JAKARTA (voa-islam.com) - Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya menanggapi bocoran wikileaks terkait Nasir Abbas, warga Malaysia yang melibatkan petinggi Polri seperti Gories Mere dan Kepala BNPT, Ansyaad Mbai guna mensupport upayanya meminta agar ia dihapus dari daftar terorisme AS dan PBB.
Menurutnya, hal tersebut semakin memperkuat keterkaitan hubungan Indonesia-Amerika dalam proyek war on terror.
“Apa yang terungkap adalah evident kuat hubungan antara Indonesia-AS dan PBB dalam proyek war on terrorism. Para pekerja kontra terorisme di Indonesia sangat bergantung kepada mekanisme dan regulasi yang di buat oleh AS,” ujarnya kepada voa-islam.com, Jum’at (28/6/2013).
Lebih lanjut, Harits mengatakan label seseorang di Indonesia itu teroris atau bukan, membahayakan atau bukan itu tergantung restu dan label pemerintah AS.
Harits juga mengungkapkan bahwa isu terorisme akan terus dipelihara Densus 88 dan BNPT di Indonesia dengan tujuan membungkam geliat kebangkitan Islam.
“Skenario global AS dalam isu perang melawan terorisme akan terus dipelihara oleh Densus 88 dan BNPT di Indonesia, dengan target membungkam kekuatan politik Islam dan mengehentikan geliat kebangkitan Islam di Indonesia,” jelasnya.
Selain itu, tujuan lain isu terorisme adalah mereduksi semangat jihad melalui penindakan dan deradikalisasi dengan mengedepankan Islam moderat alias Islam liberal sebagai arus utama.
“Ancaman laten yang bisa mereduksi spirit jihad kaum mujahidin antara lain adalah tawaran kemaslahatan dari BNPT dan Densus 88. Antara lain terlibat proyek kontra terorisme baik dalam bentuk fisik (penindakan) dengan banyak membocorkan peta kawan-kawan mujahidnya, atau non fisik (deradikalisasi) dengan ikut arus yang dibangun oleh BNPT dengan memposisikan para mujahid sebagai corong BNPT. Padahal proyek tersebut hakikatnya ingin mereduksi kebangkitan Islam di Indonesia dengan pengarustamaan Islam moderat dan liberal,” ungkapnya.
Tak ketinggalan, termasuk bagian proyek global war on terror yaitu bagi para mantan mujahid yang bersedia berkhianat seperti Nasir Abbas akan mendapatkan kompensasi ‘kemaslahatan’ dari Amerika.
“Nah yang mau terlibat, BNPT dan Densus 88 akan memberi kompensasi ‘kemaslahatan’ seperti halnya yang didapatkan Nasir Abas saat ini. Persis gaya AS, politik belah bambu; satu diinjak satunya diangkat,” tutupnya. [Ahmed Widad]