View Full Version
Jum'at, 09 Nov 2012

Tekanan Barat Terhadap Pejuang Oposisi Suriah

Doha (voa-islam.com) Washington, melalui Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hallary Clinton, berusaha menekan dengan keras terhadap kelompok oposisi Suriah, agar mereka bersatu dengan tokoh, yang dapat diakomodasi bagi kepentingan Barat (Amerika Serikat).

Langkah ini diambil menjelang keruntuhan Bashar al-Assad, dan kekawatiran Barat, Suriah akan jatuh kelompok Mujahidin, dan tidak mampu lagi mengontrol terhadap Mujahidin, yang akan berkuasa di Suriah.

Skenario sekarang yang dibangun oleh Barat, yaitu membawa kepada fihak-fihak yang terlibat dalam konflik ke meja perudingan. Persis seperti ketika pasukan Serbia diambang kekalahannya dalam perang Bosnia. Perang antara Muslim Bosnia yang didukung barisan mujahidin dari berbagai negara hampir berhasil mengalahkan Serbia, tetapi kemudian disiasati oleh Washington, dibawa dalam perundingan di Dayton, tahun l998.

Sekarang, sudah ribuah para  pejuang yang tergabung dalam oposisi (FSA), yang sudah bertempur di Suriah, seperti di Aleppo dan Damaskus, dan berhasil memporak-porandakan pasukan Bashar al-Assad, dan tokoh-tokoh militernya yang sudah membelot ke Turki. Inilah situasi terakhir di Suriah, di mana Bashar al-Assad sudah kehilangan kendali di dalam tubuh militer Suriah.

Bahkan, Perdana Menteri Inggris, Cameron, sudah menawarkan kepada Bashar al-Assad, suaka politik, dan jaminan keamanan, jika Presiden Suriah, Bashar al-Assad, bersedia meninggalkan negaranya. Ini merupakan langkah yang sangat dramatis,yang dilakukan Inggris, karena Inggris yang menjadi sekutu Amerika Serikat, juga tidak ingin Bashar dikalahkan dalam perang oleh para Mujahidin, sehingga Washington kehilangan pengaruhnya di Timur Tengah.

Tentu, kalkulasi politik yang sekarang dibenak para pengamat militer dan ahli strategi perang Barat, jika Suriah jatuh ke tangan Mujahidin, maka akan menjadi ancaman nyata terhadap eksistensi Zionis-Israel. Maka, langkah skenario yang dijalankan Washington membawa Suriah dan pejuang FSA, ke meja perundingan, sebagai langkah menghentikan kemenangan Mujahidin Suriah.

Di Qatar berlangsung pertemuan Partai Oposisi Utama Suriah , yaitu Dewan Nasional (SNC), mereka akan memilih pemimpin baru, di mana presiden yang baru itu, rencananya akan dipilih hari Jum'at ini. SNC beranggotakan 40-anggota, dan  sekretariat jenderal terpilih semalam pada pertemuan di ibukota Qatar.

Sekretariat bertugas memilih 11 anggota untuk menunjuk pengganti keluar presiden Abdel Basset Sayda.

Proses ini telah ditunda sampai Jumat untuk memungkinkan empat anggota yang mewakili perempuan dan minoritas yang akan ditambahkan ke sekretariat menjelang pemungutan suara, kata para pejabat.

Diantara,  400 anggota SNC  dari 29 daftar kelompok yang menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad mulai dari kaum sampai Ikhwanul Muslimin, serta beberapa kelompok minoritas etnis dan suku.

Anggota Ikhwanul Muslimin, mencapai sekitar sepertiga dari sekretariat baru, ditambah dengan Kurdi dan minoritas Asyur juga mewakili tapi tidak ada wanita. Pejabat SNC mengatakan seorang Kristen dan seorang Alawit, anggota dari sekte Syiah yang Assad termasuk dalam Sunni-mayoritas Suriah, sehingga dapat ditambahkan ke tim.

Ketua Liga Arab Nabil al-Arabi, yang telah mendesak oposisi untuk merapatkan barisan, adalah karena mengambil bagian dalam pertemuan yang lebih luas pada hari Kamis menyerukan oleh organisasi dan tuan rumah Qatar dari berbagai kelompok Suriah.

Washington akan tetap memainkan kartu pentig menghadapi situasi di Suriah, dan ingin tetap memegang kendali di tengah-tengah pertarungan yang sangat sengit diantara kekuatan politik yang ada di Suriah. Presiden Turki Abdullah Gul, secara terang-terangan menolak intervensi militer ke dalam wilayah Suriah, dan ini sejalan dengan kebijakan Washington. af/bb


latestnews

View Full Version