Oleh: Ust. Budi Ashari, Lc
Sebenarnya, saya sudah ingin menulis tentang Suriah sejak mereka mulai menguasai satu per satu kota-kota di wilayah Halab (Aleppo). Setiap saat saat ikuti pergerakan berita dengan semua rasa yang bercampur aduk. Tapi taqdir Allah lah yang membuat saya baru bisa menulis tentang Suriah sekarang. Setelah muslimin Suriah tumpah ruah ke jalan di berbagai kota setelah mereka melaksanakan Shalat Jumat pertama dengan penuh kemenangan dan bahagia yang tak pernah mereka rasakan sebelumnya. Terutama lautan manusia yang mengombak dengan takbir-takbir mereka di Masjid legendaris; Jami’ Al Umawi Damaskus yang dibangun atas perintah Khalifah Bani Umayyah saat itu Al Walid bin Abdil Malik (w: 96H). M. Al Basyir bertindak sebagai khatib, dia adalah perdana menteri baru di pemerintahan transisi untuk 2,5 bulan ke depan.
Banyak berkomentar. Banyak yang memberi pendapatnya. Pro kontra seperti biasa. Ada juga yang diam saja karena tidak peduli. Dan ada yang ingin peduli, tetapi tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi.
Di era sampah informasi seperti ini sebenarnya sangatlah mudah mendapatkan berita. Tetapi justru di sinilah masalahnya. Yang bisa mengakses, ternyata salah sumber. Yang benar sumbernya, hanya menukil dan tak kunjung memberi penyadaran umat dengan baik dan benar. Ada sebagian yang tahu detail, tetapi sangat dipengaruhi oleh kecenderungan pemikirannya. Ada lagi yang kebingungan mengarahkan kelompoknya untuk bersikap, karena sikap lamanya yang harus berbenturan dengan kenyataan hari ini. Adapun media mainstream negeri ini, ya sudahlah...
Sebenarnya, saya menunggu juga mereka yang selama ini selalu menyuarakan bahwa Indonesia jangan jadi seperti Suriah. Apa yang mau mereka suarakan sekarang.
Sekali lagi, sebagaimana tentang Palestina saya tumpahkan segala kepedulian dan penyadaran keumatan tentangnya, sudah bisa dipastikan hal yang sama saya lakukan pada Suriah.
Suriah memang bukan Palestina. Tetapi tidak terpisahkan.
Membaca Palestina mungkin lebih mudah dari sisi siapa berhadapan dengan siapa. Karena di atas tanahnya bercokol satu musuh yang jelas-jelas terlihat. Berbeda dengan Suriah yang di atas negerinya dihuni negara-negara adidaya dunia hari ini dengan semua pertarungan dan kepentingannya.
Isu Palestina sangat strategis dan mudah dibaca oleh muslimin negeri ini khususnya, karena di Palestina ada Masjdil Aqsha kiblat pertama muslimin dan masjid suci ketiga. Tapi Suriah, siapa yang tahu tentang strategisnya negeri ini di dalam Islam dan sejarah kebesarannya, tak banyak.
Palestina dan Suriah tidak terpisahkan. Keduanya adalah bagian dari Syam (ditambah dua negara lagi: Yordania dan Libanon). Dan tentang Syam, Al Quran dan hadits Nabi bicara tentang keutamannya.
Dalam sejarah pembukaan Palestina di umat ini, maka Suriah adalah pintu masuknya. Sebagaimana peristiwa pembukaannya di masa Khalifah Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu.
Di awal, saya sangat bahagia dan mengucapkan selamat bagi rakyat Suriah dan para mujahidin. Semoga persatuan mampu mereka jaga. Jalan baru saja dibuka.
Dan...
Bismillah tentang Syam, kita mulai...
Bersambung..