JAKARTA (VoA-Islam) – Bila dicermati, jelang kenaikan BBM per 1 April 2012 mendatang, semakin banyak saja upaya pengalihan isu melalui rekayasa pemberitaan yang tidak semestinya ditimbulkan. Ini bukan kali pertama, isu terorisme menjadi trigger (pelatuk) untuk mengalihkan publik dari isu yang sedang hangat-hangatnya dibincangkan.
Masih segar dalam ingatan, ketika para petinggi Partai Demokrat menjadi bulan-bulanan media massa atas dugaan kasus korupsi, tiba-tiba dimunculkan aksi “Indonesia Damai Tanpa FPI” yang digerakkan oleh kader demokrat liberal, Ulil Abshar Abdalla. Bagi intelijen dan media massa sekuler, FPI dianggap isu yang paling seksi untuk dikambing-hitamkan. Itulah sebabnya, media sekuler tak bosan-bosannya mengulang-ulang membolow-up propaganda hitam tentang track record FPI.
Sesekali, Mabes Polri menggelar jumpa pers terkait dugaan teroris yang terjadi di Semarang dan beberapa tempat lainnya. Pemberitaan ini tak berhasil memengaruhi masyarakat untuk fokus pada kenaikan BBM dan kasus korupsi. Detik-detik kenaikan BBM, rezim ini kembali mengalihkan isu dengan insiden penembakan di Bali, yang menyebabkan 5 orang tewas. Lagi-lagi pemberitaan ini dikait-kaitkan dengan kasus terorisme. Para jurnalis yang kritis akan menyebut setiap insiden yang diciptakan sebagai bentuk rekayasa dan pengalihan isu rezim berkuasa.
Seperti diberitakan sebelumnya, aparat kepolisian menembak mati lima orang yang diduga jaringan teroris Bali, Minggu 18 Maret 2012 malam. Kelima tersangka teroris dilumpuhkan di dua lokasi berbeda. Mereka dituduh terkait jaringan teror yang merampok Bank CIMB Niaga Medan.
Kelima orang yang tewas diterjang peluru itu, yakni: HN (32) asal Bandung, AG (30) asal Jimbaran, Bali, UH alias Kapten tewas dalam penggerebekan di Jalan Gunung Soputan, Denpasar. Sementara, M, alias Abu Hanif (30) asal Makassar, dan DD (27) asal Jawa Barat ditembak di Jalan Danau Poso, Sanur.
Berikut ini adalah statemen tuduhan yang diucapkan oleh pihak BNPT dan para petinggi di kepolisian, terkait insiden penembakan di Bali. Mereka adalah Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai, Kapolri Jenderal Timur Pradopo, Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Pol Boy Rafli Amar, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution, dan Kabid Humas Polda Bali Komisaris Besar Hariadi.
Tuduhan Ansyad Mbai
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai kepada wartawan mengatakan, bahwa kelima orang yang ditembak itu merupakan jaringan Jamaah Anshorud Tauhid (JAT) yang didirikan oleh Abu Bakar Ba'asyir. "Kalau teroris di Solo sama di CIMB ya dari mana itu. Kan JAT," kata Ansyaad di Gedung DPR, Senin 19 Maret 2012.
Ansyaad menambahkan, mereka adalah jaringan teroris yang telah merampok Bank CIMB di Medan pada tahun 2010 lalu. Selain itu, mereka juga telah melakukan aksi terorisme di Solo. Ketika di Solo, kelompok ini melakukan aksi bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, Jawa Tengah pada Minggu 25 September 2011.
"Jaringannya, ada dari jaringan yang (merampok) Bank CIMB ada yang dari Solo, ada beberapa tempat lagi yang belum bisa disebutkan, semuanya DPO (Daftar Pencarian Orang)" kata dia.
Ansyaad sesumbar, komplotan yang akan beraksi di Bali sudah diintai selama tiga bulan sebelum akhirnya ditembak. "Sudah beberapa lama (diintai), mereka sudah dikejar selama 3 bulan. Bukan saja di Bali, dari mana-mana," kata dia.
