BANDUNG (voa-islam.com) - Dr. (Cand.) Akmal Sjafril, S.T., M.Pd.I. merasa khawatir terhadap banyaknya orang yang menggunakan kata humanisme sebagai landasan kegiatan sosial. Hal itu disampaikannya dalam pertemuan ke-14 Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Kamis, (26/01) di Masjid Istiqamah Bandung.
Forum tersebut mengangkat tema “Pluralisme Agama” yang dihadiri oleh para pemuda aktivis dakwah di Kota Bandung.
Akmal menyampaikan bahwa Humanisme Sekuler merupakan salah satu tren pluralisme yang berkembang hari ini. Menurutnya, humanisme adalah suatu paham yang bersifat antroposentris yang berarti manusia sebagai pusat dari semuanya.
Sedangkan Humanisme Sekuler sendiri tergambar dengan baik dalam kalimat, “Man is the measure off all things,” yang kemudian disimpulkan bahwa manusia berada di atas segala sesuatu, termasuk di atas agama. Oleh karena itu agama akan berubah bergantung kepada manusianya.
“Selain Humanisme Sekuler, tren lain pluralisme adalah Teologi Global, Sinkretisme, Hikmah Abadi, dan Teosofi Freemasonry,” sebut Akmal.
Sedang pluralisme agama, menurut MUI, adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif.
Akmal berpesan agar kita tidak sembarangan menggunakan kata humanisme karena di dalamnya terdapat konsep yang salah, yaitu menempatkan manusia sebagai pusat dari segalanya. Kemudian tersebab itulah konsep humanisme bertentangan dengan agama Islam yang menempatkan Allah di atas segalanya.
Salah satu siswa kelas malam itu, Hadiyan, berpendapat.
“Kalimat semacam toleransi atau humanisme ini dijadikan topeng oleh para pluralis agar mereka diterima banyak orang. Namun kemudian mereka masukkan pemahaman-pemahaman pluralisme dan humanisme yang bertengan dengan agama ini,” pungkasnya. [kautsar/syahid/voa-islam.com]