View Full Version
Sabtu, 21 Jul 2012

Tokoh Lobi Amerika Pangeran Bandar Kepala Intelijen Saudi

Pangeran Bandar bin Sultan ditunjuk sebagai Kepala Intelijen Arab Saudi yang baru. Pangeran Bandar bin Sultan, yang pernah menduduki pos di Washington, sebagai duta besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat ini, selanjutnya akan menjadi orang yang sangat penting di negeri yang kaya minyak itu.

Pangeran Bandar bin Sultan anak mendiang Pangeran Sultan, yang baru saja meninggal. Pangeran Sultan yang menjadi putera mahkota Arab Saudi itu, meninggal di Amerika Serikat, dan kemudian disusul Pangeran Nayef yang juga meninggal.

Pangeran Bandar bin Sultan, sangat dikenal di kalangan pejabat-pejabat puncak Amerika Serikat, termasuk para pejabat di Gedung Putih. Bandar bin Sultan, memiliki lobbi yang luas, termasuk dibidang intelijen Amerika, CIA, dan selama ini menjadi "jembatan" antara Saudi dengan Washington. Penunjukkan Bandar bin Sultan, ditengah-tengah krisis antara Amerika Serikat, Israel dengan Iran,serta meluasnya konflik di Suriah, termasuk memuncaknya pengaruh Syiah di Yaman.

Bandar bin Sultan, yang nampak  ramah, kini berumur 63, dan menghilang sejak meninggalkan Washington, dipanggil pulang  oleh Raja Abdullah pada 2005. Bandar bin Sultan, tidak main-main, tokoh yang sudah menjadi Dubes di Washington selama lebih 22 tahun, dan dengan diangkatnya Bandar bin Sultan, maka tokoh baru dibidang intelijen akan segera masuk dalam  kancah krisis yang akan mengubah permainan Timur Tengah. Ini akan semakin paralel antara kepentingan Amerika Serikat dan Arab Saudi dengan situasi regional di Timur Tengah.

"Dia hanya orang yang tepat untuk saat yang tepat di Saudi. Dia memiliki kebijakan luar negeri lebih hawkish (keras), dan dia adalah elang terkemuka pusat kekuasaan Arab Saudi," kata David Ottaway, penulis biografi Bandar dan sarjana senior di Woodrow Wilson Center di Washington.

Bandar bin Sultan dinilai sebagai sekutu terdekat  Amerika Serikat, dan  pendukung kuat dari pemberontak Suriah, yang  sekarang berjuang merebut Damaskus, dan  menggulingkan Presiden Bashar al-Assad. Bandar bin Sultan memperbaiki hubungan dengan Washington setelah perselisihan atas pemberontakan Arab tahun lalu.

"Bandar cukup agresif, sama sekali tidak seperti seorang diplomat Saudi khas berhati-hati. Jika tujuannya adalah untuk membawa Bashar segera turun, dia akan memiliki kekuasaan dan kemampuan yang kuat untuk melakukan apa yang dia pikir perlu. Ia suka menerima perintah dan melaksanakannya saat ia melihat waktu yang tepat, "kata Jamal Khashoggi, seorang komentator Saudi berpengaruh.

Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Saud al-Faisal telah dijelaskan mempersenjatai para pemberontak sebagai "ide yang sangat bagus."

Seperti krisis Suriah memasuki tahap akhir dari usaha penggulingan terhadap BAshar al-Assad, yang Syiah Alawiyyin, dan Amerika Serikat, nampaknya tidak lagi sabar, dan ingin segera Bashar al-Assad pergi. Keputusan Raja Abdullah mengangkat Pangeran Bandar bin Sultan sebagai kepala intelijen Saudi, sebagai langkah yang sangat menentuk terhadap situasi politik di Suriah.

Kematian tokoh-tokoh penting dibidang keamanan Suriah, seperti menteri pertahanan, Jenderal Daoud Rajiha, Wakil Menteri Pertahanan Assef Shawqat, yang merupakan ipar dari Presiden Bashar al-Assad, serta mantan menteri pertahan Suriah, Jenderal Turkomani, serta menteri dalam negeri, Ibrahim Shaar, menandakan akan akhir perjalanan kekuasaan Assad. Bersamaan dengan pergantian kepala intelijen Arab Saudi, yang sekarang diduduki Pangeran Bandar bin Sultan. mi


latestnews

View Full Version