BANDA ACEH (voa-islam.com) - Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Provinsi Aceh Dr. Tgk. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA. menjelaskan kriteria memilih pemimpin sesuai dengan Islam.
Hal ini disampaikan oleh Tgk Yusran Hadi dalam khutbah Jum'at yang berjudul "Kriteria Memilih Pemimpin Dalam Islam" pada hari Jum'at (9/2/24) kemarin di Masjid Syuhada, Gampong Lamgugob, Banda Aceh.
"Pemilihan Umum (Pemilu) tinggal beberapa hari lagi. Tepatnya insya Allah pada hari Rabu tanggal 14 Februari 2024 rakyat Indonesia akan memilih pemimpin untuk 5 tahun ke depan, baik pemimpin negara (presiden) maupun pemimpin perwakilan rakyat yang duduk di parlemen atau dewan."
"Ada tiga pasang Capres-cawapres dan ada ribuan Caleg di seluruh Indonesia. Sebagian umat mungkin masih ada kebimbangan dan kebingungan dalam menjatuhkan pilihan. Kira-kira siapa pemimpin yang layak dipilih dan diangkat sebagai pemimpin Indonesia untuk lima tahun ke depan, baik di lembaga eksekutif mau pun legislatif."
"Untuk itu, khatib akan memjelaskan kriteria calon pemimpin yang tepat dan untuk memimpin bangsa ini sesuai dengan kriteria pemimpin yang ditetapkan dalam Islam agar negera ini menjadi Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafuur., negara yang damai, berkeadilan, makmur dan mendapat keberkahan dari Allah ta'ala."
"Memilih pemimpin itu harus hati-hati. Tidak boleh dengan hawa nafsu karena iming-iming materi, pangkat, jabatan dan uang dan bukan pula karena fanatik buta karena keluarga atau kelompoknya atau partai. Pilihan kita hari ini akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah ta'ala."
"Oleh karena itu, kita harus mimilih pemimpin sesuai dengan ketentuan Islam. Gunakan iman, hati nurani dan logika sehat. Kita harus pilih pemimpin yang baik dan layak menjadi pemimpin yang memenuhi kriteria sebagai pemimpin. Bila tidak, maka menanggung dosa akibat memimpin yang tidak baik dan tidak layak menjadi pemimpin. Selain berdosa karena salah memilih, akibatnya juga mendatangkan mudharat terhadap agama dan umat Islam serta menghancurkan tatanan bangsa dan negara."
Selanjutnya, Tgk Yusran Hadi yang juga Ketua bidgar Dakwah PW Persis Aceh ini menjelaskam empat kriteria yang bisa dijadikan acuan dalam memilih pemimpin.
"Ada empat kriteria yang harus kita ketahui sebelum kita masuk ke bilik suara untuk mencoblos."
"Pertama; Kriteria berdasarkan tinjauan sejarah. Seorang pemimpin harus taat beragama dan mampu menjadi imam dan khatib. Dalam sejarah, setelah wafatnya Rasulullah SAW para sahabat sepakat mengangkat Abu Bakar RA sebagai pemimpin. Alasannya, selain beliau taat beragama, beliau juga pernah ditunjuk oleh Rasul SAW sebagai imam shalat. Beliau mampun menjadi imam dan khatib."
"Disebutkan dalam sebuah hadits dari Ali bin Abi Thalib RA yang berkata, “Ketika Nabi wafat, kami berpikir tentang urusan kami ke depan, lalu kami jumpai bahwa Nabi telah mengangkat Abu Bakar sebagai imam salat kami, akhirnya kami relakan urusan dunia kami, dipimpin oleh seseorang yang diridhai oleh Rasulullah SAW memimpin urusan agama kami. Karena itu, kami utamakan Abu Bakar sebagai pemimpin kami." (HR. Ibnu Sa'ad dalam at-Thabaqaat al-Kubraa)"
"Karena itu, memilih pemimpin harus melihat kepada ibadahnya, dan di antara yang paling penting shalatnya. Kita lihat apakah ia menjaga shalatnya atau tidak. Karena, baik atau buruk seseorang itu tergantung kepada shalatnya. Jika shalatnya baik yaitu senantiasa dilakukan dan sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW, maka perilakunya menjadi baik. Kalau shalatnya tidak baik yaitu meninggalkan atau tidak sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW, maka perilakunya menjadi tidak baik."
"Allah SWT berfirman, "Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Ankabut: 45)."
"Kenyataannya, ketika Rasul SAW masih hidup dan beliau berhalangan, maka beliau menunjuk Abu Bakar sebagai imam. Di sini tersirat pesan penting bahwa ketika Abu Bakar diangkat sebagai imam shalat, sudah sangat layak pula beliau diangkat sebagai pemimpin. Kita tidak perlu bingung dan banyak pertimbangan dalam memilih seorang pemimpin. Kita bisa lihat track record (rekam jejak) seseorang dalam masalah salat. Siapakah yang istiqamah shalatnya, bahkan sampai bisa menyampaikan khutbah dan menjadi imam shalat, itulah sosok pemimpin yang layak kita pilih."
"Kedua, kriteria berdasarkan tinjauan intelektual atau kecerdasan. Seorang pemimpin itu harus cerdas dan berilmu sebagaimana Rasulullah SAW, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatthab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sofyan, Umar bin Abdul Aziz dan lainnya. Mereka adalah para pemimpin yang cerdas dan berilmu. Maka Islam menjadi kuat dan maju serta mencapai peradaban."
"Maka pilihlah pemimpin yang cerdas dan berilmu. Tidak boleh kita memilih pemimpin yang bodoh. Kita diharuskan memilih pemimpin yang memiliki kecerdasan, punya skill (keahlian) dan intelektualitas yang mumpuni."
