BANDUNG (voa-islam.com) - Pertemuan ke dua puluh kuliah Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung Angkatan 10 berlangsung pada Kamis malam (06/02/2025) di Ruang Tafsir Masjid Istiqomah Bandung dengan materi Serba Serbi Dakwah.
“Orang yang tahu tapi diam dan orang yang tidak tahu tapi berbicara sama-sama menjadi penyebab kesesatan,” ujar Ahmad Rofiqi, Pendiri Pesantren Tamaddun Jatinangor yang menjadi pemateri kali ini.
Ahmad menjelaskan berbagai hal mengenai dakwah mulai dari makna dakwah, aktivitas dan agenda dakwah hingga fenomena hilangnya nilai dakwah. Dakwah dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan dengan tujuan menyebarkan dan menyampaikan risalah Islam. Ia menjelaskan bahwa aktivitas yang dilakukan dalam dakwah meliputi tabligh (penyiaran), tajdid (pemurnian) dan ishlah (perbaikan). Aktivitas-aktivitas utama dakwah ini dilakukan dengan tujuan memurnikan aqidah dan akhlak manusia dari pemikiran yang sesat dalam memahami Allah dan beribadah kepada-Nya.
“Agenda dakwah itu secara umum terbagi dua kategori: tauhid dan iman, lalu akhlak dan adab. Pembentuk akhlak atau karakter seorang muslim adalah aqidah (tauhid). Akhlak adalah peningkatan kualitas keislaman dengan syarat peningkatannya itu menjadi karakter. Akhlak secara bahasa artinya karakter. Sedangkan adab adalah ketika nilai moral/norma dan akhlak bertemu. Esensi akhlak dan adab sebenarnya sama,” jelas Alumni Prodi Qur’an Kuliyah Dakwah Islam Tripoli Libya itu.
Pertemuan ke-dua puluh ini memberikan wawasan baru bagi para murid mengenai dakwah. Retno, seorang MCprofesional dan public speaker yang merupakan salah satu murid pada kelas tersebut mengungkapkan pentingnya komitmen dakwah bagi seorang penuntut ilmu sebagai salah satu bukti keimanan dan untuk menunaikan amanah Allah dalam menjaga keshalihan umat.
“Ketampar banget sih karena ternyata sholih secara personal belum cukup. Kita yang mengaku orang yang beriman dan berilmu seharusnya juga menyeru kepada orang lain untuk melakukan kebaikan. Masalah umat begitu kompleks dan rumit mulai dari akhlak sampai ke pemerintahan. Sudah sepantasnya semakin serius menuntut ilmu dan mengamalka nya,” tuturnya.
Fadhilah murid SPI lain yang hadir pada kelas tersebut juga mengatakan bahwa dakwah haus dilakukan secara kontinu dan seorang muslim perlu memiliki mentalitas yang tangguh dalam menghadapi tantangan dunia dakwah.
“Dalam berdakwah memang tidak boleh letih dan harus siap pada macam-macam tantangan!” tukas wanita yang berkecimpung di bidang IT itu.
Terakhir, Ahmad juga tidak lupa mengingatkan bahwa bagi individu yang berkecimpung di dunia pendidikan dan dakwah terdapat beberapa kualitas diri yang diperlukan dalam mengemban amanah dakwah. Hal tersebut meliputi karakter yang menyenangkan, keteladanan dan kemampuan berkomunikasi yang baik.
“Seorang aktivis dakwah harus mampu menjadi pribadi yang menyenangkan. Karena kepribadian yang menyenangkan itulah yang menjadi pintu masuk dakwah. Yang kedua adalah meneladankan. Kita tak bisa mengajarkan nilai apapun jika nilai-nilai terrsebut tidak hidup pada diri kita terlebih dahulu. Kemudian harus bisa mengkomunikasikannya dengan baik,” jelasnya. (Rifka Afwani/Ab)