BANDA ACEH (voa-islam.com) - Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh Dr. Tgk. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA. mengingatkan dan mengajak umat Islam untuk memperbanyak amal shalih di sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah.
Hal ini disampaikan oleh Doktor Yusran dalam khutbah Jum'at pada hari ini (Jum'at, 7/6/24) di Masjid Nurul Huda kantor BPKP Aceh di Banda Aceh.
Doktor Yusran yang juga dosen Fiqh dan Ushul Fiqh pada Fakultas Syari'ah UIN Ar-Raniry mengatakan bahwa merupakan suatu nikmat dan anugerah besar dari Allah ta'ala yang telah menyediakan moment tertentu untuk beramal shalih dan menyediakan pahala yang besar dan berlipat ganda padanya. Di antara moment tersebut yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, yaitu sejak hari pertama sampai ke sepuluh Dzulhijjah.
Selanjutnya, Doktor Yusran yang juga ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Syah Kuala Banda Aceh menjelaskan bahwa keutamaan amal shalih pada hari-hari sepuluh awal Dzulhijjah adalah amal shalih yang dilakukan pada hari-hari ini paling dicintai oleh Allah ta'ala. Allah ta'ala sangat mencintai amal shalih pada hari-hari tersebut melebihi hari-hari lainnya.
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, Rasullullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada hari-hari (untuk melakukan) amal shalih padanya lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari ini." (Yakni sepuluh hari awal Dzulhijjah). Para shahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, tidakkah jihad di jalan Allah (paling dicintai Allah)?". Beliau menjawab, "Tidak pula jihad di jalan Allah (lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari ini), kecuali orang yang berangkat dengan jiwa dan hartanya untuk berjihad dan tidak kembali dengan membawa sedikitpun dari semua itu (mati syahid)." (HR. Al-Bukhari).
Mengenai keutamaan sepuluh pertama awal Dzulhijjah ini, Imam An-Nawawi rahimahullah menulis judul khusus dalam kitabnya Riyadhush Shalihin dengan “Bab: Keutamaan Puasa dan lainnya pada Sepuluh Hari Pertama Dzulhijjah”, lalu beliau menulis hadits tersebut.
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata, "Tampaknya sebab yang menjadikan istimewanya sepuluh hari (pertama) Dzulhijjah adalah karena padanya terkumpul ibadah-ibadah induk (besar), yaitu: shalat, puasa, sedekah dan haji, yang (semua) ini tidak terdapat pada hari-hari yang lain." (Fathul Baari: 2/460)
Kemuliaan bulan Dzulhijjah, khususnya pada sepuluh hari pertama telah diabadikan dalam Al-Quran. Allah ta'ala berfirman, "Demi fajar, Dan demi malam yang sepuluh." (Q.S. Al-Fajr: 1-2). Yaitu sepuluh malam pertama bulan Dzulhijjah sebagaimana pendapat yang dikuatkan oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah dan Imam Ibnu Rajab rahimahullah serta menjadi pendapat mayoritas para ulama. Karena besarnya keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini, Allah ta'ala sampai bersumpah dengannya.
Tgk Yusran yang juga doktor Fiqh dan Ushul Fiqh lulusan International Islamic University Malaysia (IIUM) menyebutkan amal-amal shalih yang dianjurkan pada hari-hari ini, yaitu:
Pertama; Melakukan ibadah haji dan umrah. Amalan ini merupakan amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Umrah ke umrah berikutnya itu menghapus dosa-dosa yang dikerjakan di antara keduanya, dan haji mabrur balasannya tiada lain adalah surga." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Kedua; Melakukan puasa-puasa sunnat, khususnya puasa 'Arafah. Imam Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, "Hadits Ibnu Abbas ini menjadi dalil keutamaan puasa sepuluh (awal ) hari Dzulhijjah karena puasa termasuk dalam amal shalih. Namun yang menjadi masalah dengan pengharaman puasa pada hari raya (Idul Adha). Maka jawabannya adalah (penyebutan) sepuluh hari ini berdasarkan kebanyakannya." (Fathul Bari: 2/593).
Dianjurkan berpuasa dari hari pertama Dzulhijjah hingga sembilan Dzulhijjah (hari 'Arafah). Lebih khususnya, dianjurkan berpuasa 'Arafah. Keutamaan puasa 'Arafah adalah menghapuskan dosa selama dua tahun yaitu setahun yang lalu dan setahun yang akan datang, berdasarkan hadits-hadits yang shahih.