"Sungguh berbahaya negeri sebesar dan sekaya Indonesia jika sampai dipimpin oleh pemimpin yang tidak cerdas, yang tidak disiplin."
"Dasar kriteria kedua ini adalah sabda Baginda Nabi Muhammad SAW kepada Ka'ab bin 'Ujrah, “Hai Ka'ab bin Ujrah! Semoga Allah melindungimu dari kepemimpinan orang-orang bodoh.” Ka'ab bertanya: “Apa yang dimaksud kepemimpinan orang-orang bodoh itu?" Beliau SAW bersabda, “Para pemimpin yang akan datang sesudahku, mereka tidak mengikuti petunjukku dan tidak meniti jalanku. Siapa yang membenarkan kebohongan mereka dan menolong kezaliman mereka, maka mereka bukan golonganku dan aku bukan golongan mereka, serta mereka tidak akan mendatangi aku di telagaku. Siapa yang tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak menolong kezaliman mereka, maka mereka termasuk golonganku dan aku termasuk golongan mereka serta mereka akan mendatangi aku di telagaku.” (HR. Ahmad)"
"Hadits ini mengandung doa Rasulullah SAW yang memohon kepada Allah SWT agar kita dilindungi dari kepemimpinan seorang pemimpin yang bodoh. Dengan kata lain, memilih pemimpin haruslah pemimpin yang cerdas, pemimpin yang agamis dalam menjalankan roda kepemimpinan, tidak melenceng dari agama, tegak lurus dalam membela kebenaran dan melawan segala bentuk kezaliman."
"Ketiga: kriteria memilih pemimpin berdasarkan tinjauan etika. Jika ada dua calon pemimpin yang harus kita pilih, pertama, pemimpin yang baik etikanya, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur. Dan kedua pemimpin yang lain kurang baik etikanya juga tidak berakhlak, maka kita memilih pemimpin yang nomor satu."
"Memilih pemimpin yang tidak beretika apalagi sampai menganggap etika itu tidak penting, bisa jatuh pada sikap pengkhianatan kepada Allah SWT, Rasulullah SAW dan kaum beriman, sesuai sabda Rasulullah SAW, “Siapa yang memberi jabatan seseorang dari suatu kelompok, sementara di tengah-tengah mereka ada orang yang lebih diridai Allah dari pada yang dia pekerjakan, maka dia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya, dan Kaum Mukminin.” (HR. Hakim)"
"Dari hadits ini kita belajar tentang memilih pemimpin. Kita pilih pemimpin yang paling diridai Allah SWT dengan melihat rekam jejaknya dalam masalah ibadah : salatnya bagus, salatnya istiqamah, bisa mengaji Alquran, disiplin, memiliki intelektual dan integritas, cerdas, berilmu, santun, berwibawa, jujur, beretika, dan lain sebagainya."
"Insya Allah pemimpin semacam ini adalah pemimpin yang diridhai Allah SWT dan akan memimpin dengan kasih sayang terhadap rakyatnya."
"Keempat; Kriteria berdasarkan karakter pribadi. Kepribadian seorang pemimpin akan membawa pengaruh kepada orang-orang yang ia pimpin. Sayidina Umar bin Khattab RA berkata : "Manusia akan mengikuti karakter keagamaan pemimpin mereka."
"Memilih seseorang untuk memimpin diri kita, selain bernilai ibadah, juga membangun karakter bangsa, membangun kepribadian anak cucu keturunan kita. Jika kita memilih pemimpin yang memiliki karakter taat beribadah, taat pada ketentuan agama, intelek, bersih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme, maka karakter ini akan mempengaruhi rakyat di bawah. Rakyat akan menjadi masyarakat yang agamis, menjunjung tinggi etika, giat belajar ilmu agama, menjauhi korupsi dalam segala bentuknya, dan lain sebagainya."
"Sebaliknya, pemimpin yang tidak memiliki kepribadian yang baik seperti, suka meminum minuman keras, gemar berjudi, menonton tayangan-tayangan yang tidak layak ditonton, gemar berjoget ria, tidak shalat, tidak mengaji, mudah emosi dan marah-marah, suka berbohong, korupsi, nepoatisme, dan berbagai akhlak buruk lainnya, mau tidak mau, akan banyak rakyat yang meniru karakter pemimpinnya yang buruk ini."
"Inilah empat kriteria utama yang bisa kita jadikan sebagai panduan dalam memilih seorang pemimpin sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah."
"Kesimpulannya, pilihlah pemimpin yang ta'at beragama, jujur, amanah, cerdas, berilmu, beretika, adil, dan kuat fisik. Inilah sifat-sifat pemimpin yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya khulafaurrasyidin serta para pemimpin Islam lainnya yang mengikuti mereka. Inilah kriteria pemimpin yang sesuai dengan Islam."
"Ingat, lima menit di bilik suara untuk memilih pemimpin menentukan keadaan bangsa untuk lima tahun ke depan. Jika salah pilih, maka rakyat Indonesia akan menderita selama lima tahun ke depan. Namun jika pilihan benar, rakyat Indonesia akan hidup bahagia, berkeadilan dan makmur."
"Harapan dan doa kita semua kepada Allah ta'ala, semoga Allah ta'ala memberi petunjuk kepada kita untuk bisa mendapatkan pemimpin yang taat beragama, jujur, amanah, menjaga shalat, cerdas, berilmu, beretika, dan berintegritas. Dan semoga pemimpin yang terpilih nanti sesuai dengan kriteri pemimpin dalam Islam atau mendekati kriteria ini. Amin ya rabbal 'alamin," pungkas Tgk Yusran Hadi yang juga Ketua Piimpinan Cabang Muhammadiyah Syah Kuala Banda Aceh.