BANDUNG (voa-islam.com) - Tenaga ahli Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Erwyn Kurniawan, mengingatkan agar berhati-hati menggunakan diksi dalam membuat berita, karena menurutnya setiap tulisan memiliki logika.
“Hati-hati dengan menggunakan diksi dalam membuat warta karena setiap tulisan ada logikanya,” ungkapnya saat mengisi kajian jurnalistik dasar pada pertemuan ke-4 Sekolah Pemikiran Islam (SPI) hari Kamis (19/9/2024) malam di Masjid Istiqomah Bandung. Erwyn mengajarkan kepada para murid SPI untuk menulis berita yang baik dan menarik.
“Wartawan atau penulis harus bisa menarik pembaca dengan modal lead nya, tampilkan berita dengan akurat dan sampaikan dengan jujur terlebih kita adalah Muslim,” lanjut Erwyn. Menurut penuturan Erwyn, tulisan itu bisa membuat orang terpengaruh. Dari tulisan, buku, artikel, materi akan terbentuk opini. Segala informasi yang dapat menarik perhatian manusia dan menyangkut kepentingan umum, itu menjadi sebuah berita yang akan disampaikan media.
Pria lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Nasional Jakarta ini melanjutkan, “semakin banyak nilai beritanya, semakin bagus. Nilai berita (value) ini sangat menentukan mutu dari informasi itu sendiri. Kualitas jurnalis itu harus diperhatikan, sembilan elemen jurnalistik harus dicermati.”
Lebih dari itu Erwyn menambahkan, “pentingnya memahami struktur penulisan berita dengan prinsip piramida terbalik. Metode ini digunakan reporter di tengah waktu dan tempat yang terbatas.”
“Pembakaran Masjid di Tolikara, Ciketing dan Wajah Busuk Media” adalah salah satu warta terpopuler yang ditulis pria kelahiran Jakarta ini. Artikel tersebut dibaca oleh 84.015 orang yang didalamnya menggunakan prinsip piramida terbalik dengan lead yang tidak bertele-tele dan ada unsur kejutan.
“Insight yang dapat aku ambil adalah, bahwa memang menulis itu mudah namun dalam menulis warta atau berita tidak semudah yang dikira. Karena untuk menyampaikan informasi yang aktual, update, dan terkini juga harus mementingkan pemilihan diksi yang sesuai dan menarik agar bisa dipahami dan nyaman dibaca,” tutur Allisa Imaniyah, salah satu murid SPI yang hadir malam itu.
Karyawati pada salah satu sekolah di kota Bandung tersebut menambahkan urgensinya mempelajari ilmu jurnalistik, “bahwa menulis berita tidak boleh asal-asalan, tidak hanya sekedar menaruh judul yang memikat mata saja tapi isi berita harus teraktual, terkini dan dibuat se-informatif mungkin supaya pembaca paham dengan isi yang disampaikan penulis.” (Saffinatul Choeriyah/Ab)