BANDUNG (voa-islam.com) - Sekolah Pemikiran Islam (SPI) menggelar perkuliahan terakhir pada Kamis (03/11) di ruang Tafsir masjid Istiqamah Bandung.
Kegiatan dibuka dengan pembacaan ayat Al-Qur’an oleh salah satu peserta SPI dan hadir sebagai pembicara dosen Pascasarjana UNIDA Gontor, Syamsuddin Arif.
Dengan mengangkat tema “Adab”, peserta diajak untuk merenungi kondisi umat Islam saat ini yang susah, lemah, lelah, dan kalah, hingga muncul pertanyaan, “Mengapa bisa demikian? Lalu mengapa kaum kafir di negara-negara lainnya bisa semakin maju?” tanya Syamsuddin.
Syamsuddin pun melanjutkan pembahasan dengan merujuk jawaban Naquib al-Attas terhadap kedua pertanyaan tersebut yang terangkum dalam buku berjudul Risalah untuk Kaum Muslimin.
“Tiga ratus tahun terakhir kondisi umat Islam sangat terpuruk. Ini dikarenakan sudah tertanam pemikirian dan pendidikan yang sekular, seperti kebebasan, moderasi, pluralitas, dan lain sebagainya. Jadi bukan tentang kebodohan, ini tentang salah pemikiran,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Syamsuddin pun mengutip satu kalimat dalam wawancara antara al-Attas dan Hamzah Yusuf, yakni “many people today have knowledge, but have no adab.”
Salah satu peneliti di Institute for the Study of Islamic Thought ad Civilizations (INSISTS) tersebut juga mengungkapkan akibat dari hilangnya adab.
“Pembiaran kita terhadap fenomena kebiadaban (ketiadaan adab) dalam berilmu akan berakibat kepada penyamarataan semua orang atau leveling, tidak mengakui otoritas ulama, bersikap diabolik, muncul ilmuwa-ilmuwan palsu, pemerintah mudah diadu domba, Al-Qur’an disamakan dengan kitab biasa, semua agama baik dan benar, Rasulullah dan para sahabat disamakan dengan manusia lainnya,” tambahnya.
Menanggapi pemaparan Syamsuddin, Syifa Az Zahra salah seorang peserta SPI turut berkomentar.
“Setelah mempelajari materi adab, menambah wawasan dan pengetahuan saya tentang adab yang ternyata luas maknanya dan menyadarkan kembali ternyata adab sangat penting bagi manusia, mengingat banyak sekali contoh buruk orang-orang yang tidak beradab di sekitar kita,” ujarnya.
Maka dari itu, adab menjadi kunci dalam kemajuan umat Islam.
“Adab tidak hanya soal sopan santun, namun melakukan hal yang haq atau benar. Jika kita ingin beradab, harus berilmu, tahu yang benar, dan diiringi dengan hikmah. Right decision akan menghasilkan right action yaitu adab, dan wrong decision akan menghasilkan wrong action yaitu biadab” pungkas Syamsuddin. [fauzaih/syahid/voa-islam.com]