BANDUNG (voa-islam.com) - Perkuliahan Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung Kembali digelar pada Kamis (5/1/23). Pertemuan kedua di Semester 2 dengan tema materi Nativisasi menjadi pembukan pekan di tahun yang baru.
Materi disampaikan oleh Tiar Anwar Bachtiar, seorang ahli sejarah Nusantara dan peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS).
“Nativisasi adalah isu dakwah, tantangan dalam berdakwah. Dakwah itu berlaku untuk semua orang yang menyatakan dirinya sebagai muslim, bukan hanya berlaku untuk yang diberi gelar ustadz,” ungkap Tiar sebagai pembuka.
Nativisime atau paham yang menolak agama dengan dalih mengembalikan kebudayaan asli menjadi isu nyata dalam dakwah dari dahulu sampai saat ini. Permasalahan budaya dan agama masih sering menjadi perbincangan hingga memicu perdebatan, seolah-olah hal itu selalu bertentangan.
“Budaya adalah hasil pikiran manusia yang dikerjakan, kemudian ditiru dan menjadi kebiasaan sehingga disebut juga dengan life style. Dan budaya ini sifatnya relatif atau bisa berubah seiring berkembangnya zaman karena sumbernya dari akal manusia. Sedangkan Agama datangnya dari Allah disertai dengan mukjizat atau sesuatu yang diluar kebiasaan manusia. Jadi, Agama dan kebudayaan itu jelas berbeda. Namun, agama bisa mempengaruhi budaya melalui cara berpikir manusia,” jelas dosen STAI Persis Garut tersebut.
Selanjutnya, ia menerangkan, “Kebudayaan itu tidak bisa kita tolak, karena merupakan kebutuhan manusia untuk bertahan hidup, namun harus kita perhatikan apakah budaya itu sesuai dengan syariat atau tidak.”
Menurut Tiar, sebagai seorang muslim, kita bisa menghadapi nativisasi ini.
“Caranya dengan mendalami aspek spiritual. Khusyuk dan fokus dalam beribadah kepada Allah, serta harus bisa menelaah rasionalitas dari argumen kaum nativisme tersebut,” simpulnya.
Seilla, salah satu peserta SPI Bandung, mengatakan materi kedua ini banyak dijumpai dalam lingkungan masyarakat.
“Materinya sangat relateable, dilingkungan saya masih banyak kebudayaan yang berkembang tidak sesuai dengan ajaran Islam,” komentarnya.
Berdasarkan materi yang telah diterangkan serta diskusi yang terjalin antara pemateri dan peserta, Seilla berpendapat terkait bagaimana cara menangani adanya kasus nativisasi di lingkungan sekitar.
“Yang saya lakukan untuk memerangi nativisasai ini adalah dengan menanyakan dulu apa tujuannya mereka melakukan hal itu, karena terkadang niat orang itu tidak sama dengan apa yang kita lihat. Setelah itu, bila terbukti menyimpang, nasihati pelan-pelan dan bertahap,” pungkasnya. [fadila/syahid/voa-islam.com]