Apakah ada Kaitannya antara RAND Corporation dengan Pemahaman Ghulatut Takfir?
Oleh: Nurul Islam
Mimbar Tauhid wal Jihad
بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
Amma ba'du:
Tidak diragukan lagi bahwa banyak ikhwah (kalau tidak seluruhnya) yang mengikuti perkembangan gerakan busuk dan penuh makar dari lembaga RAND ini. Yang memiliki salah satu agenda penting yaitu menghilangkan ruhul Islam berupa tatanan hukumnya yang rabbani dan syariatnya yang berasal dari langit.
Menghilangkan juga seluruh manifestasi kehidupan beragama. Merubah kaum muslimin, bahkan merubah Islam itu sendiri pada waktunya nanti. Membangun jaringan Islam "moderat" tentu dengan standar yang mereka tentukan sendiri tentang apa itu "muslim moderat". Itulah cara merubah pemikiran seluruh kaum muslimin tidak hanya kaum radikalnya.
Hal tersebut dapat dipahami oleh siapa saja yang menelaah rilisan meraka dengan judul "building moderate muslim network" (http://www.rand.org/pubs/monographs/2007/RAND_MG574.pdf )
Mari kita mulai dengan selayang pandang profil lembaga perusak Islam ini:
(Sudah merupakan prinsip strategi) sebuah keharusan bagi suatu pihak bila ia ingin menyerang lawannya, ia harus mempelajari kepemimpinan lawannya, pola gerak, tindaknya dan para cendikiawannya sehingga dia mengetahui seluk beluk tentang lawannya yang akan memudahkannya menyerang dengan metode yang sesuai waktu dan tempat.
Dari prinsip ini mulailah amerika melakukan studi yang komprehensif tentang salafi jihadi; pola geraknya dan ulama-ulamanya. Lembaga yang paling menonjol dalam studi ini adalah RAND corporation, yang membuat pemetaan dan menyimpulkan bahwa Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi ialah orang yang paling berbahaya di muka bumi disebabkan buku-buku dan karya tulis beliau, serta tentu tauhid beliau.
Lembaga anti teror di akademi militer Amerika, west point (dikenal dengan CTC; Combatting Terrorism Center) juga merilis karya analisa dengan judul "miltant ideology atlas" (http://www.ctc.usma.edu/wp-content/uploads/2012/04/Atlas-ExecutiveReport.pdf ) di dalamnya tercantum peta para masyaikh salafi jihadi yang menonjol, beserta ukuran pengaruh masing-masing. Dan Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi menduduki peringkat yang tak terbantahkan bahaya pengaruhnya menurut mereka. Kemudian di bawahnya Dr. Abdullah Azzam –rahimahullah-, lalu Syaikh Yusuf Al ‘Uyairi -rahimahullah- dan seterusnya.
Seorang nasrani dari salah satu negara Eropa pun menulis untuk tesis doktoralnya dengan judul "almaqdisi" (setelah kami telusuri di internet, orang tersebut bernama Joas Wagemakers, dengan judul “a purist jihadi-salafi: the ideology of abu muhammad al-maqdisi”).
Di dalamnya dia membahas tentang Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi, juga mencantumkan pendapat yang mendukung dan bertentangan dengan Syaikh. Yang unik adalah seorang nasrani ini ternyata sudah membaca semua buku Syaikh Al Maqdisi. Yang lebih unik lagi, dia menulis artikel yang membantah tuduhan bahwa Syaikh Al Maqdisi telah berubah pendapatnya dan menerangkan di dalam artikel itu bahwa Syaikh -hafizhahullah- tetap "tsabat" beliau tidak berubah keyakinan dan pendapatnya!
