View Full Version
Kamis, 02 Oct 2025

Israel Culik Ratusan Relawan GSF di Perairan Internasional, Termasuk Greta Thunberg dan Cucu Mandela

JAKARTA (voa-islam.com) – Armada kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF) yang membawa lebih dari 500 aktivis internasional menuju Gaza dicegat Angkatan Laut Israel di perairan internasional pada Rabu malam (1/10/2025). Intersepsi tersebut berujung pada penculikan massal ratusan aktivis dari puluhan negara, termasuk aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg dan Mandla Mandela, cucu Nelson Mandela.

Saat berita ini ditulis, dilaporkan sedikitnya 12 kapal telah dinaiki secara ilegal oleh pasukan Israel, sementara lebih dari 200 dari total 500 aktivis sempat dinyatakan hilang kontak sebelum akhirnya terkonfirmasi ditahan.

Menurut laporan panitia GSF, armada yang terdiri dari 50 kapal telah memasuki zona berisiko tinggi sekitar 120 mil laut dari Gaza sejak Rabu pagi. Aktivis melaporkan adanya pengintaian drone dan kapal tak dikenal tanpa lampu yang sempat mendekat sebelum akhirnya mundur setelah protokol keamanan darurat diaktifkan. Pada malam hari sekitar pukul 20.30 waktu Gaza, kapal utama Alma, Sirius, dan Adara dinaiki pasukan Israel. Kapal Mikeno disemprot meriam air, sementara kapal Florida ditabrak. Dari total armada, 14 kapal dilaporkan dalam keadaan darurat dan delapan di antaranya mengalami kerusakan ketika konvoi masih berada 60 mil laut dari Gaza.

Otoritas Israel menyatakan lebih dari 70 aktivis ditangkap pada intersepsi awal dan dipindahkan ke pelabuhan Ashdod. Hingga Kamis (2/10/2025), jumlah tersebut meningkat hingga 497 peserta flotilla dari 46 negara. Di antara mereka terdapat tokoh internasional seperti Greta Thunberg, yang dikenal sebagai penggerak gerakan iklim dunia, serta Mandla Mandela, anggota parlemen Afrika Selatan sekaligus cucu dari Nelson Mandela.

Kementerian Luar Negeri Israel menuduh flotilla memiliki keterkaitan langsung dengan Hamas melalui organisasi Palestinian Conference for Palestinians (PCPA). Israel juga menilai misi ini sebagai provokasi politik dan menyebut telah menawarkan jalur alternatif untuk penyaluran bantuan melalui pelabuhan resmi. Namun, panitia GSF membantah keras tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa misi ini murni bersifat kemanusiaan, bertujuan mengirim bantuan langsung kepada warga Gaza yang telah terisolasi akibat blokade Israel selama 18 tahun.

Intersepsi Israel terhadap flotilla segera memicu gelombang protes di berbagai belahan dunia. Di sejumlah kota Eropa, ribuan orang turun ke jalan, termasuk di Paris, Berlin, Brussels, Roma, Genoa, Milan, dan Napoli. Konfederasi Buruh Umum Italia bahkan menyerukan mogok nasional sebagai bentuk solidaritas. Di kawasan Timur Tengah, demonstrasi besar berlangsung di Istanbul, Ankara, Konya, serta di Athens, Yunani, sementara Tunisia menjadwalkan aksi solidaritas pada Kamis (2/10/2025).

Di Amerika Latin, Presiden Kolombia Gustavo Petro mengambil langkah tegas dengan mengusir diplomat Israel sekaligus membatalkan perjanjian perdagangan bebas. Dari Eropa Barat, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sánchez mengecam keras blokade Israel. Seruan diplomasi juga datang dari Meksiko, Australia, dan Irlandia, yang mendesak jaminan keselamatan bagi warga negaranya yang ikut serta dalam flotilla. Sekretaris Jenderal International Transport Workers’ Federation (ITF) Stephen Cotton menilai tindakan intersepsi Israel di perairan internasional merupakan pelanggaran serius terhadap hukum laut internasional.

Peristiwa ini menandai eskalasi baru dalam krisis Gaza, di mana misi kemanusiaan yang awalnya bertujuan mengirim bantuan justru berakhir menjadi konfrontasi diplomatik global. Bantuan bagi warga Gaza kembali tertunda, sementara keselamatan ratusan aktivis yang kini ditahan di Israel menjadi perhatian utama dunia internasional.

Tim Media Global Peace Convoy Indonesia


latestnews

View Full Version