JAKARTA (voa-islam.com) - Kepala Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Pusat, Akmal Sjafril S.T., M.Pd.I, mengungkapkan, penyimpangan pemikiran dapat dideteksi lewat kontradiksi lisan maupun tulisan.
“Ketika mengupas lapisan kesesatan pemikiran, Anda akan mendapati kontradiksi, kebingungan, dan paradox dalam perkataan,” ujar Akmal, Rabu, (9/11) pada pertemuan ke-8 Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta.
“Demikianlah apabila worldview seseorang tidak bersumber pada Al-Qur’an, yakni sumber tanpa sedikit pun keraguan,” lanjutnya.
Perkuliahan yang diadakan di Aula Imam al-Ghazali, Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) Jakarta Selatan ini dihadiri oleh puluhan peserta dari berbagai wilayah di Jabodetabek.
Setiap peserta menerima cetakan transkrip wawancara bertajuk “Saya Tidak Percaya Agama, tapi Percaya Tuhan” sebagai bahan diskusi yang dipandu langsung oleh penulis buku Islam Liberal 101 itu.
Tukar pikir yang berlangsung selama 120 menit itu disambut dengan ragam pendapat dari peserta disertai selingan candaan oleh Akmal. Bapak 2 anak itu menantang peserta mengomentari dan mengkritisi gagasan dengan percaya diri namun tetap santun dan beradab.
Peserta memberikan tanggapan positif untuk pertemuan malam itu.
“Tidak seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, kelas hari ini lebih interaktif dengan melibatkan diskusi dua arah antara pemateri dengan peserta, mengulas teks wawancara dari dua tokoh liberal,” ungkap Rahayu.
“Dari kelas semalam, kita belajar untuk jeli pada setiap kata. Dengan kejelian itu, kita dapat menyingkap banyak kontradiksi antar argumentasi mereka sendiri,” pungkas mahasiswi jurusan Geografi itu.
Di akhir kesempatan, Akmal berpesan agar umat muslim dapat menempatkan diri sesuai kondisi.
“Dalam bab perang pemikiran, kita nyalakan tombol menyerang di dalam benak kita. Jangan sampai, dalam berukhuwah kita menyerang, namun dalam pertempuran kita mengasihani,” ujar peneliti sejarah Buya Hamka itu. [agianda/syahid/voa-islam.com]