Kita mulai saja kicau @bang_dw yang dalam blognya dimuat jargon "melawan sebuah dogma tentang ada rahasia dibalik rahasia".
Menurutnya di Indonesia nyawa saja bisa dihilangkan dengan cara seolah sakit parah biasa, apalagi posisi jabatan alias kekuasaan, mudah disingkirkan. "Apakah seharga intregitas dan independensi dengan harga diri dan nasib keluarga sebagai 'taruhan'? " tanyanya lagi.
Ia kembali berkicau "Bagaimana nasib kemanusiaan di negeri penuh ancaman kematian dan dikonspirasikan apabila kita bicara melawan dengan kebenaran? Tengoklah nasib penyelesaian kasus Munir yang tidak pernah selesai dan selalu berusaha dipendam demi menutupi kebusukan. Munir itu contoh nyata, lalu siapkah mereka di Munir-kan? Harga yang terlalu mahal bagi seorang pengecut seperti mereka yang ingin tetap hidup. Mereka masih mau hidup dan menikmati masa pensiun dengan tenang tanpa aib dan catatan hitam yang mencoreng kehidupan"
"Apakah 200 juta masyarakat Indonesia tahu apa pertaruhan yang terjadi? Apakah prabowo dan pendukungnya paham rasa takut dan rasa kekhawatiran yang amat sangat kepada nasib keluarga kami sebagai pertaruhannya" cuitnya seraya mengajak rakyat merasakan kegalauan hakim MK.
Ia kembali menuturkan curhat hakim MK, "5 tahun bisa berlalu dengan cepat dan kesempatan itu akan tetap ada buat Prabowo, tapi buat kami? bagaimana apakah ada yg mau peduli? Terkadang tangan dan kaki kami terikat demi hukum sepihak demi hukum memenangkan ketenangan hati kami dan keluarga."
Membela kebenaran tapi taruhannya harga diri keluarga bakal dihinakan karena dibuat akan dipenjarakan, belum lagi pemberitahuan akan di'Munir-kan'
"Jujur kami sendirian kala itu, siapa yg mau membela dan melindungi kami, Tuhan? kami kalah oleh selewatan wajah istri dan anak kami" kicau Bang DW.
Kembali Bang DW ungkap kegamangan Hakim MK "Apakah kami harus teriak kami diancam sungguh hebat kala itu, sementara dunia bisa saja kembali biasa saja esok hari, tapi bagi kami? Kami akan dihantui oleh nyatanya ancaman dan pemberitahuan, hidup kami akan pasti berakhir was-was. Apakah kebenaran akan melindungi?"
"Mereka yang berteriak menggugat, besok nya tetap akan kembali biasa. Tapi bagaimana dengan kami yang memutuskan, esok tak akan sama lagi. Tangan dan kaki mereka banyak, dari KPK hingga kepolisian sangat mudah mereka lakukan seperti pesan yang mereka sampaikan kepada kami" ungkapnya.
Iya memang benar kami pengecut! iya memang benar kami penakut! Tapi kami masih manusia, kami punya keluarga. Kalian bisa tenang setelah ini semua selesai, tapi bagi kami justru itu adalah awal. Kalau saja keputusan kami berbeda dari keinginan mereka. Kami patahkan hukum yang kami banggakan, kami lemparkan baju hakim yang kami punya ketempat paling kotor, tapi kami masih punya keluarga.
Demikian sekelumit #ceritamalam waktu itu yang diberikan kepada saya dari seseorang dari sembilan (Hakim MK -ed). Karena ditutupi kejamnya sistem dan pembalasan di negeri ini | ketika nyawa dan kehormatan tiada berarti
Jangan pernah lupa mereka yang me-Munir-kan ada di satu kubu dan itu adalah fakta serta dapat dilihat oleh mata.
Pada akhirnya nilai bargaining itu tak berarti uang, bisa tekanan psikologis dan hancur redamnya hati sendiri atas nilai kebenaran yang diyakini.
Ironis, mau dibawa kemana negeri ini? [ahmedi/voa-islam.com]