JAKARTA (voa-islam.com) - Usai penembakan terhadap kartunis Charlie Hebdo, dan menewaskan 12 orang redakturnya, dan puluhan lainnya yang luka, kemudian berlangsung penembakan terhadap supermarket Yahudi, menewaskan 4 orang Yahudi, di Paris.
Peristiwa Charlie Hebdo ini, mengoyak pusat-pusat kekuasaan di Barat. Washington, Paris, London, dan Berlin, semua berbicara tentang ancaman keamanan dan terorisme yang dikaitkan dengan ISIS.
Sekarang di Swedia, Lars Vilks, 68 tahun, seorang kartunis, menghadapi serangan, akibat penghinaan terhadap Nabi Muhammad Shallahu alaihi wassalam. Lars Vilks, di rumahnya, Swedia, dia dijaga satu regu polisi bersenjata lengkap selama 24 jam. Dan saat berada di Denmark dia diikuti pengawal dari dinas rahasia Swedia.
Vilks mendapatkan pengawalan super ketat usai peristiwa penembakan sebuah kafe yang menggelar acara diskusinya, dia langsung menduga hal itu bertujuan untuk membunuhnya.
Vilks seperti dilaporkan The Irish Time, menduga kemungkinan besar serangan itu terinspirasi oleh Charlie Hebdo, merujuk pada serangan bulan lalu oleh dua Muslim yang menewaskan 12 orang di Paris, Prancis, terhadap mingguan satiris yang kerap menampilkan kartun Nabi. Dia pun merasa kian terancam.
Vilks mencuat pada 2007 ketika dia membuat kartun menghina Nabi Muhammad yang digambarnya sebagai kepala dengan tubuh seekor anjing.
Dia adalah teman lama dari kartunis Denmark yang pernah menghebohkan dengan sebuah kartun Nabi pada 2005. Polisi Denmark mengejar pelaku penyerangan dalam satu diskusi kemerdekaan berpendapat di Kafe Krudttoenden di Copenhagen, Denmark, Sabtu, 14 Februari 2014.
Menurut polisi, pelaku memuntahkan 200 peluru melalui jendela ke arah kafe Krudttoennden. Diduga pelaku menarget Lars Vilks, karikatur terkenal Swedia yang pernah membuat karikatur Nabi Muhammad. Ia diincar sejak tahun 2007.
Perdana Menteri Denmark, Helle Thorning-Schmidt mengatakan, peristiwa ini sebagai serangan teroris. "Mereka menembaki kita dari luar.Niatnya sama seperti peristiwa Charlie Hebdo (peristiwa penyerangan pada 7 Januari lalu), meski mereka tidak berusaha masuk," kata Duta besar Prancis untuk Denmark, Francois Zimeray seperti dikutip dari news.com.au, 15 Februari 2015.
Tentu, paling menarik, jumlah jihadis yang bergabung dengan ISIS, terutama dari daratan Uni Eropa, jumlahnya mencapai lebih dari 10.000. Dibandingkan dengan jumlah penduduk Muslim yang menyebar di seluruh Uni Eropa, yang hanya 30 juta itu, sungguh sangat luar biasa.
Sebuah analisis dari kalangan pengamat intelijen independen di Eropa, menyebutkan bahwa pemuda-pemuda Muslim masuk dalam ‘jebakan’, dan kemudian mereka dikorbankan dengan masuk ke kelompok ISIS, yang tujuannya mengaborsikan generasi Muslim yang menjadi kekuatan baru di Uni Eropa. Kekuatan generasi Muslim diproyeksikan akan mengambil alih Uni Eropa.
Menurut sebuah sumber yang sangat dekat dengan kalangan pergerakan di Timur Tengah, ISIS sendiri dibuat dalam rangka untuk melakukan ‘killing ground’ terhadap pemuda-pemuda Muslim dari berbagai negara terutama Eropa yang sekarang bergabung dengan ISIS, dan ikut berjihad di Irak dan Suriah.
Berapa banyak potensi pemuda Muslim yang sekarang berada di Irak dan Suriah? Tidak sedikit. Padahal, mereka potensi-potensi yang sangat besar, dan akan menjadi bagian dari masa depan Islam di daratan Uni Eropa.
Dengan ghirah ruh Islamnya, mereka bangkit menjadi faktor penggerak bagi masa depan Islam. Para jihadis dari seluruh dunia, terutama dari Eropa, mereka pemuda-pemuda yang terdidik.
Meraka yang bersih dan sungguh-sungguh ingin membela Islam, termobilisasi, ketika Abdurrahman al-Bagdadi mendeklarasikan ‘khilafah’, dan bergegas menuju Irak dan Suriah.
Mereka mengorbankan seluruh yang mereka miliki, termasuk ‘jiwa-nyawa’ mereka mempertahankan Daulah Islam Irak dan Suriah (ISIS), yang sekarang eksis di Irak dan Suriah.
Belakangan, cara-cara mereka menghadapi ‘musuh’ sangat menakutkan bagi Barat. Ekskusi dengan cara memenggal kepala para sandera Barat, dan terakhir membakar hidup-hidup pilot Yordania, semakin mendorong kekuatan dunia bersatu dibawah bendera Amerika Serikat memerangi ISIS.
Seluruh kekuatan global dikerahkan hanya untuk menghadapi ISIS. Begitu luar biasa kekuatan ISIS. Laporan dan opini media-meida internasional, semakin mendorong masyarakat dunia, bersatu padu menghadapi ISIS. Ini tujuan yang palinng pokok.
Menjadikan ISIS sebagai musuh bersama (common enemy). Pemuda-pemuda Muslim yang sangat banyak terjun di medan jihad Irak dan Suriah, dan kini menghadapi ‘killing ground’ di kawasan yang sangat penuh dengan kekacauan Irak dan Suriah.
Berbagai sumber intelijen di Timur Tengah, dan kalangan pergerakan Islam, mengkawatirkan ISIS yang sekarang sendirian menghadapi gempuran Amerika dan Sekutu, tersusupi oleh berbagai agen ‘mukabarat’ (intelijen) tujuannya menghancurkan kekuasan kelompok Sunni di seluruh dunia, termasuk di Timur Tengah.
Di tengah perang yang berkecamuk antara ISIS dengan koalisi pimpinan Amerika yang paling diuntungkan adalah golongan Syi’ah. Tidak ada yang lain.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei mengirimkan surat rahasia (secret letter) kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama, sebagai balasan keinginan atas Amerika yang menghendaki Iran mendukung memerangi ISIS.
Sebaliknya, Iran ingin mendapaat dukungan Barat atas program nuklir Iran. Jadi dibarter dengan partisipasi Iran dalam menggayang ISIS, dan Amerika mendukung program nuklir Iran. Jadi ini sangat jelas.
Hanya golongan Syi’ah yang menarik keuntungan dari perang di Irak dan Suriah ini, seraya membuat ‘fears’ di seluruh penduduk daratan Uni Eropa tentang ancaman kaum militan, radikal, ekstrimis, teroris yang dikaitkan dengan ISIS.
Dapatkah ISIS akan terus 'survive' menghadapi konspirasi global yang banyak memiliki kepentingan, terutama menghancurkan kaum Sunni dan masa depan Islam di Eropa sekarang? Semoga Allah Azza Wa Jalla melindungi mereka dari kafir musyrik. *mashadi