Ansyaad mengatakan, meski polisi sudah menembak lima orang, namun ada beberapa teroris yang berhasil lolos dan sudah ke luar dari Bali. "Orang buronan dari sana, yang tadinya kelompok sana, belum semua tertangkap. Perampokan itu, kata Ansyaad digunakan untuk melakukan aksi teror. "Iya sudah aksi, teroris merampok ya untuk membiayai operasi selanjutnya," kata dia.
Ansyaad Mbai mengatakan, para teroris tersebut berencana melakukan aksi terorisme di banyak tempat di Bali. “Banyak targetnya,” kata dia di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin 19 Maret 2012.
“Kalau teroris itu terlambat dilumpuhkan sedikit saja, bisa dibayangkan akibatnya yang luar biasa,” ujar Ansyaad lagi. Namun kini dia memastikan Bali telah aman dari ancaman terorisme meski ada sejumlah anggota teroris yang lolos dari kejaran polisi.
“Bali cukup aman. Kan mereka sudah berhasil dilumpuhkan sebelum beraksi,” ucap Ansyaad yakin. Tapi, imbuhnya, masih banyak peredaran senjata yang bisa dan bakal digunakan untuk melakukan aksi-aksi kriminal lain.
Ansyaad Mbai mengatakan, bahwa tak mudah menangkap teroris. Secara ideal, kata dia, polisi ingin menangkap baik-baik. Namun, kadang-kadang, kondisi di lapangan tak selalu sempurna untuk menangkap."Kalau nangkap koruptor gampang, dipanggil pakai surat panggilan. Coba bayangkan teroris pakai surat panggilan datang nggak?" katanya.
Ansyaad menambahkan, bahwa 5 orang yang telah ditembak mati di Bali sudah dipastikan teroris. Hal ini, karena mereka sudah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO)."Sudah jelas itu DPO sudah terbukti teror di Medan, bunuh polisi. Ketika ditangkap ada senjata, melawan ya kira-kira harus kita apakan."
Tuduhan Saud Usman
Sebelumnya, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution mengatakan, selain melakukan perampokan, kelompok ini diduga terkait jaringan terorisme. "Tim kita melacak kelompok ini berdasarkan informasi terdahulu, masih ada pelaku lain yang belum tertangkap," ujar Saud.
Saud menjelaskan, polisi telah mengintai dan memonitor kelompok ini sejak 17 Maret 2012 di dua hotel berbeda. Polisi, kata dia, membuntuti kelompok ini. Hasilnya diketahui mereka akan melakukan fa'i atau mencari dana dengan jalan kekerasan di toko emas, money changer, dan kafe yang ada di daerah Bali. "Pada saat penegakan hukum, tersangka melakukan perlawanan dan anggota kita melumpuhkan sehingga mereka meninggal dunia," ujar Saud.
Dia menambahkan, masih ada jaringan kelompok ini yang belum ditangkap. Namun, dia masih enggan mengungkap identitas buronan itu. "Kalau disebut sekarang bisa kabur dan mempersulit pengembangan," katanya.
Tuduhan Kapolri Timur Pradopo
Kapolri Jenderal Timur Pradopo memastikan lima orang yang ditembak di Bali terkait dengan perampokan Bank CIMB Niaga Medan. Selain kasus perampokan, kawanan ini diduga juga terkait jaringan terorisme."Tentunya ini berangkat dari TKP yang ada di Medan," kata Timur di Jakarta, Senin 19 Maret 2012. "Jadi perampokan, kemudian ada kaitan masalah teror."
Menurut dia, dari hasil pengembangan di Bali ini, polisi akan terus mengembangkan penyelidikannya. Tak menutup kemungkinan, masih ada kawanan kelompok ini yang masih berkeliaran. Polisi sendiri, ujar dia, menduga masih ada kawanan kelompok ini yang telah lari keluar Pulau Bali. "Nanti akan kita kembangkan, berangkat dari Bali ini," ujar dia.
