BANDUNG (voa-islam.com) - Sebagai salah satu kajian ilmu pada semester dua, materi bertajuk “Musim Semi Peradaban Islam” bertujuan untuk membekali para murid SPI agar memahami sumbangsih masa kejayaan Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, serta agar umat Muslim mampu memantaskan diri untuk menyambut kembalinya kejayaan Islam di masa depan.
“Banyak yang mengira bahwa sejarah itu tak ubahnya seperti garis linier, padahal seringkali berbentuk sebuah siklus. Sehingga kejayaan peradaban Islam yang pernah terjadi dahulu insyaa Allaah akan terulang kembali suatu hari nanti,” ujar Akmal Sjafril, dalam pertemuan ke-19 Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung, Kamis (18/01/24) di Masjid Istiqomah.
“Banyak yang tidak mengetahui bahwa Islam merupakan agama yang syarat dengan ilmu pengetahuan. Hilangnya manuskrip dan adanya upaya menutupi masa kejayaan Islam oleh masyarakat barat menjadi faktor utama terputusnya generasi Islam terhadap ledakan pengetahuan tersebut,” ungkap Akmal.
Doktor Ilmu Sejarah tersebut memaparkan dengan gamblang bukti-bukti kejayaan Islam masa lampau, seperti adanya dua ibu kota sains pada masa kegemilangan ilmu pengetahuan yakni Cordoba dan Baghdad. “Sayangnya, fakta terkait dengan maju pesatnya keilmuan Islam saat dahulu saat ini ditutupi oleh bangsa Eropa yang kini menguasai sektor ilmu pengetahuan. Bagaimana tidak, karena pada nasa keemasan Islam terjadi bersamaan dengan periode dark age di Eropa ketika sains sulit berkembang di bawah dominansi agama saat itu,” papar Akmal.
Akmal lebih lanjut menjelaskan, sebab-sebab kejayaan Islam pada saat itu antara lain adalah karena peradaban Islam syarat dengan peradaban ilmu pengetahuan tidak hanya mengandalkan mukjizat semata. Hal terdebut kontras dengan penyebab zaman kegelapan di Eropa karena pemuka agama di sana menjadi semena-mena dan membuat ilmu pengetahuan sebagai oposisi agama. “Selain hal tersebut, di Al Qur’an sendiri tertulis bahwa akan ada kedudukan istimewa bagi mereka yang mampu merenungi tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam semesta. Tenntunya, aqidah yang benar menuntut seseorang menuju pintu masuk rasionalisme berketuhanan, sehingga terhindar dari sikap takhayul ataupun rasionalisme kebablasan,” jelas Akmal.
Salah satu murid SPI Bandung, Hanif, memberikan pendapatnya seusai kelas. “Menjadi penting bagi setiap generasi muslim untuk mempelajari sejarah kejayaan Islam, agar mereka semakin percaya bahwa Islam bukan peradaban biasa dan tentunya menjadi lecutan agar semakin semangat dalam menuntut ilmu guna mewujudkan kembali musim semi peradaban Islam,” simpul Hanif.(AYC/Ab)