tuhan dari agama dan/atau kepercayaan lain, seperti konsep trinitas, sejarah penyaliban Yesus, politeisme, sistem kasta dalam agama Hindu, serta pengorbanan manusia Suku Inca.
Kelas tersebut diakhiri dengan sesi diskusi antara pemateri dengan peserta. Salah seorang peserta SPI Jakarta Angkatan 12 asal Bogor, Mayang memberikan kesan setelah acara berlangsung.
“Perkuliahan malam ini ibarat lagi masak air di teko terus karena udah mateng dia bunyi ngiiing hehe. Si teko dipantik nih sama kisah-kisah yang menggugah pikiran dan jiwa, terus akhirnya dia bunyi yang mengisyaratkan kalau si teko akhirnya nemuin jawaban atas pertanyaannya selama ini. Yap., tentang konsep tuhan yang membentuk worldview seseorang,” ucap alumni Universitas Negeri Jakarta tersebut. [rahayu/syahid/voa-islam.com]