JAKARTA (voa-islam.com) - Ada seorang facebook yang menulis keaslian foto atau gambar akta nikah Jokowi yang tersebar di dunia maya. Adalah Fachim Harharah dari PKS Piyungan dan di kritisi oleh Eko Suprapto Wibowo yang menulis tentang pengecekan keaslian foto digital dengan Teknik ELA (Error Level Analysis) dan kemudian melakukan direct checking ke pembuat toolsnya, Dr Krawetz.
Sekarang jamannya kampanye parpol, untuk menjelekkan lawan, di forum-forum biasanya menggunakan foto editan, emang ada yang lucu, dan menghibur, ada yang fitnah dan bahkan nggak lucu sama sekali.
Lihat saja media 'slavery' seperti Kompas yang 'berkelas nasional sekuler' pun membuat bantahan untuk membela Jokowi dengan menyebarkan 'Akta Nikah Jokowi', lihat disini :
sumber : http://megapolitan.kompas.com/read/2014/05/17/2148345/Jawab.Kampanye.Hitam.PDI-P.Pajang.Akta.Nikah.Jokowi.di.Facebook
Kadang kita bertanya-tanya apakah benar ini file-nya asli? di sebuah file image digital, biasanya disisipkan beberapa informasi, istilahnya "Roy Suryo" sang penganalisa gambar porno dulu, untuk mengecek harus ada metadata, eh di jaman sekarang beda, metadata pun bisa dimanipulasi, jadi gampang dirubah atau dikosongin. (yang dulu pernah ikut milis "Kampung Gajah" atau id-gmail pasti tau tingkah Roy Suryo dengan "karakter asinan-nya" )
Ini yang menurut saya paling kompeten untuk mengetahui apakah foto editan atau tidak, bukan cuma test fisik seperti sudut bayangan, garis antar object, dll, teknik yang dilakukan oleh Dr. Neal Krawetz, profilenya bisa dilihat disini http://www.hackerfactor.com/about.php beliau memperkenalkan teknik Error Level Analysis http://www.errorlevelanalysis.com/ yaitu teknik menentukan seberapa besar error yang ditimbulkan oleh manipulasi menggunakan image manipulation software, seperti Photoshop, GIMP, dll.
FOTO AKTA NIKAH YANG DIPUBLIKASIKAN:
FOTO HASIL TEKNIK DIGITAL ELA
Sehebat-hebatnya pengedit, pasti menggunakan teknik clone pixel, smoothness, blur, dll. Nah ini yang disebut faktor error, dengan teknik diatas, akan muncul error di beberapa tempat yang diedit, berupa kemiripan pixel/duplikat pada posisi yang diedit, perubahan formasi yang besar antara batas yang diedit dengan sekitarnya, dsb. contohnya ada disini http://www.errorlevelanalysis.com/ di gambar tersebut, seorang perempuan yang diedit bagian bibir dan matanya, terlihat errornya sangat tinggi di daerah tersebut, ditandai dengan kombinasi warna yang lebih terang dari sekitarnya.
Yuk kita coba dengan upload foto disini http://fotoforensics.com/ dan lihat analisanya dengan klik di kiri atas pilihan ELA, sehingga kita bisa lihat bagian mana yang editan, terlihat lebih terang daripada bagian yang tidak diedit.
Saya coba foto surat nikah jokowi, di bagian nama jokowi dan orang tuanya terlihat lebih terang dibanding 2 lembaran doa, judul yang tidak diedit atasnya, walopun kualitas dibuat sangat jelek JPEG 71%, gambar fotokopian, tapi error analisis masih bisa mendeteksi bagian-bagian yang diedit lebih terang.
Selain itu foto RIP Jokowi, sangat tidak ada bagian terang, distribusi titik terangnya rata, ini kelihatannya memang sengaja dibuat bukan editan dari koran.
Eko Suprapto Wibowo, seorang Kompasianer menulis, Jawaban Terhadap Analisa Termuat di PKSPiyungan Tentang Prasangka Bahwa Akte Nikah Pak Jokowi adalah Terindikasi Palsu.
Eko Suprapto Wibowo, berkomunikasi sendiri secara terbuka dengan Dr. Krawetz. Itu karena beliau masih yakin akan penipuan di scan fotokopi akte nikah Pak Joko Widodo. Tapi beliau terus menolak. Entah kenapa. Padahal akan sangat menarik jika kita bisa belajar bersama tentang hal eksotis semacam Digital Forensics ini.
