View Full Version
Senin, 09 Jan 2023

Perahu Yang Membawa Ratusan Pengungsi Rohingya Kembali Mendarat Di Wilayah Aceh

ACEH BESAR (voa-islam.com) - Sebuah perahu yang membawa 184 pengungsi Rohingya mendarat di sebuah pantai di provinsi Aceh, Indonesia pada hari Ahad (8/1/2023), bergabung dengan ratusan orang yang tiba tahun lalu, mempertaruhkan perjalanan laut yang berbahaya untuk masa depan yang lebih baik.

Ini adalah kapal Rohingya pertama yang mendarat di Aceh pada tahun 2023, setelah kedatangan dua kapal, membawa total sekitar 240 pengungsi yang mengalami dehidrasi dan kelelahan, pada hari Natal dan lusa di provinsi tersebut. Perahu-perahu ini telah berada di laut selama berminggu-minggu, dan sekitar 40 orang tewas di dalamnya.

Kelompok terakhir – 69 laki-laki, 75 perempuan dan 40 anak-anak – terdampar di Pantai Kuala Gigeng di Kabupaten Aceh Besar pada Ahad sore, dan belum ditentukan berapa lama para pengungsi berada di laut, kata juru bicara kepolisian provinsi Joko Krisdianto.

Joko mengatakan dia juga tidak tahu dari mana kapal itu berlayar, tetapi kepala LSM lokal KontraS Aceh, Aharul Husna, mengatakan Rohingya mungkin telah pergi dari kamp pengungsi di Cox's Bazar Bangladesh.

“Penanganan lebih lanjut [pengungsi] akan dilakukan oleh lembaga perlindungan sipil, kantor imigrasi dan dinas sosial,” kata pejabat lain, kepala operasi polisi Aceh Agus Sarjito.

Kapal tambahan dengan sekitar 180 orang Rohingya dilaporkan hilang bulan lalu, dengan semua penumpang diduga tewas, kata badan pengungsi PBB UNHCR pada 27 Desember.

Juru bicara kepolisian Joko mengatakan perwakilan dari UNHCR, Organisasi Internasional untuk Migrasi dan militer Indonesia siap membantu para pengungsi Rohingya terbaru.

Miftach Tjut Adek, ketua komunitas nelayan setempat, mengatakan para nelayan melaporkan melihat kapal pengungsi beberapa hari lalu di dekat Pulau Rondo, wilayah Indonesia di Laut Andaman.

“Kami tidak tahu apakah perahu yang mendarat hari ini sama dengan perahu yang terlihat beberapa hari lalu di dekat Pulau Rondo,” katanya kepada BenarNews.

“Orang Aceh, baik pemerintah maupun masyarakat setempat, membantu mereka karena itu bagian dari nilai budaya dan agama kita,” katanya.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan pada hari Rabu bahwa kedatangan pengungsi Rohingya ke Aceh tahun lalu melonjak menjadi 574. Antara tahun 2020 hingga 2022, pejabat mencatat kedatangan 1.155 pengungsi Rohingya di Aceh.

Amnesty International mengatakan kedatangan terbaru pengungsi Rohingya menyoroti situasi yang memburuk di Myanmar setelah kudeta militer pada Februari 2021, serta kondisi yang mengerikan di kamp-kamp di Cox's Bazar Bangladesh.

UNHCR mengatakan pada bulan Desember telah mencatat peningkatan enam kali lipat orang Rohingya yang melakukan perjalanan laut yang berbahaya dan terlarang pada tahun 2022, dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Para pengungsi melakukan perjalanan berbahaya untuk melarikan diri dari kamp pengungsi Bangladesh atau negara bagian asal mereka Rakhine di Myanmar, tempat mereka dianiaya.

Sekitar 1 juta Rohingya, termasuk sekitar 740.000 yang melarikan diri dari Myanmar selama serangan militer brutal di Rakhine pada tahun 2017, tinggal di kamp pengungsi yang padat di Cox's Bazar, sebuah distrik tenggara Bangladesh di perbatasan Myanmar.

Banyak orang tanpa kewarganegaraan menjadi putus asa karena mereka tidak melihat harapan untuk dipulangkan ke Myanmar, yang dilanda kekerasan setelah kudeta militer, kata para pembela hak asasi manusia dan LSM di wilayah tersebut. Rohingya di Bangladesh juga tidak dapat bekerja atau mendidik anak-anak mereka dengan baik di kamp-kamp ini, di mana mereka dilarang meninggalkan kamp-kamp tersebut.

Pada tahun 2022 saja, lebih dari 2.000 Rohingya telah dibawa ke laut dengan perahu penyelundup di Teluk Benggala dan Laut Andaman, dengan hampir 200 orang dilaporkan meninggal sejauh ini, kata UNHCR. (BN)


latestnews

View Full Version