Lembaga ini dalam kegiatannya menyingkirkan salafi jihadi internasional dibantu oleh beberapa pihak, yang paling menonjol adalah beberapa lulusan al-azhar, Amr Khalid sebagaimana yang tertulis di laporan yang mereka rilis. Setelah hal itu menemui kegagalan, mereka meminta bantuan kepada para da'i salafi irja’ dan salafi penganut tasfiyah dan tarbiyah untuk mengeliminasi Islam yang beramaliah dan harokah.
Ikon yang paling menonjol menurut mereka adalah Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi -karena mereka anggap sebagai lab intelektual terorisme-. Tapi lagi-lagi semua usaha ini berujung kegagalan dan mereka belum bisa menemukan apa yang mereka mau. Pertanyaan yang timbul adalah; siapakah yang akan mereka jadikan kendaraan selanjutnya? Apakah para ahlu ghuluw?
Wahai saudaraku yang mulia, para pembaca!
Perhatikan hal ini baik-baik dan bandingkan dengan serangan terhadap Syaikh Al Maqdisi dari para muta'alimin (para pelajar) dan yang mengaku ahli fiqih, yang jahil terhadap ‘aqidah dan dien, yang mereka menisbatkan secara dusta diri mereka kepada dakwah jihad dan mujahidin, serta mereka berbicara tentang Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi.
Mereka terbagi kepada tiga kelompok:
PENJELASAN
KELOMPOK YANG PERTAMA: Syaikh Abu Muhammad amat menaruh perhatian kepadanya, karena jamaah ini yang paling banyak berpengaruh terhadap kebanyakan pemuda pengusung dakwah tauhid dan jihad. Hal ini disebabkan (kelompok pertama) banyak menjangkiti para pemuda itu dan para da'inya.Serta mereka tidak menemukan dari para pengusung tauhid keingkaran dan peringatan yang bisa menghalangi mereka dari kesesatan dan kejahilannya.
Bahkan sebagian penganut ghullat ini diri mereka dinisbatkan kepada jamaah tauhid dan jihad dan isu-isu terkait. Padahal pendapat mereka yang rusak itu seringkali disebut-sebut oleh para awwamu syababut tauhid dan dinukil dalam beberapa kesempatan. Yang terkadang isu-isu yang diangkat itu, yang dinukil ulang terdapat di dalamnya khilaaf (perbedaan pendapat) yang diperbolehkan syariat.
Maka syaikh abu muhammad mewajibkan untuk berlepas diri dari pemikiran-pemikiran ini dan memerangi penganutnya dan para dai yang menyeru kepadanya sehingga tidak tercampur antara kemurnian dan keaslian dakwah tauhid wal jihad dengan ghuluw dan penyelewangan.
Mereka ini bermacam-macam jenisnya tergantung ke-ghuluw-an yang mereka anut, sebagaimana berikut:
Pertama: Orang-orang berpendapat bahwa semua manusia itu kafir, karena hukum asal para manusia ini kafir, kecuali ada dalil lain yang menyatakan sebaliknya, sedangkan dalil shahih yang mereka akui adalah "ikhtibaar islami al-asykhosh" alias menguji keislaman orang-orang dan apa-apa yang mereka pahami dalam permasalahan tauhid yang bermacam-macam secara tafshil (mendetil).
Kalau sesuai dengan akal dan hawa nafsu mereka maka ia muslim (menurut mereka), kalau tidak demikian berarti tidak muslim. Seperti misalnya orang yang tidak berpendapat bahwa hukum asal manusia adalah kafir, maka mereka penganut ghuluw ini menilainya kafir disebabkan dia belum berlepas diri dari kekafiran orang-orang tersebut.
Mereka ini mengkafirkan Syaikh Ayman Azh Zhawahiri dan Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi, karena beliau berdua tidak mengkafirkan siapa yang mereka anggap kafir sesuai pemahaman takfir mereka.
