View Full Version
Selasa, 04 Mar 2014

Presiden Vladimir Putin Ingin Mengembalikan Imperium Uni Soviet

MOSKOW (voa-islam.com) - Krimea adalah negara yang terpencil. Sejarawan mengenal Krimea sebagai pusat terjadinya  perang di tahun 1850-an. Sekarang, Krimea menjadi ‘bara api’ yang sangat panas secara geopolitik, khususnya  dalam konflik antara Rusia dan Barat, dan akan membawa kembali era  ‘Perang Dingin’.

Moskow meningkatkan pengaruhnya secara dramatis, mengirimkan secara besar-besaran pasukannya ke wilayah itu, dan secara ‘de facto’ melakukan aneksasi (pencaplokan) terhadap wilayah Krimea, yang merupakan pusat pangkalan angkatan laut yang terpenting Rusia,  dan dihuni oleh mayoritas  penduduk yang berkiblat ke Rusia.

Presiden Vladimir Putin, melihat Krimea hanya sebagai langkah awal, dan akan diikuti invasi militer ke wilayah Krimea dan Ukraina. Krimea menjadi titik awal, dan sebagai ‘tonggak’ yang diimpikan oleh Putin, membangun kembali imperium ‘Uni Soviet’ sebagai kekuatan blok ‘Timur’, di era komunisme. Inilah sejatinya yang ada dibenak Presiden Vladimir Putin, menginginkan kembali era ‘Sovet’  dengan segala kebesarannya.

Menlu AS John Kerry, menilai dan memberikan komentarnya terhadap tindakan dan langkah Presiden Putin, sebagai mengidap penyakit abad 19, sebagai imperium ‘komunisme’, dan menjadi pusat  kekuatan blok ‘Timur’, yang berhahdap-hadapan ‘vis-a-vis’ dengan kekuatan  Barat, sejak berakhirnya Perang Dunia II. Inilah impian Presiden Putin yang sekarang ini, terus dibangun, dan akan diwujudkan dengans segala implikasinya.

Secara ‘de facto’ taktik dan strategi – kebijakan melakukan ‘aneksasi’ telah dijalankan terhadap Georgia Abkhazia dan Ossetia Selatan,  dan pecah perang Rusia-Georgia pada tahun 2008. Sekarang, Rusia cenderung melakukan tindakan yang sama terhadap Crimea. Semua tindakan Rusia ini, sebagai perwujudan Rusia yang masih memendam impian ingin membangun kembali ‘imperium’ (kekaisaran) komunis, yang akan membentang luas, mulai dari Vlodiwostok, hingga Laut Hitam, dan sepenuhnya dikendalikan oleh Moskow .

Presiden Vladimir Putin sebagai tertinggi  Kremlin tidak pernah menerima Ukraina, yang mencapai kemerdekaan pada tahun 199, sebuah negara berdaulat. Rusia tidak akan pernah mengizinkan Ukraina bergabung dengan Uni Eropa dan Barat, betapapun harga yang harus dibayar sangat mahal. Termasuk kemungkinan melakukan invasi militer ke Ukraina. Ukraina di mata Presiden  Putin, bagian yang tak terpisahkan dengan Rusia. Karena, kepergian Ukraina bergabung dengan Uni Eropa, hanya sebuah ‘mimpi buruk’ yang akan membuat menjadi kerdil. Jatuhnya Ukraina ke dalam genggaman Rusia, sama seperti kartu ‘domino’, dan satu-satu sekutu Rusia yang tergabung dalam federasi negara segera akan runtuh.                  

Rencana masa depan, Presiden Vladimir Putin menciptakan kembali “Uni Soviet”, dan persekutuan negara di bawah kendali Moskow, bertujuan meningkatkan Rusia secara geopolitik menjadi kekuatan baru, dan  Ukraina menjadi ‘tonggak’ dari proyek strategis, serta  akan menempatkan kembali posisi Rusia sebagai ‘imperium’ baru blok ‘Timur’.  

Kejatuhan Presiden Yanukovych dan kemenangan gerakan ‘Maidan’ yang populer di Ukraina  mengisyaratkan Moskow, bahwa negara bekas komunis itu, kehilangan cengkeramannya terhadap Ukraina,  dan dampaknya secara geostraegi meluas, negara-negara yang sekarang dibawah dibawah pengaruh Rusia. Maka, pilihannya hanya ‘invasi’ militer, membungkam gerakan rakyat Ukraina yang ingin berpisah dengan Moskow.  

Ukraina akan menjadi ‘batu ujian’ bagi Moskow. Apakah Moskow masih mampu mengatasi konflik di Ukraina? Jika Moskow berhasil mengatasi konflik di Rusia, maka kemungkinan bahaya ‘disintegrasi’ bagi negara-negara yang menjadi ‘satelit’ Rusia, bisa dieleminir peluangnya. Tetapi, bila Rusia gagal mengatasi situasi di Ukraina, maka Rusia seperti ‘kotak pandora’, dan bubar, Rusia hanya menjadi sebuah kepingan ‘keci’ yang tidak punya arti apa-apa secara global.

Tentu, efek ‘domino’nya yang paling mengkawatirkan kawasan Ingustia, Chechnya, dan Asia Tengah, yang mayoritas penduduknya Muslim, pasti akan ikut terpengaruh dengan situasi konflik yang sekarang terjadi di Ukraina. Situasi politik di Ukraina akan menguras energi Putin, bagaimana menghindari kemungkinan lepasnya Ukraian yang berpenduduk 40 juta jiwa itu, jatuh ke tangan Uni Eropa. Karena wilayah-wilayah Muslim juga akan bangkit. (afghn/wb/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version