View Full Version
Selasa, 09 Jun 2015

Amerika dan Uni Eropa Bakal Tak Mampu Menghadapi Prahara Global

BERLIN (voa-islam.com) - Perang di Ukraina menyeret Uni Eropa, Amerika dan Barat harus berhadapan  dengan Rusia. Perang yang berlangsung bukan hanya dengan tank, artileri dan pasukan, tapi juga ideologi. Moskow bukan hanya mendorong kepada krisis di Uni Eropa, tapi dampaknya bisa ke arah krisis global.

Moskow menciptakan krisis di Ukraina dan mendorong perang yang berlarut-larut, dan semakin eskalatif ke seluruh daratan Uni Eropa. Inilah mimpi buruk yang bakal di hadapi Uni Eropa dan Barat atas kriris yang terjadi di Uni Eropa. Amerika bakal tidak sanggup menanggung beban perang di Ukraina, sekalipun dibantu Uni Eropa. Karena, Amerika sudah mengalami ‘decline’, sebagai super power.

Sedihnya lagi, Uni  Eropa masih harus bertarung menyelamatkan diri mereka, akibat krisis yang dialami oleh Yunani. Berkali-kali para pemimpin Uni Eropa bertemu dengan pemimpin  Yunani, dan melakukan negosiasi dan mencapai kesepakatan,  namun dipandang tidak bakal banyak dapat menolong ekonomi Yunani.  Jika Yunani gagal mengatasi krisis ekonominya, maka Eropa akan ambruk.

Jadi, Uni Eropa dan Amerika dan Negara-negara Industri yang tergabung dalam  G 7, semakin terseok-seok  menghadapi situasi global yang sekarang ini terjadi. G 7  juga membahas tentang terorisme yang lahir di era Presiden George W.Bush, dan ‘monster’ yang sekarang mereka takuti ‘ISIS’, sudah menyebar secara global, dan Amerika tidak lagi mempu mengontrol dan menghadapi ciptaannya sendiri.

Pemerintahan Obama dan sekutunya Uni Eropa mencoba  melawan intervensi militer Rusia di perbatasan Ukraina, tapi mereka sudah loyo. Rusia di bawah Vladimir Putin, memiliki  ambisi menghidupkan kembali yaitu : IMPERIUM KOMUNIS, seperti di era UNI SOVIET.

Ini masalah yang paling mendasar dihadapi oleh Uni  Eropa dan Amerika, yaitu krisis Ukraina, krisis Yunani, dan ISIS. Kemampuan Amerika sudah terkuras, perang di Irak,  Afghanistan, dan perang global melawan terorisme (GWOT), dan sudah menghabiskan dana ratusan triliun dollar. Tak ada kesudahannya. Akhirnya,  para pemimpin G7 yang sekarang  bertemu di Jerman, pasti akan gagal membuat solusi, karena mereka sudah terbatas.

Melakukan sanksi terhadap Rusia tidak akan menghentikan ambisi Vladimir Putin yang ingin kembali  menguasai tanah-tanah jajahannya yang membentang di wilayah Eropa Timur, yang sekarang sudah menjadi anggota Uni Eropa. Rusia memulai dengan melakukan perang di Ukraina, dan ini tidak dapat dibendung lagi.

Rusia mendorong kekacauan global bukan hanya  di Ukraina, tapi di seluruh dunia. Bangkitnya kekuatan ultra 'kiri',  tidak  hanya bersifat lokal, bahkan secara global, termasuk di daratan  Uni Eropa.  Semua itu bagian dari skenario yang diciptakan oleh Rusia. Seperti gerakan yang menentang pertemuan G7 yang berlangsung di Jerman. 

Langkah Amerika Serikat dan Uni Eropa menimbulkan komplikasi  yang luas dengan mendukung program nuklir Iran. Negara-negara Arab (GCC) langsung marah, dan bahkan Raja Salman menolak bertemu Obama di Camp David.

Amerika dan Eropa dengan 'proxy' Syi'ah Iran, ingin menghancurkan ISIS, 'monster' yang merupakan dampak kebijakan Barat dengan 'WGOT' (perang global melawan terorisme), sekarang sudah tidak dapat lagi dikontrol dan dikelola. Sekarang sudah menyebar secara global. Kedatangan Perdana Irak al-Abadi di KTT G7, tidak akan memberikan arti apapun. Wallahu'alam.


latestnews

View Full Version