View Full Version
Sabtu, 13 Jan 2024

Wendi Zarman: Kebahagiaan Sejati Tak Hanya dari Materi

BANDUNG (voa-islam.com) - Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung, Kamis (11/01/2023) melaksanakan kuliah ke-18 dengan di Masjid Istiqomah membahas tema "Konsep manusia dan kebahagiaan, yang cenderung tidak dapat terlepas satu sama lain" dengan pemateri Wendi Zarman.

Untuk memahami hal tersebut, SPI Bandung mengkaji hal itu melalui sudut pandang Islam.

"Jika kita memaknai kata bahagia saat ini, banyak orang akan menjawab bahwa bahagia merupakan terpenuhinya sisi materialitas, seperti ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Sehingga tidak mengherankan negara-negara Skandinavia, dijuluki sebagai negara paling bahagia karena pendapatannya tinggi dan berpendidikan,” kata Wendi.

Dosen Universitas Komputer Indonesia itu mengatakan, jika tidak melihat aspek materialitas, berdasar survei Ipsos Global pada 2012 Indonesia pernah menjadi negara yang 91% warganya merasa bahagia. Pada survei tersebut, hanya menitikberatkan pada jawaban bahagia dan sangat bahagia dari para responden. Hal itu tentu berbeda dengan survei kebahagiaan di 2023, di mana Indonesia menempati posisi 84 dari 137 negara yang dinilai berdasar enam kriteria seperti pendapatan per kapita, harapan hidup sehat, kebebasan pilihan hidup, dukungan sosial, kedermawanan, dan persepsi korupsi.

“Jika kita melihat negara Finlandia yang dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia, ternyata negara tersebut juga memiliki angka stress bahkan bunuh diri yang tinggi. Itu artinya konsep kebahagiaan sejati, sesungguhnya tidak hanya terlihat dari aspek material saja,” paparnya.

Lebih lanjut, Wendi menyampaikan bahwa kebahagiaan yang kekal dan sesungguhnya bagi Islam adalah bertemu dengan Rabb (Allah SWT) di akhirat. Ia menyampaikan, menurut Profesor Syed Naquib Al-Attas kebahagiaan didefinisikan dengan istilah sa’adah yang berkaitan dengan dua dimensi kewujudan yakni akhirat (ukhrawiyyah) dan dunia (dunyawiyyah) di mana keduanya tidak dapat terpisahkan.

“Untuk mencapai kebahagiaan dalam Islam diperlukan iman dan amal saleh. Iman menjadi keyakinan rasa optimisme akan hari akhir dan amal saleh menjadi jalan menuju kebahagiaan yang hakiki,” simpul Wendi.

Menanggapi penjelasan terkait konsep manusia dan kebahagiaan, salah satu peserta SPI Bandung Angkatan 9, Rita Lestari mengungkapkan bahwa dirinya baru menyadari bahwa kebahagiaan sejati bukanlah ketika memiliki segala kehidupan duniawi, melainkan lebih dekat dengan Sang Pencipta.

“Sebelum kenal Islam lebih dalam, saya pikir kebahagiaan itu ada pada hal yang sifatnya materialistis, yaitu ketika kita punya segalanya dan bisa mencapai apa yang kita mau. Tapi setelah kenal Islam lebih dalam, perspektif nya jadi berubah. Ternyata bahagia letaknya bukan di sana, tapi ada di Allah. Ketika kita bisa dekat sama Allah, walaupun tetep bisa rasain sedih tapi rasanya jadi tenang, punya sandaran, punya pelindung, merasa dijamin bahwa semua akan baik-baik saja,” ungkap mahasiswi di salah satu universitas swasta di Bandung tersebut. (SKN/Ab)


latestnews

View Full Version