

JAKARTA (voa-islam.com) - Tragedi banjir bandang dan longsor yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat pada 26 November lalu menelan hampir 1.000 korban jiwa, ribuan warga luka-luka, dan memaksa ratusan ribu orang mengungsi. Sejumlah jembatan roboh, sekolah dan fasilitas umum hancur, sementara banyak desa terisolasi oleh banjir dan lumpur. Para penyintas bertahan hidup dalam kondisi penuh keterbatasan.
LAZNAS Dewan Dakwah bergerak cepat menyalurkan bantuan bagi para pengungsi di wilayah terdampak. Para dai Dewan Dakwah menjadi ujung tombak dalam respons bencana, mulai dari koordinasi lapangan, pendampingan masyarakat, hingga distribusi bantuan ke sejumlah titik yang sulit dijangkau.
Sejak hari pertama, LAZNAS Dewan Dakwah menerjunkan tim di masing-masing provinsi. Operasi ini dipimpin para dai daerah dengan dukungan 25 relawan:
* Ustadz Asrof Abdu Syakur di Aceh
* Ustadz Rodhi di Sumatera Utara
* Ustadz Sayyaf Siraj di Sumatera Barat
Para dai tersebut membentuk tim cepat tanggap dan mendirikan posko sebagai pusat koordinasi. Hingga kini, terdapat 11 posko yang beroperasi di tiga provinsi.
Posko LAZNAS Dewan Dakwah Aceh:
1. Desa Meue, Kec. Trienggadeng, Kab. Pidie Jaya
2. Desa Baro Yaman, Kec. Mutiara, Kab. Pidie
3. Desa Seupeu, Kec. Kuta Baro, Aceh Besar
4. Desa Tanah Terban, Kec. Karang Baru, Kab. Aceh Tamiang
5. Kuala Simpang, Kab. Aceh Tamiang
Posko LAZNAS Dewan Dakwah Sumatera Barat:
1. Kenagarian Koto Tuo, Kec. IV Koto, Kab. Agam
2. Palembayan, Kab. Agam
3. Malalak, Kab. Agam
4. Jl. Srigunting No. 2, Air Tawar Barat, Kec. Padang Utara, Kota Padang
5. Jaringan Rumah Sakit Ibnu Sina, Sumatera Barat
Posko LAZNAS Dewan Dakwah Sumatera Utara:
1. Jl. Laksana, Kel. Kota Matsum IV, Kec. Medan Area, Medan
Giat Lapangan di Tengah Kondisi Sulit
Di tengah akses yang terputus, hujan yang masih turun, listrik dan sinyal yang kerap padam, serta lumpur tebal yang menutupi jalan dan rumah, tim LAZNAS Dewan Dakwah tetap bergerak. Bersama pemerintah setempat, mereka melakukan:
Pertama, distribusi bantuan: hygiene kits, air minum, makanan siap saji, popok bayi, dan kebutuhan pokok.
Kedua, perasi dapur umum. Ketiga, evakuasi barang milik warga terdampak
Keempat, pembersihan permukiman. Kelima, pelayanan kesehatan. Keenam, penyediaan alat komunikasi darurat.
Di balik upaya tersebut, sejumlah dai dan daiyah di Sumatera juga menjadi korban bencana. Namun mereka tetap memilih berada di garis depan membantu warga.
Salah satunya Ustadzah Fudhla. Rumahnya di Desa Pante Lima, Kec. Meureudu, Pidie Jaya, terendam hampir tiga meter. Hingga hari ke-11 pasca banjir, desanya masih dipenuhi lumpur dan genangan setinggi betis. Meski begitu, ia tetap mendampingi tim bersama Ustadz Asraf untuk menyalurkan bantuan.
Situasi serupa dialami Ustadz Samsul di Desa Tanah Terban, Kec. Karang Baru, Aceh Tamiang. Ia terisolasi selama delapan hari karena listrik dan jaringan komunikasi padam total. Aceh Tamiang menjadi salah satu daerah dengan kerusakan terparah, bahkan sempat digambarkan seperti kota mati.
Data terbaru BNPB per 8 Desember 2025 mencatat 953 korban meninggal, 275 orang masih hilang, dan 5.000 warga luka-luka. Kerusakan fasilitas umum serta sarana pendidikan juga sangat luas.
LAZNAS Dewan Dakwah menegaskan komitmennya untuk terus memberikan layanan kemanusiaan di seluruh wilayah terdampak. Para dai tetap menjadi garda terdepan menguatkan masyarakat secara fisik, sosial, dan spiritual hingga kondisi pulih sepenuhnya.
Dalam waktu dekat, Tim Pusat LAZNAS Dewan Dakwah akan terjun langsung ke lokasi bencana untuk mengawal distribusi bantuan dari kantor pusat di Menara Dakwah, Kramat Raya 45, menuju posko-posko di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Konvoi kemanusiaan ini akan diberangkatkan pada Jumat, 12 Desember 2025, terdiri dari mobil rescue, truk tangki air, dan truk logistik.*