Bermula dari share facebook ttg analisa bahwa foto akte pernikahan Pak Jokowi terindikasi palsu, maka akhirnya pemilik tool tersebut (DR. Krawetz) yang toolnya dipakai untuk menyimpulkan hal tersebut, angkat bicara dan menjawab hasil analisa di blognya di link berikut ini.
Saya simpulkan dengan gambar yang saya upload di tweet berikut ini:
Dia terheran2 juga, kenapa tujuh hari terakhir ini situsnya drastis peningkatannya, yang sptnya akan menjadi rekornya selama ini!
Beberapa history tweet dan link yang penting dengan DR. Krawetz:
- Tweet pertama, karena foto yang saya upload paling buruk kualitasnya :D (dari Facebook PDIP)
- Tweet kesimpulannya, yaitu,”I just wrote my conclusion. Short summary: The picture proves nothing. :-) Should be posted in an hour or two.”
- Kemudian saya minta penegasan, bisakah kita menilai bahwa Nama Pak Joko Widodo dan Nama Ayahnya dipalsukan? Pertanyaan itu saya ajukan di comment pada artikel analisa DR. Krawetz berikut ini.Dear Dr Kravetz,Thank you for your thorough analysis!
The original image above, is our presidential candidate, Joko Widodo, marriage certificate. It’s an answer –although I think it’s kinda late– to black campaign on his parenthood origin. You may or may not know, that in Indonesia there are peoples who still oppose of government leader that coming from other ethnic, but mainly they oppose Chinese and non-moslem.
It’s said that Jokowi (its popular name) is falsifying his Chinese fatherhood. And after his marriage certificate was published, this article emerge http://www.pkspiyungan.org/2014/05/akta-nikah-jokowi-palsu-ini-hasil.html
Have a look at the bolded text, ” di bagian nama jokowi dan orang tuanya terlihat lebih terang dibanding 2 lembaran doa”, translated, “on the names of Jokowi parents it appear brighter than 2 sheets of prayer”
That conclude that he falsify his fatherhood.
Is it true that we can conclude it from the image above?
Many great thanks from me!
Eko
Setelah itu doi ga bs menemukan nama Pak Jokowi dan ayahnya disana (haha, ya maklumlah..), dan saya tunjukkan lewat tweet berikut ini.
- Jawabannya?
Hi Eko,
Thank you for your tweet that clarifies the location.
https://twitter.com/swdevbali/status/469105900175622144
That’s the 3rd panel (lower-left), the handwritten text on the lines denoted as #1 and #2.
I am not seeing anything suspicious in there. ELA shows that it is just as bright as everything else on that panel. The greenish hue spots are just as spotty there as anywhere else. Even the noise pattern seen in the entropy graph doesn’t make anything stand out as abnormal.
However, between the overall low quality, identified wide-area modifications, and multiple resaves, all artifacts are pretty much wiped. If it were modified, it would look just as real as anything else. If it is real, it would look just as altered as any actual modifications.
To be clear: the results are inconclusive. There is no indication of any specific digital alteration in that area, but there are also no remaining indicators to suggest that this is original/untampered. And that specific area looks just like all other areas on the panels.
Clear and Deal.
Kesimpulan dari analisis Dr. Krawetz itu open ended lho: intinya dokumen tersebut banyak diretouch dan diresave (bayangkan, dari facebook->komputer orang yg entah siapa->google plus->etc), sehingga kita tidak bisa ambil kesimpulan apakah itu dokumen asli/palsu, yang mengembalikan kita kembali ke titik awal : tidak bisa menyimpulan Pak Jokowi berusaha menipu publik dengan menyembunyikan nama orang tuanya dari akta nikah tersebut.
Pertanyaan berikutnya, sekarang udah jaman digital, kenapa fotocopyan yang disebarkan, kenapa tidak di scan? Atau punya HP yang bisa buat foto sekalipun masih sekelas Hp china saja banyak yang hasilnya cukup jelas.
Lha kok malah fotocopyan yg disebarin??
Tanya kenapa?? Itu yang dipertanyakan, ingin memperkua bukti kok dengan hasil fotokopian, bukannya yang asli di scan, tapi fotokopian dengan kualitas jelek.
Lalu pertanyaan terakhir, benarkah akta nikah Jokowi palsu? Anda bisa menilainya bukan? Wallahu'alam bishowab. [adivammar/fb/voa-islam.com]