Kedua: Ada yang berpendapat bahwa hukum asal para imam masjid itu itu kafir, semata karena masuknya mereka pada posisi itu, tapi mereka mengatakan hukum asal manusia ialah Islam, sedangkan sebagian yang lain bertawaquf (tidak menghukumi kafir atau Islam). Inilah orang yang disebutkan di dalam makalah yang berjudul "ghuluw yamhaqu al-barokah".
Ketiga: Selanjutnya ahli mencampur adukkan. Mereka tidak memiliki manhaj tidak pula pemikiran, mereka hanya comot sana, comot sini dari suatu pendapat kemudian mereka pupuk apa yang ada itu. Kebanyakan mereka cepat berubah; tentang benar atau salahnya pendapat, tahdzirnya terhadap sesuatu dan pernyataan terhadap pendapat-pendapat para ulama.
Mengapa Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi memerangi kelompok ini dengan sengit dan bersikap keras terhadp mereka?
Telah datang kritik dari beberapa ikhwan bahwa makalah-makalah yang dikeluarkan oleh Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi justru adalah penyebab hal ini. Jumlah mereka kian bertambah yang malah membuka medan peperangan baru yang tidak perlu pada saat ini.
Maka kami katakan kepada para ikhwah ini sebagai jawaban atas persoalan tadi:
Pertama, bahwa sebagian para panganut ghuluw menisbatkan diri mereka kepada dakwah tauhid ini di antara orang-orang tersebut, melalui:
Syaikh Abu Muhammad mengetahui bahayanya golongan ini, kemungkinan penyebaran kebatilan dan pertambahan pengikut mereka diantara para pemuda pengusung tauhid.
Maka beliau menetapkan untuk mengambil langkah-langkah penanggulangan dengan menekannya dan mengingkari perbuatan dan perkataan yang dimaksud, serta melakukan tindakan preventif dengan menyeru para pemuda untuk meninggalkan golongan ini, memutuskan hubungan dengan mereka dan tidak menghadiri majlis mereka.
Kedua, mereka memblokir jalan menuju tauhid dan jihad melalui sebagian perkataan mereka yang keluar dari rel syariat, lalu dipungut oleh orang-orang licik yang berniat buruk dari kalangan murji’ah dan jamaah Ikhwan dan Hizbut Tahrir serta jamaah tabligh dan selain mereka, lalu mereka menyebarkannya bahwa ini adalah pemikiran Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi dan jamaahnya, sampai terpatri bahwa ini adalah gerakan salafi jihadi di seluruh belahan dunia. Maka sangat perlu adanya pencegahan atas bahaya yang ditimbulkan oleh para panganut ghuluw ini.
KELOMPOK YANG KEDUA: adalah yang berbeda dari Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi dari sisi aqidah, dakwah serta pemikirannya. Mereka menganggap Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi adalah pencetus pemikiran takfir dan ghuluw.
Ketika anda memanggil mereka untuk berdiskusi soal ini secara diskusi ilmiyah dengan kaidah-kaidah ilmiah, mulailah mereka melakukan manuver-manuver dusta, sesat lagi berdosa dalam debat kusir meninggalkan diskusi ilmiah yang kokoh dan pasti untuk mencari hakikat kebenarannya secara syariah.
Mereka memiliki beberapa sifat:
Mereka bertingkah busuk dalam perdebatan dan memfitnah Syaikh Al Maqdisi dan orang-orang yang bersamanya dengan kebohongan-kebohongan. Mereka menuduh Syaikh yang mulia yang pemahaman fiqihnya luas ini, sebagai orang yang menyelewengkan maksud syariat dan sesat, disebabkan satu kesalahan beliau dalam satu masalah fiqih saja.
Lalu Nasri At Thahayanah mereka tuduh sebagai pencuri, yang membangun rumahnya dengan harta milik mujahidin, padahal ketahuilah rumahnya saja tidak luas, untuk menampung lima orang sekaligus saja tidak bisa. Syaikh sepuh yang tertawan (Abu Muhammad At Tahawi, seorang ulama Yordania) mereka tuding sebagai orang bodoh dan tolol.