Di antaranya, hadits yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Puasa pada hari 'Arafah aku mengharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. (HR. Muslim).
Adapun berpuasa pada hari ke sepuluh Dzulhijjah (hari Raya Idul Adha) dan hari-hari Tasyriq hukumnya haram, karena ada larangan berpuasa pada kedua hari raya yaitu hari raya Idul Fitri dan Idul Adha serta hari-hari Tasyriq (hari ke sebelas, ke dua belas dan ketiga belas Dzulhijjah) sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits yang shahih.
Ketiga; Melaksanakan shalat-shalat sunnat. Di antara berbagai nikmat Allah subhanahu wa ta'ala adalah ditetapkannya bagi para hamba-Nya shalat tambahan (shalat sunnat) selain shalat fardhu untuk menyempurnakan shalat fardhu, karena shalat fardhu kita tidak lepas dari kekurangan. Jika shalat fardhu kita ada kekurangan atau tidak benar, maka shalat sunnah menjadi penutup kekurangan tersebut dan menyempurnakannya.
Maka pada hari-hari ini kita sangat dianjurkan memperbanyak shalat-shalat sunnat seperti rawatib, tahiyyatul masjid, setelah wudhu, dhuha, tahajjud, witir, dan lainnya. Lebih khusus lagi, dianjurkan melakukan shalat sunnat Hari Raya 'Idul Adha. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu melakukan shalat ini dan memerintahkannya. Beliau tidak pernah meninggalkannya. Ini menunjukkan keutamaannya.
Keempat; Senantiasa membaca al-Quran. Membaca Al-Quran merupakan kewajiban setiap muslim. Banyak sekali keutamaan orang yang membaca Al-Quran, di antaranya yaitu; Pertama: mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat (HR. Muslim). Kedua, orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya adalah orang yang terbaik. (HR. Al-Bukhari). Ketiga, orang yang pandai membaca Al-Quran dimasukkan ke dalam surga bersama para malaikat yang suci. Sedangkan orang belum pandai membaca namun ia mau membaca, maka ia akan diberi dua pahala. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Keempat, orang yang membaca dan mendengar Al-Quran akan mendapatkan sakinah, rahmat, doa malaikat dan pujian dari Allah. (HR. Muslim). Kelima, mendapat pahala yang berlipat ganda yaitu setiap huruf yang dibaca dihitung satu pahala dan satu pahala itu dilipat gandakan menjadi sepuluh ganda. (HR. At-Tirmizi), dan berbagai keutamaan lainnya.
Kelima: Berinfak atau bersedekah di jalan Allah subhanahu wa ta'ala. Tidak diragukan lagi bahwa berinfak atau bersedekah merupakan amal shalih yang dicintai Allah subhanahu wa ta'ala. Terlebih lagi bila dilakukan pada hari-hari ini (sepuluh hari awal Dzulhijjah).
Banyak ayat Al-Quran dan Hadits yang menganjurkan dan menjelaskan keutamaan berinfak. Di antaranya; Allah ta'ala berfirman, "Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada diri mereka dan mereka tidak bersedih hati." (Al-Baqarah: 274). Allah ta'ala berfirman, "Dan apa saja yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kalian sendiri..." (Al-Baqarah: 272).
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Allah berfirman, "berinfaklah wahai anak cucu adam, niscaya kamu akan mendapatkan gantinya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Setiap pagi hari, dua malaikat turun kepada para hamba. Salah satunya berdoa, Ya Allah, berikanlah pengganti kepada orang yang berinfak. Dan yang lain berdoa, Ya Allah, hilangkan harta orang yang menolak infak." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Keenam; Shalat 'Idul Adha dan mendengarkan khutbah. Allah Ta'ala berfirman, "Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkurbanlah." (Al-Kautsar: 2). Di antara makna perintah shalat disini adalah shalat 'Idul Adha. Berkata Ar-Rabi, "Jika engkau selesai shalat di hari Idul Adha, maka berkurbanlah."
Dari Abu Said radhiyallahu 'anhu berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar di hari raya 'Idul Fitri dan 'Idul Adha ke tempat shalat. Yang pertama dilakukan adalah shalat, kemudian menghadap manusia -sedang mereka tetap pada shafnya- Rasul shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah memberi nasehat dan menyuruh mereka." (Muttafaqun alaihi).
