View Full Version
Rabu, 09 Nov 2022

Karakteristik Quran Sebagai Wahyu Bantah Tuduhan Orientalis

 
JAKARTA (voa-islam.com) - Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta angkatan ke-12 menggelar pertemuan ketujuh pada Rabu malam (2/11).
 
Narasumber malam itu, Muhammad Fadhila Azka, S.Th.I, M.Ag. membahas mengenai Konsep Wahyu dan Kenabian dan dipandu oleh Muhammad Ericson Zaid sebagai moderator. Sebelum memaparkan materi, Azka memulai dengan mengucapkan rasa syukur karena bisa kembali mengajar di kelas SPI secara offline setelah melewati masa pandemi.
 
Azka menjelaskan, dalam Qamus al-Muhith karangan Majduddin Muhammad bin Ishaq al- Fairuzabadi al-Syairazi, wahyu disimpulkan pada kisaran sisi kebahasaan sebagai al- maktub (tertulis), al-risalah (pesan), ilham, al-kalam al-khafi (pembicaraan yang tersembunyi), as-shawtu yakuunu fin naasi wa ghayrihim kal wahy wahaat (suara yang terdapat dalam manusia dan yang selainnya seperti oase). Wahyu dan yang diwahyukan kepadanya adalah sebagai sesuatu yang tidak untuk diketahui oleh selainnya.
 
Secara teknis atau terminologis dapat dipahami bahwa wahyu adalah Risalah yang menuntut adanya pemberi pesan dan penerima pesan. Tanpa salah satu dari keduanya maka tidak dimungkinkan terjadinya wahyu. Hal ini membantah tuduhan orientalis dan kaum liberal bahwa wahyu adalah buatan Muhammad Rasulullah. Wahyu bukanlah produk pikiran, khayalan atau biasa di istilahkan creative imagination/reason.
 
Alumnus Fakultas Usluhuddin UIN Syarif Hidayatullah itu menerangkan bahwa salah satu upaya kaum liberal dalam mengaburkan ajaran Islam adalah dengan mengaburkan definisi dari konsep-konsep kunci.
 
Terkait wahyu, mereka justru mengambil pengertian Kristen, yang dikutip Ulil Abshar Abdalla, Luthfi As Syaukanie, dan Abdul Moqsith Ghazali dalam buku “Metodologi Studi Al-Qur’an” dari Montgomery Watt, Islamic Revelation in the Modern World sebagai berikut:
 
“A made of divine activity by which the Creator communicates himself to man and by so doing, evokes man’s response and cooperation”
 
(“Satu aktifitas ilahiah yang mana sang Pencipta mengkomunikasikan dirinya kepada manusia, yang menyulut dan akhirnya melibatkan respon juga kerjasama manusia”)
 
Karakteristik Quran sebagai wahyu, ialah eksidental dan transendental, menolak masuk dalam kompromi berkenaan kepercayaan, mendasarkan konsep agama pada fitrah alami manusia, tidak menjadi teka-teki dan tidak terdapat didalamnya logika eksternal, konsep- konsep dalam Quran sangat luas dan wahyu otentik adalah bukan adanya ruhabiyyat Allah ataupun sebaliknya.
 
 
Tercatat puluhan peserta yang hadir malam itu dan terlihat menikmati jalannya perkuliahan. Muhammad Pendi, salah satu peserta juga memberikan pendapatnya mengenai materi konsep wahyu dan kenabian ini.
 
"Dengan belajar konsep wahyu yang tepat dan benar sumbernya, kita sebagai manusia dapat mengenali alasan kita beribadah serta mengenali konsep agama yang sesuai dengan fitrah manusia,” tangkasnya. [lutfhi/syahid/voa-islam.com]

latestnews

View Full Version