Begitu pun Umar Zaydan (Abu Mundzir) dituduhnya dengan tuduhan dusta terhadap apa yang diturunkan Allah. Syaikh Nurudin sebelumnya juga begitu, mereka tuduh mencuri harta mujahidin, dan mereka juga berusaha melakukan hal serupa kepada Syaikh Al Fadhil Abu Muhammad Al Abid dan saudara beliau Abu Asyraf.
Maka munculah pertanyaan; kenapa mereka melakukan hal-hal yang busuk seperti d atas kepada para ulama dakwah tauhid wal jihad separti Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi dan para penuntut ilmu lainnya seperti Syaikh Nurudin, Umar Zaydan dan siapa pun yang melakukan pengumpulan donasi untuk keluarga mujahidin yang tertawan semisal Syaikh Abu Muhammad Al Abid dan saudaranya abu asyraf?
Ketahuilah, mereka itu merupakan perwujudan dari dakwah tauhid dan jihad ini, dari sisi-sisi:
Maka sesungguhnya mereka berkonspirasi dan bermakar buruk kepada dakwah ini dengan suatu metode yang sebetulnya sesuai dengan strategi yang digariskan oleh lembaga RAND ini, baik sengaja atau tidak sengaja. Dengan mereka mengetahui strategi lembaga RAND ini atau tidak, dengan bantuan langsung atau tidak langsung dari dinas keamanan thaghut. Sukarela atau pun terpaksa. (istilahnya mereka menari dengan tabuhan gendang RAND corporation).
Masalahnya, apa pun keadaannya, hasilnya tetap satu, yaitu rencana jahat, sebuah konspirasi, makar rekayasa untuk menjatuhkan dakwah yang penuh berkah ini, dengan melakukan pembunuhan karakter, menjatuhkan pengaruh siapa saja yang mengusung dakwah ini dan tokoh-tokohnya yang menonjol.
Mereka tidak membatasi diri dalam hal kerja sama, mereka akan bekerja sama dengan siapa pun, bila hal itu menguntungkan keberhasilan rencana jahat mereka.
KELOMPOK YANG KETIGA: ahlul ahwa yang naif dan tertipu.
Sejatinya kelompok inilah yang paling berbahaya dan mengkhawatirkan, mereka mempromosikan pemikiran-pemikiran yang sebetulnya mereka tidak memahami maknanya, mereka menjebak diri mereka sendiri dalam skema permainan orang lain tanpa mereka sadari, tidak mereka ketahui sasaran dan tujuannya.
Maka anda bisa melihat mereka menukil-nukil kabar berita dan isu-isu lalu mereka tambah dan kurangi, mencampurkan antara kebenaran dan kebatilan. Kalau meraka dimintai rujukan dari syaikh mana? dan penafsiran dari beberapa yang ada di otak mereka, anda lihat mereka tidak bisa menjawab.
Maka sebetulnya mereka ini tidak bisa mendengarkan, kalau pun mereka mendengar, mereka tidak bisa memahami, kalau pun paham, mereka tidak melakukanya dengan baik. Mudah menyebarkan rumor-rumor dan menganggap diri mereka beda dari orang lain. Sehingga meraka menjadi mangsa yang empuk, dikarenakan tindakan-tindakan mereka yang tidak disiplin.
Adapun yang jujur, seperti mereka yang berbeda pendapat dengan Syaikh di beberapa perkara, tapi mereka masih masuk kepada bagian aqidah dan tauhid. Mereka sebagian ikhwah yang merupakan para penuntut ilmu tetapi mereka juga memiliki beberapa penyimpangan yang menyelisihi Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi, dan mereka pada umumnya tidak berpengaruh di dalam gerakan. Bahkan, terkadang mereka mengkritisi Syaikh tanpa tujuan untuk menimbulkan kerusakan dan sekadar qila wa qala saja. Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi pun seringkali mendorong mereka untuk berdebat dan berdiskusi, supaya pemikiran mereka terbuka.
