View Full Version
Kamis, 19 Jan 2023

Mengambil Ibroh dari Fitnah Kubro

BANDUNG (voa-islam.com) - Kamis (12/01/2023), Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung menggelar perkuliahan ketiga di semester 2 dengan tajuk “Fitnah Kubro”.

Pembelajaran dilakukan di Ruang Tafsir Masjid Istiqamah, Jalan Citarum, Bandung. Pemateri pada perkulihan ketiga ini adalah Pendiri Pesantren Tamaddun Jatinangor, Ahmad Rofiqi.

Fitnah akan menciptakan kondisi kebingungan dan ketidakpastian. Karena suatu hal yang benar akan terlihat salah, sedangkan suatu hal yang salah akan terlihat benar.

“Karakteristik dari fitnah adalah tidak jelas atau buram dalam membedakan yang hak dan batil,” ujar Alumni Prodi Quran Kuliyah Dakwah Islam Tripoli Libya itu.

Kasus-kasus fitnah dimulai dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat hingga saat ini. Namun narasumber hanya memberikan penjelasan mulai dari pembunuhan Utsman bin Affan radhiyallahu anhu, Perang Jamal, Perang Shiffin, dan Tragedi Karbala.

“Setelah terjadi fitnah kubro, muncul 3 golongan yaitu Syi’ah, Khawarij, dan Murji’ah,” papar narasumber yang berasal dari Sumedang ini.

“Terdapat 3 ibroh atau pelajaran yang dapat diambil dari kisah fitnah kubro ini,” jelas Rofiqi.

“Pertama, umat Islam tidak pernah kalah dari orang kafir. Bahkan tidak ada negara kafir yang berani menyerang negara muslim walaupun sedang terjadi konflik internal. Kedua, walaupun terjadi konflik internal, dunia Islam tidak goyah. Bahkan Islam tetap menyebar ke tiap penjuru bumi. Ketiga, para ulama tidak mengurangi rasa hormat kepada para sahabat dan tabi’in yang bertikai. Karena kesalahan tersebut merupakan kesalahan dalam ber-ijtihad,” jelasnya.

Peserta SPI, Asrul, sangat senang dengan pelajaran yang disampaikan. Tema fitnah kubro termasuk yang paling dihindari karena belum jelas siapa yang salah dan benar.

“Setelah mendapat penjelasan dari narasumber, saya lebih paham kondisinya. sesuai kata Ustadz semalam bahwa para sahabat konsisten benar, adapun perbedaan ijtihad masing-masing mendapat pahalanya,” tandas pegawai Rabbani itu.

“Ibroh yang paling menyentuh adalah keteladanan para sahabat untuk menahan diri dalam memerangi para pemberontak demi meminimalisasi, bahkan menghentikan, pertumpahan darah yang lebih banyak,” pungkasnya. [hadiyan/syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version