Tuduhan Boy Rafli
Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Pol Boy Rafli Amar menuturkan, saat penangkapan, kelima terduga teroris ini melakukan perlawanan. Hingga terjadi baku tembak dengan aparat. "Lima pelaku kejahatan akan melakukan aksi teror dan perampokan money changer, juga toko emas di beberapa tempat di Bali," ujar Boy Rafli Amar kepada wartawan, Senin 19 Maret 2012.
Menurutnya, 5 orang tersebut adalah pelaku kejahatan yang menjadi buronan polisi. Mereka masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) terkait aksi perampokan di CIMB Medan. "Saat ditangkap, para pelaku akan melakukan perampokan di PT Bali Money Changer jalan Sriwijaya Kuta Dan Toko emas jalan Uluwatu Jimbaran," Boy menjelaskan.
Barang bukti yang disita dalam penyergapan yakni, 2 pucuk senapan api FN (1 pucuk di TKP Sapotan, 1 pucuk di TKP jalan Danau Poso), 2 magazine dan peluru 48 butir cal 9 mm, penutup wajah (seibo). "Para pelaku telah dipantau dalam sebulan terakhir," dia menambahkan.
Tuduhan Humas Polda Bali
Kabid Humas Polda Bali Komisaris Besar Hariadi membenarkan, satu dari lima orang yang tewas di Bali masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) perampokan CIMB Niaga, Medan pada 2010. Polisi menduga, DPO itu mengajak jaringan lain untuk meneror dan merampok."Diketahui mereka masuk Bali untuk melakukan perampokan di beberapa tempat," kata Hariadi di Mapolda Bali, Senin 19 Maret 2012.
Hariadi mengungkapkan, jaringan Bali ini merupakan pengembangan dari kasus perampokan di Medan, Sumatera Utara, Agustus dua tahun silam. Salah satu kelompok Bali ini, HN (32), dicari untuk kejahatan di Medan tersebut.
Kabid Humas Polda Bali Komisaris Besar Hariadi membenarkan bahwa satu dari lima orang yang tewas tersebut, HN (32 tahun), masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) dalam kasus perampokan CIMB Medan tahun 2010. Polisi menduga sang buron mengajak jaringan lain untuk meneror dan merampok.
Kelompok ini, lanjutnya, masuk ke Bali pada Sabtu 17 maret 2012. "Tanggal 17 masuk ke Bali, besoknya kami bekuk," kata Hariadi kepada wartawan di Bali, Senin 19 Maret 2012. Gerakan mereka dikuntit dan diketahui berdasarkan pengembangan kasus perampokan CIMB di Medan itu. Mereka datang ke sana, lanjut Hariadi, untuk merampok.
Akhirnya Polisi Meralat
Setelah merilis kabar Densus 88 Antiteror menembak mati lima orang teroris Bali untuk jihad, akhirnya polisi meralat berita. Ternyata kelima orang itu adalah murni perampok. Kabid Humas Polda Bali Kombes Hariadi mengatakan, kelima orang yang tewas ditembak datang ke Bali bukanlah teroris. Melainkan murni perampokan.
Di sela olah tempat kejadian perkara, Selasa (20/3/2012), Hariadi menegaskan, motif para pelaku adalah murni tindakan kriminal perampokan. Mereka bakal beraksi di kawasan Kuta dan Uluwatu.
Sifat tergesa-gesa petinggi polisi, tak terkecuali Kepala BNPT Ansyaad Mbai yang bernafsu memerangi teroris, ternyata semakin sadar, bahwa pemberitaan yang memang direkayasa itu tak bisa memengaruhi publik untuk mengalihkan isu yang sedang terfokus pada kasus korupsi dan kenaikan BBM. Para jurnalis semakin cerdas dan kritis untuk tidak mau mengikuti arahan Mabes Polri dengan cukup menggelar jumpa pers, lalu dengan mudahnya percaya begitu saja.
Please..deh! Ansyad Mbai jangan lebay…! (Desastian/dbs)