View Full Version
Ahad, 24 Aug 2025

Dr. Akmal Sjafril: Serangan Pemikiran Disebar Melalui Kata-Kata

BANDUNG (voa-islam.com) - Kepala Sekolah Peradaban Islam (SPI) Pusat, Dr. Akmal Sjafril, menyebut serangan pemikiran atau ghazwul fikr disebarkan melalui kata-kata yang disusun secara terstruktur dan sistematis.

“Serangan pemikiran disebar melalui kata-kata,” ungkapnya saat mengisi perkuliahan pertemuan kedua di Masjid Istiqamah, Bandung, pada Kamis (21/08/2025). Menurutnya, setiap kata mewakili sebuah konsep, dan setiap konsep mewakili pemikiran. Sebagai contoh, Dr. Akmal memberikan empat pernyataan populer seperti: Kalau Tuhan ada, mengapa masih ada kezaliman?; Semua agama mengajarkan kebaikan; Tuhan tidak perlu dibela; dan Jika iman kita kuat, tidak perlu marah melihat kemaksiatan.

Pemikiran tersebut dikemas secara terstruktur dan sistematis, disebar melalui tiga modus utama yaitu media massa, pendidikan, dan hiburan. “Media massa, dengan keragaman sajian dan audiens yang tidak memahami segala hal, menjadi sarana efektif penyebaran pemikiran secara masif. Pendidikan berfungsi sebagai jalur produksi massal yang membidik generasi muda, memasukkan pemikiran secara halus sehingga tampak ilmiah. Rasa ingin dihibur dan tidak mau berpikir kritis manusia dalam waktu tertentu membuat hiburan dijadikan alat kontrol persepsi yang sebenarnya kontradiktif,” ungkap penulis buku Islam Liberal 101 itu. Serangan pemikiran ini adalah bagian dari ghazwul fikr.

Menurut lulusan S3 Ilmu Sejarah Universitas Indonesia itu, kata ghazwah merujuk pada sebuah konfrontasi yang terencana dan sistematis dengan penaklukan sebagai tujuannya. Pihak yang terlibat, mau tidak mau, harus bertindak melawan musuhnya. Setiap serangan pun disusun sebaik mungkin. Karena ghazwah merupakan perang, dan perang identik dengan penakukan, maka timbul urgensi di dalamnya. Oleh sebab itu, jelaslah bahwa ia bukanlah perkara yang remeh. “Tiga poin utama ghazwah adalah konfrontasi, perencanaan, dan urgensi,” tuturnya.

Selanjutnya, fikrah menjadi pengendali manusia dan potensi yang dimilikinya dapat dimanfaatkan oleh hal tersebut. Dengan begitu, akal yang selalu berpikir kalah dan lemah, maka dari awal sudah dipastikan akan kalah.

Sehingga, ghazwul fikr atau perang pemikirandapat dimenangkan dengan perencanaan dan  ilmu karena yang lebih berilmu maka ia akan menjadi pemenang. “Sebab, agenda utamanya bukanlah perang-perangan dan berdebat melainkan berilmu,” ujar sang pemateri yang juga merupakan alumnus Institut Teknologi Bandung tersebut.

Materi malam itu menjadi penambah wawasan untuk menyikapi tantangan pemikiran bagi Muhammad Al Furqon, salah seorang murid SPI yang menghadiri perkuliahan tersebut. Murid asal Cimahi tersebut mengatakan, “Materi ghazwul fikr (perang pemikiran) ini menambah referensi tentang bagaimana kita menyikapi dinamikanya yang terjadi di lapangan. Dengan pemahaman fundamental ini, kita bisa mengklasifikasikan pemikiran-pemikiran yang dirasa tidak berjalan searah dengan nilai-nilai Islam dan kita bisa memberikan statement tentang kebenaran atau fakta dari konteks-konteks yang salah pada informasi yang bertebaran saat ini". (Abdurrahman Nasher/Ab)

 


latestnews

View Full Version