BANDUNG (voa-islam.com) - "Sekularisme itu ideologi, seperti agama, mereka fanatik" ucap Akmal, membuka kelas perdana SPI angkatan 13 semester 2 dengan topik "Sekularisme", yang diadakan di Aula Imam Al-Ghazali, INSIST, Kalibata pada Rabu Malam (8/11). Kuliah malam itu kembali menghadirkan Kepala Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Pusat, Akmal Sjafril, S.T., M.Pd.I., sebagai pemateri dan dipandu oleh Abdel Achrian sebagai moderator.
Mengapa sekularisme sudah menjadi ideologi? Karena orang-orang Barat sudah fanatik terhadap pemikiran sekular, bahkan membela pemikiran tersebut walaupun sudah tampak jelas kekeliruannya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Prof. Al-Attas saat mengomentari fenomena yang terjadi di Barat, bahwasannya yang terjadi kini bukanlah Barat yang ter-Kristen-kan, melainkan Kristenlah yang ter-Barat-kan. Kristen tidak mampu menahan sempuran sekularisme. Kristen justru dipaksa untuk menerima bahkan beradaptasi untuk dapat menerimanya.
Mengapa Kristen Barat meninggalkan Kristen dan memilih sekuler? setidaknya ada tiga hal yang menjadi alasannya, sebagaimana yang disampaikan Dr. Adian Husaini. Pertama, problem sejarah. Pemeluk Kristen Barat memiliki sejarah pelanggaran yang kerap kali dilakukan oleh orang-orang yang mereka anggap suci, sehingga bermuncullah orang-orang yang tidak sepakat dengan nilai-nilai Kristen yang ada saat itu. Kedua, problem teks Bible. Terdapat empat teks pembacaan Bible yang saling bertentangan bahkan mengandung pengajaran nilai moral yang tidak baik. Ketiga, problem teologi Kristen. Salah satunya adalah konsep trinitas yang sulit dipahami.
“Jadi, Sekularisme adalah ideologi yang berasal dari Barat yang berakar dari pengalaman Barat terhadap agamanya sendiri.” Ucap Penulis Islam Liberal 101 itu. Ketika Barat sudah menjadikan sekularisme sebagai sebuah ideologi, maka tampaklah perbedaan pemikiran dari orang-orang Barat. Mereka cenderung melihat alam, namun tidak menghubungkannya dengan kuasa Tuhan. Kemudian menurut mereka politik tidak sakral dan tidak ada hubungannya dengan ketuhanan serta bagi mereka tidak ada nilai-nilai kehidupan yang bersifat abadi, karena semua yang ada di dunia dalam pandangannya dapat berubah. “Sekularisme senantiasa berlawanan dengan Islam, karena nilai fundamental darinya berlawanan dengan Islam”, Akmal menyimpulkan sebagai penutup perkuliahannya.
Semua murid SPI cukup antusias dalam mengikuti perkuliahan tersebut, tampak dari banyaknya pertanyaan yang disampaikan kepada pemateri malam kemarin. Salah satu peserta, Darel, tampak hadir, “Setelah menyimak materi sekularisme ini, saya jadi paham lebih dalam mengenai sekularisme. Karena sebelumnya saya hanya paham makna sekular tapi tidak paham dengan sejarahnya, tabiatnya dan sebagainya. Dan ternyata sekularisme ini menjadi masalah terbesar kontemporer,” ucapnya. (BA)