Cairo (voa-islam.com) Di tengah-tengah semakin santernya isu serangan militer Zionis-Israel ke Iran, secara unilateral (sepihak), tiba-tiba terbetik berita yang bersumber dai kantor berita Mesir, yang melaporkan Presiden Mohamad Mursi akan mengunjungi Iran, menghadiri pertemuan Gerakan Non-Blok, 30 Agustus, yang akan datang.
Kantor berita MENA mengatakan kunjungan Mursi akan menjadi kunjungan pertama oleh seorang kepala negara Mesir ke Teheran sejak revolusi Iran 1979.
MENA mengutip sumber-sumber di kantor kepresidenan Mesir mengatakan bahwa Mursi "akan berpartisipasi dalam pertemuan puncak" Gerakan Non Blok, usai dari lawatan dari Cina.
Namun, berbagai kalangan di Mesir, terutama dari kalangan internal Ikhwan, agar Mursi tidak berkunjung ke Iran, dan hanya mengirimkan wakilnya, wakilnya Mahmoud Mekki, sebagai gantinya.
Kunjungan Mursi ke Teheran akan sangat berdampak terhadap kredibelitasnya sebagai pemimpin Mesir, yang selama ini menjadi penentu sikapnya terhadap Teheran, di antara negara-negara Arab.
Padahal, belum lama ini, Mursi melakukan kunjungan ke Arab Saudi, yang sangat keras sikapnya terhadap Iran. Karena Arab Saudi menjadi poros Washington.
Mesir adalah pemimpin Gerakan Non-Blok, yang didirikan selama Perang Dingin, dan bertujuan melindungi negara-negara berkembang agar tidak terjebak dalam konflik antara Soviet-Amerika Serikat yang terlibat dalam perang dingin, yang menghancurkan negara-negara berkembang.
Namun, mungkin Mursi sekarang ini menyeimnbangkan situasi regional agar tidak terjerumus kedalam perang, di mana Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu secara unilteral berencana akan melakukan serangan terhadap Iran.
Sejak Mesir Hosni Mubarak digulingkan dalam pemberontakan rakyat tahun lalu, Mesir dan Iran telah mengisyaratkan memperbaharui hubungan yang terputus lebih dari 30 tahun, sesudah revolusi Iran , dan disusul dengan lahirnya Republik Islam dan pengakuan Mesir atas Israel.
Namun, sekarang terjadi ketegangan antara pemerintahan Barat mendorong Iran untuk menghentikan program nuklirnya. Sementara itu, Amerika Serikat menjadi donor besar terhadap militer Mesir. Dengan langkah yang dilakukan Mursi itu, kemungkinan dapat menimbulkan kemarahan di lingkungan militer Mesir, yang selama ini sudah menjadi poros kepentingan Barat, yang tidak ingin memperbahauri hubungan dengan Iran.
Dibagian lain, Mursi mengatakan akan menuntut sebuah kantor berita Iran setelah itu mengutip pernyataannya yang mengatakna akam memulihkan hubungan dengan Teheran, Juni lalu. Meskipun para pembantunya mengatakan wawancara itu palsu.
Iran terlibat dalam pembantaian di Suriah, di mana Teheran mendukung rezim Alawiyyin (Syiah) Bashar al-Assad, yang terus-menerus melakukan kekejaman terhadap rakyatnya terutama kelompok-kelompok Sunni,yang sekarang ini menjadi tulangpunggung perubahan politik di Suriah.
Respon Amerika
Iran memuji kemenangan Mursi sebagai sebuah "Kebangkitan Islam". Sementara Mursi berusaha keras meyakinkan sekutu Baratnya (Amerika Serikat), waspada terhadap pengaruh Iran.
Richard Murphy, mantan asisten Menteri Luar Negeri, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Amerika Serikat tidak akan senang, jika Mesir menjalin hubungan dengan Iran. Langkah normalisasi hubungan dengan Iran, kemungkinan akan semakin mengacaukan situasi politik Timur Tengah, dan akan semakin membuat Israel ketakutan, dan akhirnya mendorong Amerika Serikat bertindak terhadap Mursi dengan menggunakan militer Mesir, mendepak Mursi dari kekuasaannya.
"Amerika telah berusaha bersama dengan Eropa untuk membentuk suatu sistem isolasi Iran dan menghindari memberikan prestise apapun untuk rezim di Iran," kata Murphy. "Dan kemampuan Iran menjadi tuan rumah konferensi Non-Blok tidak menambah citra internasional dan yang tidak akan membuat Amerika bergembira."
Mantan presiden Mesir Anwar Sadat menerima Shah Mohammed Reza Pahlevi yang melarikan diri Iran, dan kemudian mati di Mesir. Sementara itu, bersamaan dengan revolus Iran, di mana salah satu jalan Teheran dinamai orang yg membunuh Sadat dalam sebuah parade militer pada tahun 1981.
Inilah paradoknya Iran, dan langkah Mursi yang akan melakukan kunjunan ke Teheran, dan menormalisasi hubungan dengan Teheran bisa membuat blunder (kesalahan) politik, di masa pemerintahannya. Di mana Teheran belum menjadi topik utama Mesir, saat ini. mh