Dari Ummi Athiyah radhiyallahu 'anha berkata, "Kami diperintahkan agar wanita yang bersih dan yang sedang haidh keluar pada dua Hari Raya, hadir menyaksikan kebaikan dan khutbah umat Islam dan orang yang berhaidh harus menjauhi tempat shalat." (Muttafaqun alaihi)
Ketujuh: Berkurban pada Hari Nahr ( hari raya 'Idul Adha) dan hari-hari Tasyriq. Berkurban merupakan sunnah Nabi Ibrahim 'alaihi wasallam ketika Allah ta'ala menggantikan putranya Ismail dengan sembelihan yang agung berupa seekor domba Allah sebagaimana diabadikan dalam surat Ash Shaffat ayat 102-107.
Selain itu, Allah ta'ala memerintahkan kepada umat Islam untuk berkurban sesuai dengan firman-Nya: "Maka shalatlah karena Rabb-mu dan berkurbanlah." (Al-Kautsar: 2).
Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah menyembelih dua ekor yang gemuk, aku melihat beliau meletakkan kedua kakinya di atas leher kedua kambing tersebut, beliau menyebutkan nama Allah dan bertakbir, kemudian beliau menyembelihnya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Seluruh hari Tasyriq adalah hari penyembelihan (kurban)." (HR Ahmad).
Kedelapan; Memperbanyak zikir khususnya takbir, tahlil, dan tahmid. Allah ta'ala berfirman, "Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang ditentukan." (Al-Hajj: 28).
Para ulama tafsir menafsirkan "hari-hari yang ditentukan" dengan sepuluh hari awal Dzulhijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari ini.
Zikir yang paling utama pada hari-hari ini adalah tahlil, tahmid dan takbir. Sebagaimana disebutkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada hari yang lebih agung dan lebih dicintai Allah yang dilakukan amal shalih padanya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah tahlil, takbir dan tahmid pada hari-hari ini." (HR. Ahmad).
Hal ini diperkuat dengan apa yang dikemukakan oleh Imam al-Bukhari rahimahullah di dalam kitab Al-'Idain (Dua Hari Raya) dari kitab Shahihnya, bab Keutamaan Amalan Pada hari-Hari Tasyriq, "Ibnu Umar dan Abu Hurairah keluar ke pasar pada sepuluh hari awal Dzulhijjah, mereka berdua bertakbir, dan orang-orang ikut bertakbir lantaran takbir keduanya, dan Muhammad bin Ali bertakbir setelah shalat sunnat." (Fathul Bari: 2/589).
Imam Al-Bukhari juga berkata dalam bab " Bertakbir Pada Hari Mina dan Ketika Bertolak ke Arafah", "Umar radhiyallahu 'anhuma kadang-kadang bertakbir di kemahnya di Mina sampai terdengar oleh orang-orang yang berhadir di masjid sehingga merekapun bertakbir. Begitu pula orang-orang yang sedang di pasar, mereka ikut bertakbir sehingga Mina bergemuruh oleh bacaan takbir. Ibnu Umar juga bertakbir di Mina pada hari-hari tersebut, setelah selesai shalat, di atas tempat tidur, lantai, tempat duduk, dan dalam perjalanannya selama berhari-hari tersebut. Maimunah bertakbir pada hari Nahr (hari raya kurban). Kaum wanita bertakbir di belakang Aban bin Usman dan Umar bin Abdul Aziz selama malam-malam Tasyriq bersama kaum pria di masjid." (Fathul Bari: 2/594).
Apabila Ibnu Umar berangkat ke tanah lapang pada hari Raya Idul Fithri dan Idul Adha, beliau bertakbir dengan suara lantang sampai tiba di tempat pelaksanaan shalat, kemudian tetap bertakbir hingga imam datang. (HR. Ad- Daruquthni, Ibnu Abi Syaibah, dan lainnya dengan sanad shahih).
Di akhir khutbahnya, tgk Yusran mengajak umat Islam untuk mengisi hati-hari ini dengan memperbanyak amal shalih.
"Mengingat keutamaan amal shalih pada hari-hari ini, maka sudah sepatutnya kita memperbanyak amal shalih pada hari-hari ini sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, agar kita dapat meraih keutamaan ini."
"Sangat disayangkan bila keutamaan amal shalih di sepuluh hari awal bulan Dzulhijjah ini berlalu begitu saja tanpa kita meraihnya. Semoga Allah ta'ala memudahkan kita dalam melakukan amal shalih dan menerimanya," pungkasnya wakil ketua Majelis Pakar Parmusi Aceh ini.