BANDUNG (voa-islam.com) - Paham atau pemikiran sekuler dikenal sebagai program filsafat untuk mengubah cara pandang keagamaan menjadi non-agama. Singkatnya sekuler adalah upaya pemisahan antara kehidupan dunia dari agama. Menurut Direktur Institut Pemikiran Islam dan Pembinaan Insan (PIMPIN) Bandung, Dr. Wendi Zarman, menilai sekularisme merupakan tulang punggung pemikiran Barat. Materi ini merupakan materi pembuka semester kedua dari Sekolah Pemikiran Islam Bandung yang dilaksanakan di Masjid Istiqomah, Kamis (23/11)
“Sebagaimana kita tahu, bahwa agama mayoritas di negara Barat adalah Kristen. Dulu Kristen disebarkan secara masif namun sejak muncul pemikiran sekuler, agama Kristen akhirnya kalah dan justru mengadopsi pemikiran tersebut,” jelas Wendi.
Ia menerangkan, tidak heran jika saat ini ada gereja-gereja yang mulai mengizinkan pernikahan sesama jenis, sebagai akibat kekalahan agama Kristen dalam memepertahankan pengaruhnya. Menurutnya, hingga sekarang hanya agama Islam saja yang masih mempertahankan dengan jelas aturan agamanya dan terus mendapat gempuran untuk mulai mengadopsi paham sekular dalam Islam.
“Agama Kristen munculnya kan di Yerussalem, tapi sekarang coba lihat, pusat agama Kristen ada di negeri mana justru? Di Vatikan, hal itu menunjukkan kekalahan Kristen dengan Barat yang membawa paham sekuler. Islam saat menjadi agama satu-satunya yang tegas bertahan dengan ajaran yang disampaikan Rasulullah SAW,” papar Dosen Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) tersebut.
Salah satu murid SPI Bandung, Octanty, menilai pengetahuan tentang sekularisasi pelu dipahami oleh muslim agar dapat mewaspadai serangan pemikiran tersebut.
“Dengan mengetahui sekularisme ini, bisa memperkuat pemahaman kita seperti apa ajaran agama islam yang benar. Karena saat ini sangat banyak paham tentang sekularisme berkembang yang membuat banyak orang memisahkan Islam dengan hal dunia. Padahal ajaran islam itu ada untuk dapat mengatur dengan baik hal-hal duniawi,” papar Octanty
Dengan mengikuti kelas SPI Bandung tentang sekularisme, beberapa murid merasa tergerak untuk dapat melakukan aksi nyata dalam melawan sekularisme di Indonesia. Seperti yang dirasakan Ratih dan Dini, dua murid SPI Bandung yang melanjutkan semester duanya.
Menurut Ratih selaku guru di sekolah internasional, memiliki lingkungan yang sekuler menjadi tantangan tersendiri. Ia pun tergerak untuk dapat lebih menunjukkan akhlak yang baik sebagai muslim, terkhusus ke rekan kerja dan siswa yang muslim namun terpapar berbagai pemikiran.
“Berusaha untuk menunjukkan karakter yang caring dan sebisa mungkin aku coba biasa kasih perspektif Islam ke mereka saat diskusi, jadi harapannya tipis-tipis bisa meng-counter juga pemikiran-pemikiran sekuler itu,” terang Ratih.
Adapun Dini berpendapat pemikiran sekuler yang merambah di Indonesia sudah masuk kategori parah. Hal itu sebagaimana temuannya dilapangan ketika hendak menerapkan aturan Islam, ternyata mendapat cibiran.
“Nyinyiran orang pas mau negakin syariat Islam tuh, Ya Allah! Dan itu berlaku di manapun, lapisan manapun, bidang apapun. Hal salah sudah dinormalisasi dan dianggap bener,” kata Dini.
Ia pun merasa tergerak untuk dapat meluruskan pemahaman-pemahaman sekuler agar kembali ke jalan Islam. Dini mengaku, dirinya berfokus pada lingkungan terdekatnya terlebih dahulu.
“Aku suka jadi cerewet di sekitar aku, biasanya aku masukin pemahaman yang bener ketika ngajar dan sekarang juga aku lagi ada project buat benerin pemikiran-pemikiran yang seperti itu. Pastinya aku masih fokus sama orang-orang yang deket sama aku, yang suka aku temuin, Kayak murid, saudara, atau teman,” pungkas Dini yang aktif dalam kegiatan sosial kepemudaan dan pendidikan. (SKN/Ab)