JAKARTA (voa-islam.com) - Ketua Umum DPP Jalinan Alumni Timur Tengah Indonesia (JATTI) KH Bachtiar Nasir mengungkapkan perbedaan politisi dan negarawan. Hal ini disampaikan UBN, sapaan karib KH Bachtiar Nasir, pada 'JATTI Bershalawat' di AQL Islamic Center Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (28/9/2029) malam.
Menurut UBN, saat ini kondisi politik Indonesia sedang tidak baik. Alumni Universitas Islam Madinah ini menyebut istilah “animal politics”.
Animal politics, kata UBN, ditandai dengan sikap menang-kalah, tindakan penguasaan wilayah, mencakar, mencabik, memangsa dan mengusir walaupun kepada saudara sendiri. Kehidupan yang seperti ini mirip yang terjadi dalam kehidupan harimau liar.
“Kepuasannya sebagai pemimpin ingin berkuasa, kalau perlu turun temurun, hanya spesiesnya yang boleh, ini animal politics, beda dengan negarawan,” ungkap UBN.
UBN mengatakan, seorang negawaran tidak hanya mengerti soal ilmu tata negara, hukum bernegara atau tata kelola negara. Seorang negawaran memikirkan generasi yang akan datang dan membangun peradaban.
Negawaran tidak hanya mengerti ilmu tata negara, hukum bernegara, atau tata kelola negara. Politisi memikirkan pemilu yang akan datang.
Sedangkan negarawan memikirkan generasi yang akan datang dan membangun peradaban. Bukan soal menang atau kalah.
“Kalau politisi memikirkan pemilu yang akan datang, menang atau kalah. Tapi kalau negarawan tidak berpikir soal menang kalah,” kata UBN yang juga Pimpinan Perkumpulan AQL.
Selanjutnya, UBN menyebut beda antara politisi dengan negarawan adalah seorang politisi menjalanakan politik transaksional. Sedangkan negawaran menjalankan politik transformasional.
“Politik transaksional itu hubungan industrialnya antara dia dengan konstituennya adalah uang dan materi. Bukan bagaimana kasih sayang diberikan, bagaimana keberpihakan dan pembelaan, melulu tentang apa dan berapa,” kata dia.
Untuk diketahui, JATTI Bershalawat dihadiri oleh pengurus JATTI dan alumni Timur Tengah serta jemaah AQL.
JATTI Bershalawat bertema “Sikap Negawaran Nabi Muhammad Saw” digelar dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw 1445 H.
Sejumlah tokoh diminta untuk menyampaikan secara singkat teladan Nabi Muhammad Saw sebagai negawaran dalam berbargai bidang. Di antaranya KH Mardani Zuhri, KH Deden M. Makhyaruddin, Ustaz Fadzlan Garamatan, Ustaz Fahmi Salim, Ustaz M. Yusuf Siddiq, dan Ustaz Muhammad Ridwan Yahya, Lc.*