...penyakit hati berupa nafsu terhadap popularitas, erosi keikhlasan, dan sifat dendam adalah jembatan setan, jin dan manusia semisal lembaga RAND dan siapa saja yang sama dengan mereka...
Sesungguhnya penyakit hati berupa nafsu terhadap popularitas dan erosi keikhlasan dari hati sebagian orang, serta sifat dendam merupakan jembatan setan, jin dan manusia semisal lembaga RAND dan siapa saja yang sama dengan mereka.
Ibadah mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah berganti dengan menyerang dan mencela Syaikh salafi jihadi internasional Abu Muhammad Al Maqdisi (semoga Allah menjaganya), dengan restu lembaga RAND dan dinas keamanan lainnya.
"Dan kami jadikan dari mereka para pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami sepanjang meraka sabar dan mereka yakin terhadap ayat-ayat kami" (Q.S. As Sajdah: 24). Begit lah Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kepemimpinan dalam dien tergantung dengan sabar dan yakin. Kita meminta kepada Allah semoga Allah memberikan kesabaran dan keyakinan kepada Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi sampai beliau menemui wajhu robbihi. Sesungguhnya Rabb kami Maha Mendengar lagi Maha Dekat, yang Maha Menjawab doa-doa.
Aku menuliskan kepada semua yang menyelisihi Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi tanpa hujjah dan dalil yang jelas dari Al Qur’an dan Sunnah sebuah ayat; “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Q.S. Al Anfal : 29)
Berkata penulis Fi Zhilalil Quran, sebagai tafsir dari ayat di atas. Bahwa takwa kepada Allah itu menjadikan hati bisa membedakan mana yang haq dan batil, menyingkapkan penghalang jalan, tetapi hakikat ini, sebagaimana seluruh hakikat aqidah, tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia yang merasakannya.
Segala urusan itu terjalin di benak dan akal, thariqah itu terjalin dalam pandangan serta pemikiran, dan kebatilan bercampur dengan Al Haq ketika diri terpisah dari jalan (kebenaran), hujjah matang tapi tidak mengenyangkan, terdiam tidak berpengaruh terhadap hati maupun akal.
Jadilah jidal dan diskusi sia-sia dan kehilangan tujuan dan hasilnya. Hal itu terjadi manakala taqwa tiada.
Kalau akal itu terang, yang haq akan jelas, jalan tersingkap, hati menjadi tenang, nurani pun bersandar dan kaki akan tetap kokoh di atas jalan (kebenaran).
Al haq itu sejatinya bukan suatu rahasia bagi fitrah, ada hubungan antara kebenaran dan fitrah itu.
Yang mana dengan itu langit dan bumi diciptakan. Tetapi di sana ada hawa, di antara al-haq dan fitrah. Hawa ini lah yang menyebarkan mendung yang menutupi pandangan, membutakan para pejalan serta menutup jalur jalan. Hujjah itu tidak berpengaruh terhadap hawa, taqwa yang berpengaruh atasnya, rasa takut kepada Allah. Perasaan selalu diawasi oleh-Nya baik sendiri sunyi maupun saat telihat ditengah kawan.
Sebab itu, furqon ini, yang menerangi pandangan, memisahkan kerancuan dan menyingkap jalan. Dia tidak ternilai harganya.
Dengan kalam ini aku menjadi, dan bagi Allah segala pujian aku menutup pintu-pintu yang bisa dipakai untuk menyerang dan mencela Syaikh Abu Muhammad Al Maqdisi dan dakwahnnya kepada tauhid dan jihad.
Semoga hancur dan binasa bagi RAND Corporation, sedang mimbar tauhid dan jihad senantiasa tinggi dan penuh dengan dakwah dan qital. [Abdul Rouf/voa-islam.com]