View Full Version
Senin, 14 Jan 2013

Al-Nujaifi : Nur al-Maliki Harus Membebaskan Tahanan Sunni

Bagdad (voa-islam.com) Osama al-Nujaifi, Ketua Parlemen Irak dan tokoh paling senior Sunni, mengatakan Maliki harus mengeluarkan undang-undang amnesti yang akan membebaskan para tahanan Sunni dipenjara atas tuduhan terorisme dan mengubah undang-undang yang digunakan menargetkan terhadap kelompok  Sunni, ujarnya, Ahad.

Sekarang, kelompok Sunni di Irak, bergejolak dan melakukan aksi demonstrasi yang diikuti oleh puluhan ribu, dan  mereka menuntut dihentikan tindakan repressif dan penindasan secara brutal yang dilakukan oleh pemerintahan Irak, di bawah Perdana Menteri Nuri al-Maliki.

Sejak Irak dibawah kendali kelompok Syiah, di bawah Perdana Menteri Nuri al-Maliki, penindasan dan repressi begitu dahsyat terhadap kelompok Sunni, dan al-Maliki ingin membuat "zero" kelompok Sunni di Irak. Langkah-langkah yang sangat brutal, dan penindasan itu, akhirnya melahirkan perlawanan dahsyat dari kelompok Sunni. Mereka tidak dapat membiarkan situasi seperti itu, dan memang Nuri al-Maliki mendapatkan dukungan militer Amerika Serikat yang  masih ada di Irak.

Osama al-Nujaifi mengatakan, kelompok Syiah Irak di bawah Perdana Menteri Nuri al-Maliki harus mereformasi hukum, dan menciptakan keadilan, dan tidak   meminggirkan  Muslim Sunni atau akan menghadapi aksi demonstrasi yang tidak akan dapat lagi terkendali. Ini akan menimbulkan kekacauan yang lebih luas di Irak, ujar pemimpin Sunni itu.

Puluhan ribu orang Sunni turun ke jalan-jalan di provinsi yang mayoritas penduduknya pengikut Sunni selama tiga minggu, dan terus melakukan protes setiap hari, dan langkah ini sebagai bentuk aksi yang menuntut diciptakan kehidupan poliik yang lebih adil, dan tidak diskriminatif, dan dapat mendorong terjadi perang terbuka antara Sunni dan Syiah di Irak.

Osama al-Nujaifi, Ketua Parlemen Irak dan sejumlah tokoh senior Sunni, mengecam al-Maliki, dan menuntut pemerintah Irak membuat undang-undang yang memberikan amnesti terhadap tahanan, dan membebaskan mereka yang dipenjara atas tuduhan terorisme. Kelompok Sunni telah mendapatkan perlakuan tidak adil dan disudutkan sebagai teroris, dan mereka menghadapi repressi militer.

Puluhan ribu demonstran menuntut pemerintah guna  mengakhiri kampanye yang menyudutkan kelompok Sunni dengan tuduhan sebagai anggota Partai Baath yang dipimpin Saddam Hussein. Pemerintah al-Maliki menggunakan isu kelompok Sunni sebagai bagian dari Partai Baath yang terlarang. Stigma negatif terhadap kelompok Sunni sebagai anggota Partai Baath di masa pemerintahan Saddam, terus bergulir, dan digunakan kampanye pemerintah, guna memerangi kelompok Sunni.

"Mereka  menginginkan keadilan dan mereka ingin diperlakukan sebagai warga kelas yang sama ... dan jika tuntutan yang mereka  tidak terpenuhi, mereka akan meminta mengakhiri pemerintah al-Maliki," kata Nujaifi Reuters.

"Kami takut  akan kehilangan kendali atas demonstrasi yang terus berlangsung saat ini, jika mereka tidak meyakinkan, kami akan mengubah kebijakan terhadap mereka", ujar Osama.

Protes terbaru meletus setelah pasukan keamanan menangkap para pengawal menteri keuangan Sunni atas tuduhan terorisme, sebuah langkah yang dilihat oleh banyak orang sebagai provokasik terhadap kelompok Sunni
.

Nujaifi  sayap lebih moderat dari Sunni yang didukung kelompok blok  Iraqiya  di parlemen. Ini menggambarkan bagaimana situasi di Irak yang semakin rumit
, akibat pemerintahan al-Maliki yang tidak memiliki dukungan yang cukup luas, akibat kuatnya pengaruh Amerika Serikat, dan cenderung ingin meminggirkan kekuatan kelompok Sunni yang tidak menginginkan terus bercokolnya pengaruh Amerika Serikat di Negeri 1001 Malam itu.

Para ulama Irak menyerukan diakhirinya pemerintahan al-Maliki dan bahkan kelompok Sunni menuntut dibentuknya sebuah otonomi yang luas, khususnya di wilayah-wilayah yang mayoritas penduduknya penganut Sunni. Tuntutan itu, mirip seperti yang sekarang dilakukan oleh kelompok Kurdi di Utara.

Negara yang kaya minyak ini terus dicabik-cabik konflik antara kelompok Syiah dan Sunni, yang diplot oleh Amerika Serikat, dan terus berusaha melemahkan Irak, sesudah gagal menjajah negeri itu, dan sekarang menciptakan kekacauan politik dengan cara membuat konflik Syiah-Sunni. af


latestnews

View Full Version